Anyeong heloooo kecebongersss.... maap aku php, janji up sore tapi upnya baru sekarang😋 gara-gara makan tahu bulat jadi mules😷
****
Seorang laki-laki dengan setelan jas hitam dengan membawa tas jinjing memasuki ruangan kerja Vibra. Begitu masuk laki-laki itu duduk berhadapan dengan Vibra, ia tunjukkan sebuah stopmap abu-abu dan beberapa kertas lainnya.
"Semua rekaman cctv nggak ada yang menunjukkan kalau Doni pelakunya," ucap Daniel, asisten Vibra.
Vibra yang sudah pusing kini memijat pelipisnya perlahan. "Niel, bisa nggak kalau ke sini kasih kabar yang baik? Gue pusing!" Ucap Vibra sambil meremas rambutnya, frustasi.
"Tapi ada yang janggal di cctv hotel itu, gue ketemu langsung sama salah satu satpam hotel yang ngamanin waktu itu dan dia bilang cctv di depan pintu semua kamar tamu sama tempat pesta nggak pernah mati. Tapi, saat kita cek lagi, tepat tanggal pas lo datang dipestanya Doni, cctv diruangan pesta sama depan pintu kamar, mati. Dan lo bilang Doni nunjukin rekaman cctv pas lo nggak sadar nidurin Fara, kan?" Vibra mengangguk samar.
"Jadi kesimpulannya,
Doni pelakunya?! Dari awal gue emang curiga, dia dalang dibalik semua ini!" Rahang Vibra mengeras mengingat rekaman cctv yang pernah Doni tunjukkan.
"Masalahnya lo ada bukti, kalau Doni pelakunya?""Untuk saat ini belum, tapi gue bakal usaha lagi. Lo tenang aja,"
"Gue nggak bisa tenang lah, Niel. Ada Fara di rumah gue, dia hamil, dan Vio ngejauh, gue serba salah."
"Ditambah keuangan perusahan menurun," ucap Vibra frustasi, rasanya banyak sekali masalah yang menimpanya akhir-akhir ini.Daniel diam cukup lama, ia bisa memaklumi bosnya yang tengah banyak masalah
"Nanti selesai makan siang akan ada meeting penting, mau gue pesenin makan dulu? Atau kopi?" Kata Daniel menawarkan."Kopi aja."
"Siap,"
Daniel kemudian keluar meninggalkan Vibra yang kini mendongak memejamkan matanya, berharap sekelebat masalah yang tengah dihadapainya bisa ia lupakan sejenak.
****
Pulang sekolah Al dan El langsung sibuk bermain dihalaman rumah bersama Bi irah dan Bi inem, mereka tengah menanam bunga matahari, padahal cuaca cukup terik namun tidak menjadi masalah bagi Al dan El. Buktinya mereka terlihat sangat antusias dan bersemangat. Vio tersenyum tipis saat melihat mereka dari balik jendela, cukup memastikan Al dan El aman, Vio kembali ke kamar ibu mertuanya untuk bantu beres-beres.
"Bunda, udah selesai?" Tanya Vio yang berdiri di depan pintu kamar.
Areta tersenyum lalu meminta Vio agar masuk. "Udah selesai kok, tadi Fara yang bantuin." Vio mengangguk paham. Memang tadi ia sempat melihat Fara masuk.
"Vi, kamu kok pucet, sakit?" Tanya Areta, telapak tangannya menyentuh kening Vio yang terasa dingin.
"Enggak bunda,"
"Kamu udah periksa kandungan? Hari ini usianya genap empat bulan, kan, bunda hampir lupa."
"Udah tadi pagi, iya bunda."
"Sehat, kan, bayinya?"
"Sehat kok," alibi Vio.
"Nanti bunda berangkat jam tiga. Jaga kesehatanmu selama bunda nggak di rumah. Kalau ada apa-apa telfon bunda, ya." Vio mengangguk samar. Areta bisa melihat kilatan mata Vio yang berkaca-kaca, memperlihatkan kesedihan yang begitu mendalam.
"Vi, berbagi kasih dengan perempuan lain itu sulit, sangat sulit. Bunda pernah ada diposisi kamu, rasanya ingin marah dan melupakan segalanya, sampai ingin mati, tapi satu yang bunda pikirkan dulu. Nasib anak. Jangan pernah merasa sendiri,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA [Completed]
RomanceWarning: Young Adult 🔞 "Mulut kerap mengatakan benci, namun hati tak dapat membenci" . . . . . Sequel me and my bad husband. Follow dulu sebelum baca....