Chapter19

21.5K 1.4K 190
                                    

Happy reading.

Cahaya matahari mengintip lewat celah gorden yang sedikit terbuka. Seorang perempuan menggeliat dari tidurnya. Matanya perlahan terbuka, raut keterkejutan terlihat jelas diwajahnya. Reflek ia bangun dari tidurnya seraya menggelengkan kepala dengan menutup rapat-rapat mulutnya menggunakan kedua tangan. Tanganya bergetar hebat, disibaknya selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Tubuh telanjang dengan laki-laki disampingnya, tubuh yang serasa remuk redam, noda merah sprei dibawahnya memberi bukti bahwa dirinya telah melakukan perbuatan hina dan terlarang.
Isakan tangis pilu keluar dari bibirnya yang membengkak. Kenapa bisa laki-laki ini ada di sampingnya. ia merasa seperti jalang, dengan mudahnya menyerahkan harta yang ia jaga selama ini kepala laki-laki brengsek di sampingnya.

Suara isakan tangis membangunkan laki-laki yang masih bergelung di bawah selimut. Ia membelalakan matanya kala netra hijaunya melihat sosok perempuan tergugu sambil meremas kuat selimut.

"Lo ngapain di sini?!" Vibra terkejut bukan main, dia baru sadar kalau saat ini telanjang.

"Seharusnya aku yang tanya, kamu kenapa bisa masuk kamar aku." Ucap perempuan bernama Fara dengan isak tangis yang semakin menjadi.

"Mana gue tau! lo yang sengaja jebak gue kan?!" Sentak Vibra dengan mendorong bahu Fara.

"Buat apa aku ngejebak kamu!" Balas Fara dengan nada meninggi. Ia tidak habis pikir laki-laki yang telah merenggut keperawanannya malah menuduhnya.

"Shit." Umpat Vibra, meremas kuat rambutnya. Ia melirik Fara yang masih terisak, pandangannya turun keleher jenjang Fara yang dipenuhi bekas merah. Ia juga melihat noda merah disprei yang ia yakini adalah darah keperawanan Fara yang mungkin ia renggut semalam.

"Lo butuh uang berapa?" Fara melotot mendengarnya, Ia disamakan seperti wanita bayaran diluaran sana.

Ia mengusap gusar air matanya. "Aku bukan jalang! Aku nggak butuh uang kamu!" Teriaknya.

"Terserah!" Vibra beranjak menggambil pakaiannya dilantai. Segera ia pakai, pikirannya benar-benar kalut. Bagai mana jika Vio tau, bagaimana jika jalang disampingnya ini terus terang kepada Vio.

"Lo nggak butuh duitkan?! Jangan pernah temui gue lagi, anggap hal bodoh ini nggak pernah terjadi." Gertaknya, kemudian Vibra bergegas pergi.

Sepeninggal Vibra, Fara terduduk lemas. Bayangan akan ucapan Vibra berputar dikepalanya. Sanggupkah ia menggap hal bodoh ini tidak pernah terjadi? Tidak, semua ini kesalahannya juga kesalahan Vibra. Lalu kenapa ia yang harus menanggung sendirian. Air matanya kembali lolos, ia berusaha bangun meski tubuhnya lemas , miliknya terasa sakit dan perih.

"Dasar penjahat kelamin!" Umpatnya disela isakan tangis.

****

"Huek...huek." Vio memijat tengkuknya sendiri, sangat susah rasanya untuk mengeluarkan sesuatu yang membuatnya mual-mual dipagi hari seperti ini.

"Mama," Vio menengok melihat sosok El yang berdiri di depan pintu. Vio kembali membasuh tangan kemudian wajahnya.

"Iya sayang, kenapa?" El menggeleng pelan.

"Mama sakit ya?"

Vio berjogkok menyeimbangkan tubuhnya dengan El. "Enggak, cuma mual aja kok. El udah sembuh kan?"

"Udah. Tadi malam El yang muntah-muntah kok sekalang mama."

"Masuk angin kayanya."

"Papa kok nggak ada?"

Vio menghela nafas kasar. "Papa sibuk kerja sayang, pulangnya nanti."

"Papa nggak cari mama baru buat El sama Al kan?"

EUPHORIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang