8. Cokelat Boneka Bunga

32 15 63
                                    

Hati itu seperti keju mozarella, mudah meleleh dan mencair. Seperti perasaanku yang aku tunjukan lewat guratan wajah.


Riko
Inget malem ini ada janji sama Mela

Nui berhasil mendengus membaca pesan singkat dari Riko. Ia menyandarkan tubuh. Sepulang mengantar Ramel rasanya ia ingin melatih jemarinya untuk memainkan not gitar. Rasa jenuh mulai menghampiri, malas sekali rasanya berkencan dengan gadis yang tidak ia cintai. Denting ponsel berbunyi menandakan pesan masuk dari Riko.

Riko
Jalan kemangi 2 no28
Alamat rumah Mela, lo tahu kan?

Nui menatap malas benda pipih itu menghiraukan pesan Riko. Ia bangkit berdiri bersiap menemui Mela.

Riko
Taik chat gue Lo read doang

Nui tersenyum geli membaca pesan dari Riko. Jemarinya tergerak menekan keyboard.

Nui
Sorry beb
Gue lagi ngumpulin niat buat bls chat lo

Riko
Najis!!
Beb? Lo kira gue ramel

Nui
Abis di otak gue cumak namanya dia doang

Riko
Asem!!

***

Nui menepikan motor di depan rumah Mela. Jemarinya tergerak mengambil ponsel.

Nui
Suruh dia keluar, gue udah depan gerbang ni.

Denting ponsel Nui berbunyi, sudut bibirnya tersenyum kecut membaca pesan dari Riko.

Riko
Sip.

Pintu gerbang terbuka lebar memperlihatkan seorang wanita dengan gaun selutut berwarna biru laut. Mata Nui berhasil membulat melihat Mela berpenampilan seperti itu.

"Mobil kamu dimana baby?" tanya Mela centil membuat Nui tersenyum kecut.

"Gak punya mobil," balasnya santai. Mela menganga kecil melihat Nui menyerahkan helm. Ia membuang napas kasar.

"Ya ampu aku udah dandan pakek dres kek gini masak naik vespa?" balas Mela terdengar berlebihan.

Nui menatap datar mengunci Mela dalam tatapan tajam. Jika saja ini bukan masalah uang Nui tidak akan mengencani gadis seperti dia.

Mela mengerucutkan bibir, memperhatikan Nui bergantian dengan motor vespa yang terparkir di depan. Mela berhasil menautkan alis, bajunya mungkin saja akan kotor terkena debu jalanan, rambut yang ia catok abis abisan bisa saja menjadi berantakan karena mengenakan helm, atau paling parah rambutnya akan kusut terkena angin malam. Mela bergidik membayangkan jika semua itu terjadi pada dirinya.

"Yaudah gue pulang," balas Nui cepat membuyarkan lamunan Mela. Ia menelan ludah kasar melihat Nui yang kini mengenakan helm. Mela menggigit jari telunjuknya.

"Terus aku gimana?" celetuk Mela cepat.

"Jalan aja sama mantan lo," balasnya asal. Nui tersenyum tipis berharap Mela akan menuruti usulnya. Nui menyalakan motor meninggalkan Mela yang menatap kesal.

"Ih, Nui ngeselin, udah dandan cantik kek gini masak gak jadi jalan, masak iya ngajak cewek jalan pake motor, gue aja gak mau make motor, bisa-bisa rusak nih wajah, kulit gue kering rambut gue kusut, ahh, tapi masalahnya dia ganteng banget," celetuk Mela panjang lebar. Ia merogoh saku tas mengambil benda pipih berwarna hitam pekat. Sambungan ponselnya terhubung.

"Halo,"

"Reno, lo mau gak jalan sama gue, ya jangan berharap buat balikan sama gue, gue cuma boring aja"

Melteen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang