Happy reading
Sejak Vio merasa curiga dengan Vibra, sejak saat itu juga Vio tidak pernah mau bertegur sapa dengan suaminya itu. Meskipun Vibra mati-matian membujuk dan meminta maaf, Vio tidak akan memaafkan selama Vibra tidak mau jujur. Vio bukannya egois, tapi yang ia lakukan agar Vibra kapok, jujur Vio tidak tau sama sekali apa yang tengah Suaminya sembunyikan. Manik hijau dan senyum palsu Vibra membuat Vio semakin yakin telah terjadi sesuatu yang tak ia ketahui. Merasa lelah dengan semua pikiran negatif nya, Vio memilih duduk ditepi kolam dengan kedua kaki ia masukkan ke dalam air.
"Sayang," Vio menganggkat bahunya terkejut akibat tepukan tangan Vibra. Ia melirik Vibra sedikit kemudian mengalihkan pandangan ke tepi kolam.
"Masih marah ya? Nggak masalah kamu marah sama aku, tapi jangan lupa makan nanti sakit." Ujarnya pelan.
"Masih mual?" Tambah Vibra.
"Enggak."
"Kenapa murung? Nggak usah sedih. Bunda nggak lama kan ke Jogjanya."
"Udah tau." Singkat Vio. Ia meninggalkan Vibra yang masih duduk ditempatnya.
Vibra mengikuti, sambil membawa nampan berisi nasi serta lauk untuk Vio.
"Vi, makan dulu ya biar nggak lemes." Vio tidak menghiraukan ucapan Vibra. Ia memilih menemani Al dan El menyiapkan buku gambar."Aku suapin gimana? Mau?" Tidak ada respon dari Vio.
Vibra berpikir, Hanya karena pulang sampai pagi Vio marah berhari-hari dan mendiamkannya. Bagaimana jika Vio sampai tau kalau suaminya ini telah meniduri seorang gadis yang tak lain adalah temannya sendiri.
"Mama itu dipanggil sama papa."
"Biarin."
"Mama sama papa malahan ya?" Tanya Al.
Vio diam.
"Nanti kalo mama sama papa malahan kapan Al sama El punya dedek bayinya?"
"Tanya aja sama papa kalian," ucap Vio beranjak ke dapur.
"Papa nggak mau bikinin kita dedek bayi?" Tanya Al mengintimidasi.
"El mau dedek bayi yang pipinya gembul!" Tambah El.
Vibra tersenyum sabar, ia berjongkok di depan kedua putranya. Mengulas senyum tulus, kedua tangannya mengusap pipi kedua putranya.
"Papa bukannya nggak mau, tapi kan kalian masih kecil papa juga mau fokus sama kerjaan dulu. Nanti kalau udah waktunya pasti kalian bakal punya dedek bayi."Sejak kejadian kemarin malam, Vibra berharap tidak akan ada bayi yang hadir dikehidupannya untuk saat ini. Ia memohon sangat semoga Vio tidak hamil saat ini. pertama, Vibra terlalu takut jika kenyataan kebusukanya diketahui oleh Vio disaat Vio sedang hamil pasti akan membahayakan kesehatan Vio dan juga janinnya nanti. Kedua, ia terlalu pengecut jika wanita murahan itu datang dan meminta pertanggung jawabannya, ia meniduri seorang gadis entah dalam masa subur atau tidak Vibra berharap tidak akan ada benihnya yang tumbuh dirahim wanita itu. Ia memohon dengan sangat.
Vio menunduk menatap perutnya yang datar, apa benar Vibra tidak ingin memiliki anak lagi? Bukankah selama ini Vibra yang selalu bersemangat dan menginginkan seorang bayi hadir ditengah keluarga kecil mereka lagi. Lalu apa yang akan Vibra lalukan jika dirinya benar-benar hamil? Membunuh atau membuang bayinya?. Vio menggelengkan kepalanya, ia berusaha membuang pikiran negatifnya, toh dirinya juga belum terbukti hamilkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA [Completed]
RomanceWarning: Young Adult 🔞 "Mulut kerap mengatakan benci, namun hati tak dapat membenci" . . . . . Sequel me and my bad husband. Follow dulu sebelum baca....