Halo halo...masih adakah yang nunggu ini up?
Komen kalyan uhh banget ya, makasih lhoh dah Vote&comment dichp kemaren. Sekali lagi jangan tanya ending ya, pokonya aku tu nggk suka baca sad ending apalagi nulis tapi nggk tau sih nanti gimana sesuai alurnya aja pokoknya, tenang aja.Happy reading...
Di ruang keluarga Vio duduk di depan Vibra, sambil mengunyah roti bakar. Vio tidak menolak ketika Vibra menyuapinya, meskipun susah payah rasanya mau menelan roti yang benar-benar membuat perutnya berontak ini. Vio beranjak dari sofa, ia berlari menuju dapur untuk memuntahkan makanannya ke wastafel. Vibra yang panik melihat Vio tiba-tiba lari sontak dirinya mengejar Vio kemudian memijat tengkuk istrinya yang tengah membungkuk di depan wastafel.
"Masih mau muntah?" Tanya Vibra ketika Vio menegakkan tubuhnya. Vio menjawab dengan gelengan kepala.
Vibra menangkup wajah Vio, mengusap sisa air disekitar bibir Vio kemudian dikecupnya penuh kasih sayang. Didekapnya tubuh istrinya yang terlihat lemas. dalam pelukannya, Vibra bisa merasakan isakan tangis Vio. Ia eratkan pelukanya guna menenangkan Vio tapi bukannya berhenti menangis Vio malah semakin terisak.
"Kenapa nangis hm?" Vio menggeleng lemah, ia terlalu takut untuk mengatakan bahwa dirinya tengah hamil.
Jujur, Vibra tidak tega melihat Vio setiap hari seperti ini. Vibra cukup tau gejala yang sering ia lihat pada diri Vio menandakan istrinya itu tengah hamil. Lalu kenapa Vio tidak memberi tahunya? Atau mungkin Vio sendiri tidak menyadari?. Vibra mengusap puncak rambut Vio, pelukan Vio semakin erat.
Vibra menahan air yang menggenang di pelupuk matanya, ia tidak ingin terlihat rapuh di depan Vio. Ia merasa bersalah pada Vio, sekuat apapun menahan dan menyembunyikan kenyataan pahit itu, suatu saat pasti Vio akan tau juga. Ia tidak sanggup menerima kenyataan itu nanti.
"Ke kamar sekarang ya, kamu pasti kecapekan." Digendongnya tubuh Vio menuju lantai atas.
Vibra membaringkan Vio ke tempat tidur, ditariknya selimut tebal untuk menutupi tubuh Vio sampai sebatas dada, kemudian ia mengecup kening Vio cukup lama.
"Maaf." Bisik Vibra penuh penyesalan.
****
Pagi hari Vibra kembali disuguhi pemandangan Seperti hari-hari kemarin. Ia melihat Vio yang tengah merapikan seragam Al dan El namun tiba-tiba lari menuju kamar mandi.
"Papa! Mama Sakit lagi!" Pekik Al.
Belum sempat Vibra menyusul, Vio sudah keluar dari kamar mandi dengan senyum lebar seolah dirinya baik-baik saja. Tapi Vibra tau Vio sedang tidak baik.
"Aku lebih suka lihat kamu menangis terisak dari pada tersenyum tapi menahan rasa sakit." Batin Vibra.
"Mual lagi?"
"Dikit, nggak papa kok entar juga habis makan nggak mual lagi." Alibi Vio.
"Mama lapal ya?" Tanya Al, Vio terkekeh pelan.
"Iya nih, yuk buruan sarapan! mama udah masak tadi,"
"Ayokk mama." Semangat Al dan El.
"Papa juga ayok." Ajak El.
"Bentar ya papa pakek dasi dulu."
"Emm Al sama El duluan aja ya, mama mau bantu papa sebentar." Ucap Vio dan diangguki oleh kedua putranya.
"Sini aku bantu." Vio mengambil alih dasi dari tangan Vibra.
"Selesai." Ucap Vio setelah merapikan dasi dan kerah baju Vibra. Vio mengalihkan pandangannya dari mata Vibra yang sejak tadi menatapnya.
