Chapter 31

4.8K 623 445
                                    

Halloo apa kabar anak-anak, ada yang nunggu aku up?🤣 Absen dulu kalian baca jam berapa?

Pelan-pelan aja bacanya, tahan emosi kalian oke.

Makasih yang udh vote dan komen, banyak banget yang war di chat, parah si pada spam🤣👍 kang teror emang,  gw tandain lu pada🔥

#jangan panggil Thor ya, yg lain deh terserah tapi jangan Thor😢

°°°

Vio tersenyum getir ketika Vibra merengkuh tubuhnya, memeluk erat tubuh tegapnya yang sama sekali tidak bergeming. Pisau yang ia pegang tepat dibagian tajam, sengaja ia cengkeram kuat untuk menyamarkan rasa sakit dihatinya.

"Sayang, tolong jangan kaya gini," bisik Vibra.

"Lepas!" Tidak peduli dengan teriakan Istrinya, Vibra malah semakin erat merengkuh tubuh yang kini tengah bergetar hebat.

"Jangan sentuh aku!" Refleks Vibra melepas pelukannya, menatap mata Vio yang sudah dibanjiri air mata.

Vio mundur beberapa langkah menjauh memberi jarak, mata Vibra tak luput dari telapak tangan kanan Vio yang sudah berlumuran darah.

"Vi, tangan kamu-" ucapan Vibra terputus ketika tangan Vio memberi isyat pada Vibra untuk menghentikan ucapannya.

"Bahkan rasa sakitnya nggak setara sama apa yang udah kamu lakuin dibelakangku, ini cuma goresan kecil Vibra, dan kamu panik, kawatir?"

"Lalu kamu pikir dengan adanya pelacur dirumah ini, pelacur yang mengandung anak kamu. Kamu pikir aku nggak lebih sakit?"

"Dan lucunya ketika mereka nyuruh kamu untuk segera menceraikan aku, kamu mau?"

"Istri mana yang nggak akan sakit hati?"

Mata mereka saling bertemu, mata Vio terlihat jelas menyiratkan rasa sakit yang teramat.

"Kamu cepat-cepat pulang karna takut kan, kalau aku benar-benar bunuh Fara?!"

"Liat! Aku berhasil buat tangan dia  berdarah, tadinya aku sempat berpikir goresan itu bakal lebih indah kalau dileher, tapi kamu terlanjur datang," tutur Vio sembari tersenyum miris. Percayalah rasa sakit yang ia rasakan sudah tidak bisa digambarkan lagi dengan senyuman ataupun tangis.

"Vio, aku tau kamu nggak mungkin ngelakuin itu," Vibra berusaha mendekat untuk mengambil pisau ditangan Vio.

"Kenapa kaget? Kamu kan tau aku berandalan dari dulu, tapi seenggaknya nggak lebih buruk dari jalang ini,"

"Vio jaga bicaramu!"

Vio tertawa disela isakan tangisnya, "bisa-bisanya aku nangisin bajingan," gumamnya.

"Tolong Vi, jangan buat semuanya semakin rumit,"

"Kamu sendiri yang buat semuanya jadi rumit."
"Mari bercerai dan saling menganggap sudah mati," ucapan Vio bagaikan bom yang meledak dikepala Vibra, laki-laki itu menatap kosong wajah Vio.

"Violin tolong tarik kembali ucapanmu,"

"Mari bercerai Vibra Semico Demand," penuh penekanan Vio mengucap kata itu.

"Vio jangan-"

Vio mengangkat jari telunjuknya kedepan, bersamaan dengan itu pisau yang ia pegang sengaja dijatuhkan didepan Fara, "Sttt, bitch nggak ada ruang untuk berpendapat."

Pandangan Vio beralih ke Vibra,"Dia butuh tanggung jawab kamu, janin yang dia kandung butuh sosok ayah. Kamu nggak perlu mikirin aku sama anak-anak, kita nggak butuh kamu, Vibra."

EUPHORIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang