Jennie seakan tak percaya, apa benar ia tengah hamil?? Kadang kan test pack bisa saja menipu, somi kelewat bahagia sekarang sedangkan jennie biasa aja karena ia masih belum percaya kalau di dalam perutnya itu ada calon bayi nya.
"Dek biasa aja kali, yang hamil siapa yang happy banget siapa?"
Ucap jennie melihat tingkah somi yang absurd dari tadi, mondar-mandir komat-kamit nggak jelas."Ya jelas dong somi bahagia, secara ya kak bentar lagi somi bakal jadi aunty, nah abis itu somi bisa nikah deh sama donghyuk"
Somi terlihat bangga sekarang."Serah lu dah bocah, gimana nih cari toko nya jadi nggak?? Ngantuk nih"
Entah mengapa jennie menjadi malas untuk keluar rumah, ia mengusap perutnya sebentar, apa benar ia sekarang tengah hamil?? Kalau memang benar berarti ia dan hanbin akan menjadi orang tua, membayangkan ia dan hanbin mengasuh bayi membuat perut jennie terasa geli."Nggak usah deh, mending aku anterin kakak ke dokter aja deh, biar kakak tuh lebih percaya gitu loh"
Usul somi kini boleh juga, kan kalau ke dokter bisa tau pasti jennie itu hamil beneran atau nggak, karena bagi jennie hasil dari test pack itu belum meyakinkan, tapi masa ia ke dokter bersama somi, nanti kalai dokternya nanya, dimana suaminya Gitu gimana?"Ntar aku aja sama bang hanbin yang ke dokter, kamu pulang aja"
"Ehhh beneran??"
Tanya somi meyakinkan."Iya...kan hanbin suami gua"
Ucap jennie bangga."Hilih mentang-mentang udah nikah, ya udah deh kalo gitu aku pulang beneran ya kak"
Somi akhirnya meninggalkan kakaknya dirumah, padahal ia ingin sekali menemani kakak nya pergi ke dokter, tapi ya bagaimana lagi jennie nya nggak bisa di paksain.Setelah somi lenyap dari rumahnya, jennie meraih ponsel nya dan mencoba menghubungi hanbin namun tak ada jawaban, setelah jennie melihat jam pasti hanbin tengah ada kelas.
Akhirnya jennie mengurungkan niatnya, ia memandangi test pack yang ia pegang itu serta mengusap perutnya menggunakan tangan kiri, tak ia sadari seulas senyum lolos dari bibirnya, ia masih tak percaya dengan semua ini, dan ia berharap bahwa memang benar ia tengah mengandung anak hanbin, harapannya adalah semoga test pack ini tidak menipunya.
***
Hanbin tidak tenang selama perkuliahan kali ini, fikirannya hanya tertuju pada jennie yang nampak begitu pucat tadi pagi, ia merasa buruk, bagaimana mungkin seorang sumi tega meninggalkan istrinya yang tengah sakit.
Ia juga merasa bahwa perkuliahan hari ini berjalan begitu lambat, jarum jam pun serasa tak beranjak dari detik yang sama, semua orang menyadari sikap hanbin kali ini, diam, tak bergerak, hanya memandangi jam dinding di dalam ruang kelas.
"Bin lu sakit ya?"
Tanya daniel rekan se kelasnya."Iya nel, gua lagi gak enak badan"
Bukan gak enak badan, tapi gak enak hati."Izin aja sono...."
Ucap daniel sembari menunjuk pak seungri yang tengah menjelaskan materi perkuliahan."Ihhh...ogah ah, pak seungri tuh nyeremin, kalo gua cabut di mata kuliahnya bisa-bisa pantat gua di gebukin pake rotan"
Hanbin bergidik ngeri, pasalnya dulu ada satu teman sekelasnya yang ingin izin keluar di tengah-tengah mata kuliahnya pak seungri, alhasil bukan di suruh keluar tapi pantatnya malah di gebukin rotan sepuluh kali, kan serem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [END]
Fanfiction[Tahap Revisi] "tiap hari gini terus, lama lama gua masuk rumah sakit jiwa"-kim jennie "di suruh jadi imam yang baik?? istrinya aja kek begitu gimana gua mau jadi imam yang baik??"-kim hanbin