"Pulang dari Kantor nanti kita periksa ke dokter, ya."
"Enggak usah, Nggak papa. Udah yuk buruan turun Sarapan." Berjalan meninggalkan Vibra.
Di ruang makan Vio duduk diantara Al dan El. Setelah mengambilkan nasi dan lauk untuk Vibra, kini Vio menyuapi Al dan El.
"Nanti papa yang ngantelin lagi kan?" Tanya El dengan mulut penuh nasi.
"Iya dong, mama juga ikut kok." Jawab Vio.
"Kamu ikut juga? Serius?" Vio mengangguk.
"Aku mau ikut kamu ke Kantor, bosen di rumah. Kapan aku boleh kerja?"
"Kerja?"
"Iya, katanya Selesai kuliah aku boleh kerja."
"Ya tapi nggak sekarang, kamu aja masih sering mual-mual sama pusingkan,"
"Nanti kalau kamu kerja siapa yang ngurus Al sama El?""Al sama El aku lah yang ngurus. Tapi pengennya sambil kerja, sementara Aku bisa kok kalau cuma bantu di toko kue bunda,"
Vibra berpikir sejenak. "Nanti aku pikir-pikir dulu."
"Mama nggak usah kelja, nanti kita nggak ada yang nemenin mainnya kalo mama kelja." Sahut Al.
"El juga Nggak mau mama kelja, nanti mama capek telus sakit." Tambah El.
"Kan, mereka aja nggak setuju." Ujar Vibra. Vio hanya menghela nafas gusar, kalau Al dan El tidak mengijinkan, mustahil ia boleh kerja.
"Kan kemalen mama bilang El sama Al mau punya dedek bayikan? Nanti kasian dedeknya." Ucap El polos, terbongkar sudah kebenaran yang sengaja Vio tutup-tutupi dari Vibra. Ia berharap Vibra tidak meminta dirinya untuk melenyapkan kandunganya. Vio memang hanya memberi tahu Al dan El saja, tapi sekarang Vibra tengah menatapnya penuh pertanyaan.
"Maksudnya apa?"
"Kita mau punya adek yyeey." Teriak Al dan El senang.
Selesai makan Al dan El kembali ke kamar untuk mengambil tas punggung mereka. Kempatan untuk Vibra dan vio berbicara empat mata.
Vibra semakin menatap Vio seolah meminta penjelasan.
"Aku hamil, enam minggu." Gumam Vio.
Vibra senang mendengar berita baik ini, tapi disatu sisi ia juga takut. Pikiranya berkecamuk, bercampur menjadi satu. Ia senang Vio hamil, tapi juga takut jika nanti Vio tau dirinya telah berbuat dengan perempuan lain. Vibra juga takut jika perempuan itu hamil dan meminta pertanggung jawabannya nanti. Akankah takdir menuliskan kisah pahit yang ada dibayanganya? Vibra berharap tidak!
Vio tersenyum getir melihat raut wajah Vibra, sesuai dengan bayangannya. Terlihat jelas Vibra tidak senang mendengar berita kehamilannya.
"Maaf aku salah, teledor karna waktu itu nggak minum pil dulu." Ucap Vio merasa bersalah.
Vibra menarik Vio ke dalam pelukannya. "Kamu nggak salah. Aku seneng kamu hamil, tapi aku lebih seneng lagi kalau kamu jujur dan nggak nutup-nutupi. Kita suami istri, jadi sewajarnya saling percaya dan jujur." Vibra berusaha melostkan pikirannya.
"Lalu kenapa kamu sendiri nggak jujur? Bekas cakaran kuku didada kamu itu milik siapa?" Batin Vio seketika air matanya lolos begitu saja.
*****
Tbc,
Dikit ya? Iya
Aku ngerasa ini aneh ya:( tapi yaudh lah
Konflik yg sebenarnya belum dimulai gaess...tunggu next chp ya...
Mau lanjut? Vote&comment yang banyakkkk oke😂
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA [Completed]
RomanceWarning: Young Adult 🔞 "Mulut kerap mengatakan benci, namun hati tak dapat membenci" . . . . . Sequel me and my bad husband. Follow dulu sebelum baca....