Melupakan itu hal sederhana namun sulit aku lakukan
"Karena, yang nonton pada melted," balas Ramel pelan. Vello masih menautkan alis tak mengerti ucapan Ramel yang terlalu ambigu.
"Sebenernya Melteen itu pelesetan dari kata Melted, lo liat sendiri banyak banget yang komen kalau dia melted denger suara Riko, melted liat mukak mereka, melted sama lagunya,"
"Jadi?" potong Vello cepat, bahkan Ramel belum menutup mulutnya.
"Melteen itu gabungan dari dua kata, Mel dan Teen," balas Ramel santai. Mel karena nama gue Ramel," sambungnya dengan tawa renyah, gadis itu bahkan tidak memudarkan senyum simpul di sudut bibir mungil itu.
"Teen?"
"Teen itu kan Bahasa indonesianya remaja, ya secara lo tahu sendiri banyak banget cewek cewek remaja yang liat akun ini." Vello mengangkat sebelah alisnya.
"Terus?"
"Melteen itu maksudnya akun youtube Ramel ditonton oleh remaja yang pada melted liat mereka nyanyi, eakk." Ramel berucap geli melebarkan senyum yang tak pudar itu. Vello mengernyit, tersenyum kecut mendengar ucapan Ramel.
"Ia in aja deh biar cepet,"
"Vel," panggil Ramel, Vello hanya berdehem pelan.
"Kayaknya gue bakal jadi youtuber deh kayak Atta Halilintar," celetuk Ramel geli, Vello yang mendengar ucapannya membuang napas malas.
"Hidup lo emang gak jauh dari kata halu ya," celetuk Vello masih menatap layar pipih itu. Ramel mendengar membuang napas malas, Vello menyebalkan. Dering ponsel Ramel berbunyi ia berhasil menautkan alis melihat nomber tidak dikenal.
"Vel ini nomber siapa ya, nelponin gue muluk dari kemarin deh kayaknya." Vello menatap lekat layar ponsel.
"Angkat aja cobak." Ramel mengiakan, menggeser tombol hijau dan menekan lost speker.
"Halo,"
"Halo mbak saya mau pesen ayam balado ya,"
Mereka kompak menautkan alis, Vello mengedik bahu sementara Ramel tersenyum samar.
"Saya gak jual ayam balado, jualnya ayam golek mau?"
Balas Ramel sedikit terkekeh.
Vello tertawa geli mendengar ucapan Ramel, begitu pula dengan Ramel ia menjauhkan ponselnya agar tawanya tidak terdengar."Loh ini bukannya restaurant Balbaldo itu ya?"
"Oh bukan pak ini Restauran Bilbildo, jualnya ayam golek bukan ayam balado,"
"Nama restaurannya mirib ya, sebelah mana ni Bilbildo nya?"
"Ya pokoknya di sebelah jalan lah pak,"
Vello menahan tawa, Ramel memang kurang hajar tega sekali ia berbicara seperti itu.
"Yaudah saya pesen sepuluh potong deh,"
"Tapi maaf pak, restaurant saya gak jual ayam, jualnya bebek betutu,"
Sialan.
Lagi lagi Velo harus menahan tawa, entah apa yang berada di kepala temannya ini. Ramel harus tahu ia tertawa sampai sakit perut.
"Niat jualan gak sih mbak,"
"Niat, tapi restaurant Bilbildo nya masih dalam hayalan saya,"
"Wong edan koe,"
Tut..tut..tut..
Tawa Vello pecah, ia memegang perutnya melihat Ramel dengan tawa tertahan. Ramel sampai menautkan kening melihat Vello terbahak bahak sambil menghantap tembok dengan pukulan pelan. Beberapa siswa sampai menatap aneh kearahnya. Ramel diam berlagak polos, saat ditanya Vello kenapa sampai tertawa seperti itu ia malah menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melteen
Fiksi RemajaHidup itu seperti rubik, penuh perjuangan untuk mencapai hasil akhir. *** Ramel Arindira gadis cerewet dengan segala keunikannya berhasil membuat Nui Pranata jatuh hati dengan dirinya. Mereka terlalu biasa namun hubungan yang mereka rajut membuat m...