Sudah tiga hari ini ia hanya bisa diam, tak mengucapkan sepatah kata apa pun, meskipun teman-temannya berkunjung dan mengajaknya untuk sekedar bercanda ia tetap bungkam, sampai membuat hanbin jengah, karena istrinya itu sudah seperti orang yang bisu mendadak.
"Ya udah kalo gitu kita pulang dulu ya jen, cepet sembuh"
Ucap lisa sebelum membawa kedua temannya untuk keluar."...."
Jennie hanya mengangguk, tak mengucapkan sepatah kata pun, bahkan kata "hati-hati di jalan" pun tak terucap dari mulutnya.Hanbin kemudian mendekat, menggenggam tangan jennie erat, sebagai bentuk penguatan terhadap jennie, kadang jennie kalau ingat tentang kejadian beberapa hari lalu itu membuatnya menangis hampir selama dua jam.
"Aku kan besok pulang, kita ke makam nya baby ya...."
Ucap jennie lirih, karena belum di ketahui jenis kelamin dari bayinya, maka jennie memanggilnya dengan baby."Iya, besok kita kesana"
Setelah mendapat persetujuan dari hanbin, jennie lalu diam lagi memandangi langit cerah yang tak sesuai dengan suasana hatinya sekarang."Tuh kan diem lagi, Mau sampai kapan kamu diem sih jen?? Tau nggak sih, rasanya tuh kayak ada yang kurang kalo kamu nggak cerewet tuh"
Kadang yang membuat jennie tersenyum itu adalah tingkah suaminya yang kadang seperti anak kecil."Apa sih"
Singkat padat jelas dan tanpa ekspresi, capek hanbin diginiin terus tuh, buat apa hanbin nungguin jennie kalau perempuan itu sama sekali tak menghiraukan ucapannya."Ya udah aku pulang ya!"
Menurut hanbin, jennie nya ini sudah diam terlalu lama, dan itu membuat hanbin kesal, jadi lebih baik pulang aja kan?? Daripada di cuekin kayak gini."Lohhh...jangan"
Baru jennie nampak manja sekarang."Aku kasih tau ya jen, jennie ku tersayang, tuhan....belom ngijinin kita buat ngerawat baby kita, tuhan lebih sayang sama baby, makanya dia di ambil dulu sebelum dia sempat merasakan kejamnya dunia ini, kita kan bisa program lagi kalo kamu udah bener-bener sehat, kesempatan nggak cuma dateng sekali sayang, kalo kamu mau nenangin diri bukan gini caranya...."
Sepertinya ucapan hanbin tadi bagai cambuk buat jennie, jika dipikir-pikir apa untungnya jennie seperti ini?? Yang ada jennie makin terpuruk kan??"Maafin aku"
Benar saja, tangis jennie langsung pecah, karena hanbin itu peka maka ia reflek merengkuh istrinya itu ke dalam pelukannya."Iya, nggak apa-apa kok, kamu yang tenang ya, jangan dipikir lagi.... doain aja orang-orang yang jahatin kamu dapet azab kayak yang di tv ikan terbang"
Jennie tertawa sembari menangis, dalam hati jennie, ia merasa begitu bahagia karena ada seorang sahabat hidup yang membuat hidupnya lebih berarti."Tuh kan, aku jadi pengen ketawa"
"Tertawalah sebelum tertawa itu di larang"
Ucap hanbin sembari mencium kening jennie mesra, jennie pun akhirnya kembali memperlihatkan senyuman terbaiknya sejauh ini, maklum lah akhir-akhir ini kan dia jarang senyum."Kakak...."
Teriak somi yang muncul dari balik pintu, di ikuti donghyuk yang menbawa dua kantong plastik besar."Hei....."
Sapa jennie balik."Jennie udah mau ketawa aja nih"
Donghyuk itu kalem tapi sekalinya ngomong tuh bisa bikin siapa aja sakit hati berjamaah."Baru aja hari ini hyuk"
Ucap jennie masih nampak lemas."Ohh ya, tadi somi ke kantor polisi kan sama donghyuk, kak taeyong kan juga disana, kata dia doyoung udah ketangkep kak, tinggal dahyun aja yang masih keliaran di luar"
Mendengar ucapan somi perasaan jennie sedikit tenang, sedangkan hanbin memilih untuk keluar sepertinya ia ingin menelfon teman-temannya yang memang akhir-akhir ini tak istirahat hanya untuk menangkap penjahat kelas teri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [END]
Fiksi Penggemar[Tahap Revisi] "tiap hari gini terus, lama lama gua masuk rumah sakit jiwa"-kim jennie "di suruh jadi imam yang baik?? istrinya aja kek begitu gimana gua mau jadi imam yang baik??"-kim hanbin