Chapter14

23.1K 1.5K 48
                                    

Happy reading

   Suasana pagi yang cerah, Vio membuka gorden kamarnya. Seketika sinar matahari masuk menghangatakan suasana. Vibra yang masih tidur merasa terusik akibat sengatan cahaya mengenai wajahnya.

"Pagi," sapa Vio.

   Vibra perlahan membuka matanya lalu menarik pinggang Vio hingga tubuh mereka saling bertemu, Vibra memeluk dengan posisi Vio yang berada diatas tubuhnya.
   Vibra menciumi setiap inci wajah Vio, ciumanya berpindah ke bibir ranum Vio yang selalu menjadi candu baginya.

"Manis," gumam Vibra.

"Bangun gih, jadi nganterin mommy sama daddy ke Bandara kan?" Ucap Vio lalu bangun dan membereskan tempat tidur.

"Iya bentar. Al sama El udah bangun?"

"Belum. Kamu buruan mandi! Aku mau ke kamar anak-anak dulu."

"Mama," panggil Al saat melihat Vio didepan pintu.

"Udah bangun jagoannya mama," menggendong tubuh mungil Al.

"Mandi yuk, nanti ikut ke Bandara kan buat nganter kakek sama nenek," Al menggangguk semangat. Pagi ini Vio memang ada rencana mengantar kedua orang tuanya ke Bandara, sebenarnya Vio berat harus berpisah dengan orang tuanya yang akan kembali ke Los Angeles, bukan untuk kerja atau urusan bisnis tapi mereka benar-benar pindah dan mungkin selamanya akan tinggal disana. Karena silla juga harus mengurus ibu mertuanya yang sudah tua.

****

  Alat pengukur waktu menunjuk pukul 09.24 Vibra dan Vio sudah sampai di Bandara, Al dan El terlihat senang melihat keramaian disekitarnya.

  Brama tersenyum simpul melihat putri semata wayangnya yang kini sudah berkeluarga, tidak salah dirinya dulu menjodohkannya dengan Vibra. Dan sekarang sudah saatnya dirinya pergi tanpa perlu kawatir dengan keadaan Vio kedepannya, dia yakin Vibra pasti bisa menjaga dan melindugi Vio. Usapan lembut dari tangan Silla membuatnya tersadar dari lamunan.

"Vibra, daddy titip Vio. jaga dia. Jangan pernah mengecewakannya, kalian sama-sama sudah dewasa daddy yakin kamu pasti tau cara mengambil keputusan yang benar, kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin. Saling terbuka dan percaya. Selama daddy di LA kalian tidak perlu kawatir kalau ada masalah serius segera hubungi daddy, daddy pasti bantu."  Vibra mengangguk sebagai jawaban.

   Vio langsung memeluk daddynya, air mata tak sanggup ia bendung baru kali ini dirinya akan berpisah dengan orang tuanya meskipun mereka absurd semua tapi kenangan keabsurdan mereka lah yang tidak bisa Vio lupakan.

"Sstt nggak malu dilihatin Al sama El apa, udah gede jangan cengeng, daddy bakal sering telepon kalian kok," Vio mempererat pelukannya.

"Sering-sering pulang ke sini lagi ya," ucap Vio disela isakan tangisnya.

"Iya, wisuda nanti daddy sama mommy pulang."

"Kekek..." panggil El sambil menjulurkan tanganya meminta untuk digendong oleh Brama.

"Wah cucu kakek nggak mau ditinggal juga nih kayanya."

"Mommy," Vio gantian memeluk Silla.

"Saodah jangan cengeng. Inget mommy nggak di rumah jadi jangan kaget kalau dirumah cuma ada ucup, Sering-sering ke rumah juga ya kasihan ucup cuma sama babeh sumanteb,"

"Mommy nggak lucu deh,"

"Nggak usah nangis malu-maluin ah. Lagian cuma ditinggal ke rumah nenek aja, kamu kan masih bisa nyusul,"

EUPHORIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang