Membohongimu membuatku merasa jengah di setiap rantaian kata yang ku ucapkan, tolong jangan pergi saat aku berhasil mengukir luka di hatimu.
***
Ramel membulatkan mata mendengar teriakan mereka. Alisnya berhasil tertaut melihat wajah mereka yang seakan ketakutan. Riko menelan ludah kasar, ia sangat berharap Ramel tidak mendengar apa pun. Ramel mendaratkan bokong, meletakan semangkok bakso dan air minum yang ia bawa dari rumah.
"Gue kenapa?" tanyanya membuat Nui berhasil bungkam.
Riko berusaha menelan ludah entah kenapa tenggorokannya terasa kering. Wisma yang berusaha bersikap tenang melemparkan senyum membuat Rammel membalas tersenyum.
"Gini lo Mel, gue sama Riko mau ngajakin Nui buat makan di warung belakang sekolah, sekalian mau pesen es cendol buatan mang ujang, udah lama banget gue gak beli es cendolnya," ucap Wisma santai membuat Ramel tertawa renyah mendengarnya. Ramel membumbui bakso menatap Nui lekat yang kini melemparkan senyum kepadanya.
"Tapi kata Nui dia udah janji makan di sini bareng elo," bohong Wisma membuat Nui membuang napas lega. Ramel tersenyum kecil melihat Nui
"Nui jaga perasaan Mel banget," celetuk Ramel membuat Nui tersenyum tipis.
"Andai aja Mel tau,"
gumam Nui terdengar jelas di telinga Ramel. Ramel mendongakkan kepal menatap lekat Nui.
"Tau apa?"" tanyanya cepat membuat Nui nyaris tersedak.
"Nui perhatian banget," celetuk Nui asal membuat Ramel mengulum senyum.
Riko menatap Wisma, mengernyitkan alis sekan mengatakan, jika dia tidak nyaman berada di tempat ini.
"Kita pergi ya," ucap Riko membuat Ramel menautkan alis.
"Gak jadi ke warung belakang?" tanya Ramel cepat.
"Lain kali aja Mel, gue kasihan sama elo, tarnangis lagi," ceteluk Riko jail. Ramel tertawa renyah mendengar umpatan Riko.
"Sialan lo," umpat Ramel membuat Riko tersenyum kecil.
Tangan Riko bergelayung menggantung leher Wisma, membuat pria itu ikut melangkahkan kaki mengikuti hantappan langkah Riko. Mereka berjalan beriringan sesekali Wisma menebar senyum manis kepada setiap gadis yang sempat ia lewati. Lekukan sudut bibir Wisma mampu membuat gadis menggodanya. Baru saja ia hendak melangkah mendekati salah satu gadis itu suara Riko yang berat berhasil mengurung niatnya.
"Kalau Vello tau mati lo," celetuk Riko berusaha menyembunyikan tawanya dari raut kesal Wisma.
***
Ramel menikmati pesanannya, iris cokelat Nui berhasil mengurung lekukan wajah Ramel. Sudut bibirnya tersenyum tipis. Ramel membuang napas kasar, diperhatikan seperti itu mampu membuatnya jengah."Kenapa liat-liat tarnaksir," celetuknya asal, berusaha menghilangkan rasa gugup.
Nui terkekeh hambar.
"Mel ternyata..."
"Cantik," sambung Ramel cepat membuat Nui membelalakkan mata mendengar ucapan Ramel yang terlalu percaya diri.
"Ngarep banget," umpat Nui yang kini menyeruput es teh manis.
"Mel, kalau seandainya gue nyakitin elo gimana?" tanya Nui membuat Ramel berhenti mengunyah.Ramel diam menelan kasar sisa kunyahnya. Ia mentap Nui lekat.
"Putus," sambung Ramel cepat membuat Nui tersenyum hambar.
"Kenapa Nui ada niatan buat nyakitin Mel?" tanya Ramel, sontak Nui menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melteen
Teen FictionHidup itu seperti rubik, penuh perjuangan untuk mencapai hasil akhir. *** Ramel Arindira gadis cerewet dengan segala keunikannya berhasil membuat Nui Pranata jatuh hati dengan dirinya. Mereka terlalu biasa namun hubungan yang mereka rajut membuat m...