Seperti senja yang mengerti langit, seperti itu juga aku berusaha mengertimu.
***
Ramel mengoleskan lip-tin di permukaan bibir. Tersenyum puas melihat penampilan dirinya yang mengenakan dress selutut berwarna biru dongker. Ia merampas paper bag cokelat memasukan sebuah kotak berukuran kecil yang telah terbungkus kertas kado.
Gadis itu betah mengembangkan senyum mendengar dering ponsel berbunyi. Ia menggeser tombol hijau mengangkat sambungan telepon.
"Napa, Nui kangen ya"
"Kepedean, buru napa Nui lama nunggu"
"Asem, Mel lagi dandan biar cantik"
"Gak usah dandan tar banyak cowok yang lirik Mel!"
"Nui pasti cem—"
Ramel berdecih, melihat sambungan ponsel terputus. Ia merampas sling bag berlari cepat keluar kamar.
***
Napas Ramel bergemuruh, langkahnya lebar, sesekali ia menyalakan ponsel melihat jam yang tertera di layar ponsel. Ia berdecih kesal. Mengusap dada berlari kecil mendekati pria yang telah duduk di salah satu bangku taman. Gadis itu lantas mendaratkan bokong menyandarkan tubuhpada sandaran kursi.
"Mel capek banget, berasa kayak lari meraton," celetuk Ramel di sela napas yang tersisa. Pria itu menautkan alis, memilih membuang napas kasar.
"Siapa yang nyuruh lari."
Ramel menatap pria itu tajam. Ucapan ketusnya semakin membuat dia kesal. Dada yang semakin bergemuruh, membuatnya menarik napas panjang.
"Nui, itu ngeselin tau!" ketus Ramel membuat Nui membung napas malas. Ia menggenggam pucuk jemari Ramel, namun gadis itu menepis kasar.
"Yaudah maaf," balas Nui asal membuat Ramel mengulum senyum. Senang, karena Nui cukup peka.
"Siapa yang udah nyuruh Ramel buru-buru dateng ke sini?" tanya Ramel meninggikan dagunya. Nui yang mendengar mengusap kasar wajah.
"Nui." Lagi lagi Ramel mengulum senyum mendengar ucapan Nui.
"Jadi siapa yang salah?" ketus Ramel melipat tangannya di depan dada.
"Nui." balas Nui singkat.
"Siapa yang selalu bener?" tanya Ramel menggigit bibir bawah melihat wajah malas Nui. Pria itu membuang napas kasar. Menatap Ramel dengan tatapan teduh.
"Mel," balasnya cepat. Ramel melebarkan senyum, menjentikkan jari seraya berucap,
"pacar romantis."
Kalimat Ramel mampu membuat Nui menggeleng heran, Ramel tidak pernah mau disalahkan meski dirinya sendiri yang salah.
Gadis itu merogoh sling bag, mengambil sesuatu berbentuk lonjong yang telah terbungkus dengan kertas tulis. Ia mengguratkan senyum simpul membuat Nui menautkan alis melihat benda yang terselip di lekukan jemari Ramel.
"Selamat ulang tahun Nui."
Suara nyaring Ramel mampu membuat orang yang ada di taman itu menoleh ke arah mereka. Nui yang menyadari dirinya diperhatikan menunduk malu, Ramel benar benar gila, pikirnya.
"Itu apaan Mel?" tanya Nui membuat Ramel mendengus kesal.
"Ini kado," balas Ramel cepat. Nui yang mendengarnya terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melteen
Teen FictionHidup itu seperti rubik, penuh perjuangan untuk mencapai hasil akhir. *** Ramel Arindira gadis cerewet dengan segala keunikannya berhasil membuat Nui Pranata jatuh hati dengan dirinya. Mereka terlalu biasa namun hubungan yang mereka rajut membuat m...