Hay bestieee apa kabar? Ada yang kangen Vibra Vio?
Ok pelan-pelan bacanya bentar lagi ending😚
Pokoknya jangan lupa vote dan komen dulu! Udah? Cus, baca. Happy reading.
***
Vio akhirnya berhasil menenangkan Vibra yang sebelumnya masih syok akan kabar tentang dirinya yang mengalami lumpuh nyaris total. Mereka didalam mobil sekarang, Vibra berada di pelukan Vio menyembunyikan wajahnya di dada. Mencari tempat paling nyaman untuk meluapkan rasa penyesalannya.
"It's okay if you want to cry," bisik Vio, mengusap kepala Vibra memberi pelukan paling nyaman untuk lelakinya. Sesekali dia mengecup puncak rambut Vibra.
"Bunda tau aku lumpuh?"
"Enggak, bunda nggak tau,"
"Dan nggak akan pernah tau." Lanjut Vio dalam hati."Kenapa selama dirawat bunda nggak pernah jenguk?"
"Aku mau ngomong penting tapi janji jangan pernah marah,"
Vibra mendongak, mata keduanya saling bertemu, "kamu mau ketemu bunda kan?"
"Tentu, satu-satunya perempuan yang aku cinta selain kamu itu, bunda. Aku mau ketemu dia,"
Vio meraih koran harian terbitan beberapa waktu lalu, Vibra masih belum mengerti apa maksudnya. Di lembar pertama, berita kecelakaan beruntun yang Vibra sadari kalau dirinya sebagai korban.
"Dua pejalan kaki yang dimaksud dalam koran itu adalah bunda dan Fara," dalam sekali tarikan nafas Vio berucap, kalimat yang mampu meruntuhkan pertahanan Vibra.
"Nggak, kamu bohong,"
"Dengerin aku," Vio berhasil meraup wajah Vibra, meski beberapa kali cowok itu menghindar. "Bunda dan Fara, mereka udah kembali ke pelukan tuhan. Bunda nggak sendirian, ada Fara. Mereka ada ditempat paling nyaman sekarang,"
Vibra terdiam cukup lama, tatapannya kosong bahkan untuk menangis rasanya tidak bisa. Kenyataan yang terus menghancurkan setengah hidupnya, ia harus kembali merasakan kehilangan. Kali ini ia benar-benar kehilangan orang tua satu-satunya yang ia miliki.
Vio meraih Vibra kepelukannya, cukup erat pelukannya ketika Vibra tersedu terisak tanpa suara. Pelukan semakin erat ia beri untuk menyamarkan suara tangis Vibra.
"Never feel alone, i'm here for you," ucap Vio mencoba menenangkan.
Mobil yang membawa mereka berhenti di sebuah pemakaman, dengan dibantu sopir Vibra keluar dari mobil menggunakan kursi roda. Vio masih setia berada dibelakang, membantunya mendorong kursi roda.
Seandainya kedua kaki itu bisa berlari Vibra ingin segera menghambur ke gundukan tanah yang mengubur peti jenazah Ibunda tercintanya. Meluapkan semua amarah, meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini. Tapi yang ia lakukan sekarang hanyalah, terduduk kaku tanpa suara. Tenggorokannya terasa kelu, lidahnya tercekat tak mampu berucap lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA [Completed]
RomanceWarning: Young Adult 🔞 "Mulut kerap mengatakan benci, namun hati tak dapat membenci" . . . . . Sequel me and my bad husband. Follow dulu sebelum baca....