Part 24 | Maaf

82 4 0
                                    

Anggap saja semua ini adalah sandiwara.
Aku dengan peranku,
dan kamu dengan peranmu.

-Aurora Fransiska-

__ __ __

Setelah membaca pesan Bara, Aurora segera pergi kesekolah dengan menaiki angkot yang kebetulan lewat didepan rumahnya.

Beberapa siswa menatap Aurora dengan heran. Pasalnya gadis itu tidak mengenakan seragam sekolah namun mengenakan pakaian biasa anak rumahan dengan rambut yang dicepol rapi.

Aurora mengabaikan semua tatapan penuh tanya itu. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal saat ini. Aries.

Ia berlari secepat kilat menuju UKS, memecah keheningan beberapa kelas yang awalnya sunyi akibat suara sandalnya.

"Aries lo gapapa kan?"

Aurora dapat mendengar itu walaupun jaraknya masih beberapa meter dari UKS.

Itu suara perempuan. Dengan cepat, Aurora berjalan menuju pintu UKS.

"Aries, itu bibir lo luka! Harus diobatin," ucap Bianca tetap kekeuh dengan pendiriannya.

Aries menepis kasar tangan Bianca yang tengah menyentuh bibirnya membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Lo kenapa sih?! Aurora gak bakal kesini Aries!" Bentak Bianca saking kesalnya.

Apa susahnya menurut dengan Bianca?

Tok! Tok! Tok!

Aurora mengetuk pintu UKS yang nyatanya sedang terbuka lebar. Gadis itu melihat semua.

Tapi tolong katakan jika ia sedang bermimpi saat ini. Atau katakan saja bahwa yang ia lihat tadi hanyalah sebuah sandiwara.

"Aurora?" Panggil Aries.

Bianca yang awalnya menatap Aries penuh harap segera mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang menatap mereka diambang pintu.

Aurora tersenyum seraya berjalan kearah Bianca dan Aries.

"Lo bego atau gimana? Ini sekolah bukan rumah lo, kalau sekolah pake seragam ini malah pake baju biasa," Bianca terkekeh pelan menatap sahabatnya itu.

Seakan tidak terjadi apa-apa tadi. Seakan yang Aurora lihat tadi adalah mimpi belaka.

"Eh, iya gue panik tadi pas Bara bilang Aries berantem," jawab Aurora.

"Oh, yaudah kalo gitu gue ke kelas ya?" Ucap Bianca lalu berjalan keluar UKS tanpa menunggu jawaban dari Aurora.

Bianca yakin Aurora melihatnya tadi dengan Aries. Tapi biarkan saja.

Aurora duduk disebuah kursi putih yang Bianca gunakan tadi. Gadis itu menunduk takut, sedangkan Aries menatapnya lekat-lekat.

Andai suasana tak secanggung ini. Aurora akan menjewer telinga pacarnya karena sudah menyakiti hati kecil miliknya.

"Bara yang ngasi tau?" Tanya Aries pelan.

Aurora mengangguk.

"Maaf," sambung Aries lagi.
"Seharusnya aku gak ngebentak kamu kemarin, seharusnya aku dengerin penjelasan kamu, seharusnya aku percaya sama kamu."

"Hukum aku Ra! Jangan diem gini," kata Aries sambil menggenggam tangan Aurora.

Isakan kecil mulai terdengar dari mulut Aurora. Gadis itu menangis meluapkan semua amarahnya.

"Kamu jahat!" Dua kata yang cukup menusuk hati Aries.

"Maaf Ra maaf," ucap Aries penuh harap.

Aurora melepas genggaman tangan Aries pada tangannya. Ia beranjak dari tempat duduknya dan meraih sebuah kapas beserta alat merah.

ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang