Anyeng heloooo....
Pelan-pelan ya bacanya😉Berjalan sekitar dua minggu Fara tinggal di rumah keluarga Vibra, dua minggu juga sikap Vio sangat-sangat berubah, Vibra hampir tidak mengenali sosok istrinya itu. Selama ini Vibra dan Vio memang tidur satu atap, namun rasanya seperti ada benteng besar yang menghalangi keduanya. Semakin Vibra mendekat, Vio kian menjauh, entah karna memang tidak ingin atau hanya sekadar memberi jarak agar mengerti perasaan satu sama lain.
Sikap Vio memang berubah, tapi tanggung jawabnya sebagai seorang istri tentu tidak pernah ia lupakan. Rutinitas setiap pagi, ia menyiapkan segala keperluan Vibra dan juga kedua putranya. Seperti sekarang, Jas dan tas kantor Vibra sudah tertata di atas kasur, Vio segera keluar untuk menghampiri Al dan El di ruang sebelah. Dia tidak sengaja berpapasan dengan Fara yang baru saja keluar kamar, Vio berusaha bersikap biasa, Fara tersenyum ke arahnya tentu ia membalas. Setelah itu ia bergegas pergi.
"Al, El udah siap?"
"Sudah mama," pekik Al dan El kompak.
Vio mengambil tas punggung yang mengantung di dinding, ia jinjing kedua tas tersebut.
"Kita sarapan dulu, ya,""Oke mama,"
Al dan El berjalan lebih dulu, Vio mengekor dibelakang mereka. Derap langkah seseorang terdengar dari belakang Vio, siapa lagi kalau bukan Vibra. Vibra sudah rapi dengan setelan jas dengan membawa tas kantornya. Di ruang makan sudah ada Fara yang sibuk menata makanan di atas meja.
"Pagi tante cantik," sapa Al, sejauh ini Al tidak masalah dengan kehadiran Fara, tentu karna ia masih kecil dan belum paham dengan konflik orang dewasa.
"Pagi Al, El," jawab Fara seperti canggung. Hanya Al yang rampak welcome, sedangkan El kurang suka jika berdekatan dengan Fara, entah karna apa.
Vio beranjak untuk mengambil bekal Al dan El yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Bunda, toko rotinya buka jam berapa hari ini?""Kaya hari biasa, Vi. Besok pagi, kan, bunda harus ke jogja."
"Jangan lama-lama lho, bunda."
Areta tersenyum lembut, "bunda pasti pulang cepat."
Ritual sarapan pagi sudah selesai, Vio merapikan seragam Al dan El usai mencuci tangan.
"Kita belangkatnya sama papa enggak?" Tanya El.
"Sama mama aja, papa sibuk." Kata Vio, Vibra langsung menjawab. "Aku bisa nganterin dulu, nggak akan kesiangan kok."
"Nggak usah."
"Vibra, kalau kamu nggak keberatan, anterin bunda ke toko, sama kamu sekalian anterin Fara periksa kandungan" pinta Areta, Vio seketika menoleh lalu diam sejenak sebelum melanjutkan aktivitasnya.
"Enggak usah, bunda aku bisa naik taksi." Tolak Fara.
"Sudah Nggak papa, kan, sekalian."
"Kita berangkat," ucap Vio sambil menggandeng tangan Al dan El.
****
"Jangan nakal ya selama di kelas, El kalau Gravity deketin jangan diledek nanti dia nangis. Kamu juga Al nggak boleh jail. Nanti pulang sekolah mama yang jemput ya,"
"Siap mama," kata El.
"Oke mama," sahut Al.
"Mama tinggal ya, inget nggak boleh apa?"
"Nda boleh nakal," serempak Al dan El menjawab.
"Anak pinter," cukup memastiakan Al dan El masuk kelas. Lalu Vio segera pergi.
"Vi!" Vio refleks menoleh ketika namanya dipanggil.
"Abby,"
"Jadi ke dokter?" Tanya Abby memastikan, pasalnya tadi pagi mereka memang sempat berjanjian untuk periksa kandungan.
"Iya jadi, gimana promilnya, berhasil?"
Abby menggeleng, "belum, masih sabar nunggu."
"Yakin lah pokoknya, semoga Gravity cepet punya adek." Ucap Vio menepuk perut Abby.
"Amin. Yaudah yuk berangkat sekarang."
****
Usia kandungan Vio memasuki bulan ke empat. Sudah dua kali Vio periksa kandungan, Dokter selalu bilang kondisi dirinya dan juga janin kurang sehat, padahal Vio sudah rutin minum Vitamin.
"Bu Vio, usia empat bulan kandungan masih sangat rentan, saya sarankan agar ibu tidak terlalu kelelahan dan juga stres, karna risikonya bisa berakibat Fatal pada janin yang ibu kandung."
"Maaf, Dok, tapi saya rutin minum Vitaminnya kok."
"Bu Vio memang rutin minum Vitamin, tapi sepertinya anda terlalu stres dan banyak pikiran, sampai kesehatannya menurun."
"Untuk pemeriksaan selanjutnya alangkah baiknya jika suami mendampingi,"
"Iya, baik Dok."
Vio dan Abby keluar dari ruangan tersebut setelah urusan mereka selesai. Vio yang menoleh ke samping sontak pandangannya bertemu dengan Vibra dan Fara yang juga baru saja keluar dari ruangan sebelah.
"Vi, itu Vibra sama Fara?" Abby tentu kaget, bagaimana bisa Vibra menemani Fara periksa kandungan. Sedangkan Vio yang jelas-jelas istrinya saja belum pernah ia temani. Tapi jangan salahkan Vibra, Vio sendiri yang kerap menolak jika Vibra mau mengantarnya. Tentu karna Vio pikir Vibra terlalu sibuk dan akan mengganggu pekerjaannya.
"Vio," panggil Vibra.
"Bby, lewat sana aja. Ayo!" Vio berniat menghindar lewat jalan lain, tapi Vibra lebih dulu menarik pergelangan tangannya.
"Vi, kenapa nggak bilang kalau mau periksa kandungan?"
"Karna aku udah tau jawaban kamu nggak akan bisa, kamu sibuk, kan?" Vio tersenyum getir.
"Oh, gimana keadaan bayi kalian, sehat?" Yang Vio maksud adalah kandungan Fara."Vi, tolong jangan mempersulit keadaan,"
"Vio, tadi Vibra cuma nganterin, karna tadi sekalian nganterin bunda ke toko kue juga." Ucap Fara menjelaskan.
"Iya tau. Aku sama Abby duluan ya," ucap Vio sebelum akhirnya berlalu, diikuti oleh Abby dibelakangnya. Pangilan dari Vibra tidak ia dengarkan, untuk sekarang biarlah dirinya egois.
"Maaf, aku egois." Batin Vio, ia berjalan tergesa sambil menyeka air matanya. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya dari pandangan orang-orang.
****
Tbc....
Wahhh antusias kalian war biasaaaa....😚😚semangat kak jadinya.Makasih vote dan komen kalian yangg bener2 bikin boomm, membangkitkan semangat😂😂 dipart ini juga harus lebih rame okey😉
Gimana part ini? Udah inget alurnya belum? Apa masih binging?
Next lagi kapan nih?
Follow kecebongofficial untuk tau info kalau ceritaku upup
With love, Etika😚
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHORIA [Completed]
RomanceWarning: Young Adult 🔞 "Mulut kerap mengatakan benci, namun hati tak dapat membenci" . . . . . Sequel me and my bad husband. Follow dulu sebelum baca....