Kamu itu pemenang yang tak berjuang mendapatkan hatiku, maka tak usah cemburu dengan mereka yang telah kalah.
Sinar redup di ufuk timur, mengusir gelapnya malam, membiarkan celah cahaya menerangi cakrawala. Embun pagi berhasil meninggalkan jejak. Dingin yang membekas membuat gadis itu membungkus tubuh dengan sweater berwarna putih tulang.
Ramel berjalan pelan menyusuri koridor. Mata hazel itu masih fokus meneliti buku kecil yang terjepit pada lekukan jemari lentiknya.
"Radit bayar dulu utang lo masih lima puluh," ucap Ramel nyaring membuat beberapa orang menatapnya. Radit jengah, mendengus mengambil uang lima puluh ribu dari saku celana. Tidak bisakah Ramel memelankan suaranya, haruskah gadis itu berteriak meminta hutang, gerutu Radit.
"Nih bayar dua puluh ribu dulu," balasnya asal. Ramel membuang napas malas. Jemarinya tergerak mengambil uang dua ribuan, seribuan logam dan selembar uang sepuluh ribu. Ia ulurkan uang itu keapada Radit.
Radit membulatkan mata, menggerutu melihat ulah Ramel. "Gilak receh, gak mau gue."
Mendengar ucapan Radit, Ramel menarik kasar uang itu. "Yaudah kembaliannya juga dicicil," celetuk Ramel asal. Radit mendengus.
"Yaudah sini," ucap Radit tak iklas. Ramel tersenyum puas melihat wajah kesal Radit.
Ramel kembali melangkah, mencari teman temannya yang masih mengutang. Tak jarang ada yang menjuluki dirinya sebagai lentenir. Sepagi ini masih saja ada yang membuat alasan untuk tidak membayar. Ramel menggerutu kesal berjalan pelan membaca nama nama yang masih mengutang pada buku kecil itu. Velo yang melihtanya merangkul cepat leher Ramel membuat gadis itu menengok cepat. Velo menaik turunkan alis melihat uang di lekukan jemari Ramel.
"Banyak banget uang lo, pinjem dong buat beli be-ha," celetuk Velo memamerkan gigi ratanya. Ramel terkekeh geli, memukul pelan kening Velo.
"Gue mau pakek beli sweater," balas Ramel cepat. Velo hanya tersenyum tipis membalas ucapan Ramel. Langkah mereka berhenti pada mading. Mata Velo berhasil membulat melihat pengumuman itu.
Pesta Dansa
Untuk semua siswa-siswi SMA Samudera pesta dansa tahun ini bertema prince and princess castle. Bagi kalian yang memanangkan kategori King & Queen tahun ini bebas makan di kantin belakang, dan menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti kompetisi CantikTampan antar Sekolah.Velo tercengang membaca kalimat terakhir. Ia langsung merogoh ponsel mencari tahu salon yang bagus untuk dirinya. Membuka brosing mencari gaun yang bagus, Velo terus saja berceloteh membahas pesta dansa itu. sementara Ramel hanya diam mendengar ocehan Velo. Langkah mereka pelan. Pengumuman pesta dansa itu berhasil menjadi buah bibir di SMA Samudra. Ramel sampai heran bahakan di setiap langkahnya Ia selalu mendengar para siswi seakan antusias menyambut lewat dansa itu.
"Aduh gue pakek baju apa ya."
"Tas merek apa ya."
"Gue harus nyalon dimana,"
"Gue harus jadi yang paling cantik."Ramel berhasil menautkan alis mendengar celoteh itu. Haruskah terlihat menjadi yang paling cantik, atau haruskah mengubah diri sendiri untuk membuat orang menjadi menyukai kita. Ramel menggeleng pelan. Tampil sederhana adalah dirinya. Ada sedikit rasa tidak iklas jika dia sendiri harus mengorbankan uang hanya untuk pesta dansa itu. Menurutnya itu sama sekali tidak berguna.
"Hay," sapa Nova yang berjalan pelan mendekati mereka. Velo menyiku pelan pinggang Ramel membuat gadis itu menatap kesal. Velo dan Ramel kompak tersenyum hambar membalas ucapan Nova.
"Mel, buat elo ya," celetuk Nova memberikan peper bag berwarna cokelat kepada Ramel.
"Eh kenapa elo ngasih gue ini?" tanya Ramel canggung. Nova yang mendengar ucapannya mengapus pelan tengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melteen
Novela JuvenilHidup itu seperti rubik, penuh perjuangan untuk mencapai hasil akhir. *** Ramel Arindira gadis cerewet dengan segala keunikannya berhasil membuat Nui Pranata jatuh hati dengan dirinya. Mereka terlalu biasa namun hubungan yang mereka rajut membuat m...