Part 20 | Tears

96 5 0
                                    

⚡Happy reading⚡
________________________________

11 Desember.

Hari ini adalah bulan kelima saat Aries dan Aurora berpacaran. Berjalan lancar? Dapat dikatakan seperti itu sebelum sebuah masalah datang kedalam kehidupan dua insan itu.

Flashback on.

Aurora berjalan dengan santai menuju perpustakaan yang terletak di koridor kelas 11 untuk mengembalikan buku yang ia pinjam kemarin.

Kala itu koridor terlihat sangat sepi karena jam istirahat sedang berlangsung beberapa menit yang lalu.

"Hai cantik," goda seorang laki-laki yang Aurora kenal ia adalah Dito, anak kelas 11 yang sangat berandalan. Bahkan lebih berandal dari pacarnya.

Aurora berjalan mundur hingga punggungnya terbentur tembok kala Dito bersama ketiga temannya berjalan mendekat ke arah Aurora.

"Kakak manis pagi ini," kata salah satu teman Dito, Marsel.

"Mau main sama kita gak kak?" tanya Dede sembari membelai lembut pipi Aurora dengan telunjuknya.

Aurora menepis tangan Dede dengan kasar. "Jangan kasar dong kak, kita gak ngapain kok," kata Bimo seraya mengusap pelan rambut Aurora.

Aurora menatap keempat laki-laki itu dengan tatapan tidak suka. Dito dan ketiga temannya sangat dikenal oleh sekolah manapun. Pemalas, berandal, urakan.

Bahkan mereka pernah tidak naik kelas berkali-kali sehingga harus pindah sekolah terus-menerus.

"Jangan gitu dong sayang," kata Dito lembut seraya memegang bahu Aurora.

Aurora memejamkan matanya, ini yang kesekian kalinya Dito dan teman-temannya menganggu Aurora. Mereka memang tidak pernah jera.

Perlahan, Dito membawa Aurora kedalam dekapannya. Aurora memukul keras punggung Dito dengan novelnya. Namun, bukan Dito namanya jika menyerah begitu saja.

Dito mengeratkan dekapannya pada Aurora. Gadis itu terus memberontak dan pada akhirnya ia terlepas dari dekapan milik Dito.

"Kakak kelas gini amat," kata Dede mulai kesal.

Aurora berjalan mundur hingga punggungnya terbentur tembok lagi. Bahunya mulai bergetar. Buliran kecil mulai terjatuh dari pelupuk matanya, namun ia menyekanya dengan cepat.

"Kakak jangan nangis dong," ucap Dito seraya menghapus sisa air mata Aurora dengan lembut.

-----

"Lo liat Aurora gak?" tanya Aries seraya meminum minuman dingin yang ia beli tadi.

"Lah kita kan daritadi di kelas setan. Ya gak?" jawab Bara sambil menyenggol lengan Mars.

"Emang tadi lo gak sama dia?" tanya Mars tak mengalihkan pandangannya dari gamenya.

"Kagak, gue tadi ke kantin."
"Bianca!"

Bianca yang merasa dirinya dipanggil pun menoleh ke arah sumber suara. "Apa lo?" Tanya Bianca jutek.

"Lo liat Aurora?"

"Tadi dia bilang sih mau ngembaliin buku ke perpus."

"Oh."

"Gitu doang?"

"Ya terus apa?"

"Makasi kek."

"Terima kasih Bianca Putri," ucap Aries dengan malas lalu berjalan keluar kelas untuk mencari Aurora di sana.

ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang