Happy Reading...
🍂🍃🍁🍂🍃🍁🍂🍃🍁🍂🍃🍁
"Subhanallah, sungguh Indah ciptaan Mu ya Allah" ucap salah satu santri dari lima temannya, sambil tersenyum menatap kearah sebrang tepatnya kearah dimana teman Putri seangkatannya sedang bergurau dibelakang masjid, bawah pohon mangga."Ho'oh, apalagi tawanya yang begitu renyah membuat kita tanpa sadar tertular" seru teman yang lainnya.
"Tanpa ekspresi aja cantik, apalagi tersenyum aduh meleleh abang dek melihatnya" sahut yang lain.
"Alay antum"
"Semua ekspresinya membuat ana ingin ngarungin deh" sahut yang lain.
"Kalo ana mah pengennya ngehalalin" seru yang lain.
Kelima santri putra itu tengah nongkrong diteras rumah salah satu ummahat sambil mengisi air minum dan menikmati plus mengagumi bidadari-bidadari pondok.
"Walaupun usianya jauh dari temen-temennya tapi nggak ketara ya"
"Ho'oh, malah terlihat seumuran"
"Lebih muda kali"
"Setuju"
"Malah ana rasa dewasaan adeknya loh"
"Betul"
"Sama-sama cantik"
"Entah kenapa dari sekian bidadari pondok yang ada, ana sangat mengaguminya"
"Sama ana juga"
"Iya ana juga"
Mereka asik ngobrol sampai tidak sadar dua orang menghampirinya.
"Assalamualaikum" salam kedua pria berdiri dihadapan kelima santrinya.
"Eh ustadz, Wa'alaikumsalam tadz" jawab mereka dan segera menyalami kedua pria itu yang tidak lain adalah ustadz Ali dan Juki.
"Sedang apa kalian disini? " tanya Ali.
"Ngambil air minum tadz" jawab Umay.
"Ooh, tapi kok mata kalian semua ke sebrang ya" ucap Juki.
"Oh itu, iya tadz mumpung ada bidadari jadi sayang kalo dilewati" balas Endi.
"Sampai tidak sadar kalo airnya udah penuh dan terbuang sia-sia" sindir Ali sontak membuat kelima santriwan itu mengalihkan pandangannya kearah dimana ember yang dipakai untuk menampung luber.
"Astagfirullah hal adzim" pekik kelimanya heboh.
"Kenapa nggak antum matiin sih Ban kalo udah penuh" ucap Qausar.
"Loh kok ana? " tanya Bani tidak terima.
"Kan antum yang deket dengan kran" seru Umay.
"Ya mana ana tau, ana kan pokus menatap bidadari ku" balas Bani.
"Antum juga Ri-""Sudah-sudah tidak usah ribut, makanya gb (godhul bashar), bukannya ngeliatin yang bukan mahram" lerai Ali.
"Noh denger" seru Dito.
"Loh antum juga" sewot yang lain.
"Hehehe" cengir Dito.
"Emang kalian ngeliat siapa sih?" tanya Juki.
"Itu bang bidadari pondok" jawab Endi.
"Oh mereka semua? " tanya Juki lagi yang diangguki oleh santrinya.
"Tapi lebih tepatnya sih kita ngeliatin si Aisyah" seru Bani yang sontak membuat mata Ali membulat dan menatap tajam santrinya tapi sayang kelima santrinya tidak menyadari itu dan mereka kembali menatap kearah Aisyah yang tengah cemberut, Juki yang melihat itu mengulum senyum.
"Nah apalagi kalo dia mengeluarkan semua ekspresinya, wush rasanya pengen cepet-cepet ngehalalin dia bang" seru Dito.
"Senyumnya itu melemahkan imanku"
"Tawanya itu membuat kita tanpa sadar ikut tertawa juga"
"Oh iya bang Juki inikan sepupuan kan sama Aisyah"
"Ya"
"Boleh minta no hpnya nggak"
"Nggak" itu yang jawab bukan Juki tapiiiii Ali yang sedari tadi menatap tajam mereka dan matanya yang melotot hampir keluar, menahan amarahnya.
"Loh kan ana mintanya sama bang Juki bukan bang Ali" seru Qausar.
"Kalian itu nggak boleh chatingan sama yang bukan mahram, dosa" ucap Ali.
"Ana nggak ingin chatingan dengannya"
"Lalu"
"Ana mau minta izin sama bapaknya tuk halalin dia" seru Qausar dengan senyum mempesonanya.
"Apa??? " pekik Ali membahana sampai terdengar kekomplek sebrang dimana Aisyah dkk menghentikan candaannya dan menatap mereka penasaran.
Sedang Juki yang melihat itu tertawa terbahak-bahak, "hahahaha" sedang kelima santrinya menatapnya heran sekaligus bergidik ngeri saat melihat muka Ali yang merah padam.
Nb. GB/Godhul Bashar : tundukkan pandangan.
🍂🍃🍁🍂🍃🍁🍂🍃🍁🍂🍃🍁
Napa bang Ali???
😂😂😂Tbc...
05-01-2019
11:32