Hari ini tepatnya satu hari sebelum pernikahan itu di gelar, hanbin masih masuk kuliah, sedangkan jennie di rumah untuk packing barang-barang, jennie memang mengambil cuti 1 minggu berhubung kakinya juga belum sembuh total, jadi dia tidak bisa kuliah dulu.
"Mau somi bantuin nggak??"
Somi berdiri di depan pintu menatap kakaknya yang tengah sibuk menyusun 2 koper besar satu miliknya dan satu milik hanbin, mengapa hanbin??? Karena pria itu menginap di rumah jennie tadi malam dan membawa barang barang nya ke rumah jennie, katanya suruh packingin, nggak tau aja jennie lagi sakit malah disuruh packing."Sini dek"
Terlihat Jennie begitu pucat, maklum lah dari pagi jennie belum sempat mandi, bahkan ia masih memakai daster pink nya yang kebesaran itu."Lagian kenapa bang hanbin nggak mau packing sendiri sih??"
Somi meraih beberapa kemeja lalu melipatnya."Tuh orang kalo di suruh packing, semuanya lupa dek, handuk nggak dibawa, sabun nggak di bawa, bahkan tuh alat cukur juga pasti nggak kebawa"
Jennie tersenyum sekilas, lalu menggeser koper nya yang sudah tertata rapi, kini tinggal punya hanbin."Kak jen..."
Somi menghentikan aktivitasnya, lalu menatap sang kakak."Hemm"
Dengan menahan air matanya, somi menghambur ke pelukan jennie."Kak....nanti somi sendiri, yang nemenin somi curhat nggak ada, rumah ini bakal sepi, karena kakak ntar udah nggak tinggal disini lagi, ayah sama bunda juga sering ke luar kota"
Jennie tersenyum kecut, lalu melepas pelukan erat somi, dan mengusap air mata somi lembut."Kalo kesepian telpon aja kakak, kalo nggak gitu telpon aja bang hanbin, terus kalo ayah bunda ke luar kota nginep aja di rumah kakak yang baru ya....jangan nangis dong, cantiknya ilang loh"
"...."
Somi hanya menatap kakak nya sendu, karena menurutnya kakaknya masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, usia nya yang baru nenginjak 21 tahun seharusnya di habiskan bermain bersama teman sebayanya, ya beginilah kalau seorang anak harus jadi korban keegoisan orang tua."Kak peluk dong...."
"Iya cantik...."
Jennie memeluk erat somi, ingin sekali rasanya ia menangis, namun ia tak ingin somi melihat betapa lemahnya dia, betapa rapuhnya dia selama ini, dimata somi jennie adalah wanita kuat, wanita yang tak pernah menangis hanya karena masalah kecil."Ya udah cepetan ini packing nya, bang hanbin pulang jam set 11 kita berangkat jam 1 siang"
"Oh ya kak...ayah sama bunda nya bang hanbin dateng kan??"
"Iya, om tablo sama mama dara dateng, mereka pulang dari jerman langsung ke bali"
"Oh iya, terus kak taeyeong gimana kak??"
Seketika jennie menghentikan aktivitasnya."Jangan bahas dia dulu ya, apa lagi bahas di depan ayah bunda nggak boleh, kakak belum mutusin dia, bang hanbin juga belum mutusin pacarnya jadi kita impas"
"Lahh kok gitu sih kak jen??? Terus pernikahan ini nggak ada artinya gitu??"
Entah dari mana somi mendapat lalu memberikan pertanyaan yang begitu sulit jennie jawab."Ayo jawab kak??? Apa pernikahan ini nggak berarti buat kalian?? Apa karena ini paksaan jadi kalian juga main-main??"
"Somi...dengerin kakak dulu ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [END]
Fanfiction[Tahap Revisi] "tiap hari gini terus, lama lama gua masuk rumah sakit jiwa"-kim jennie "di suruh jadi imam yang baik?? istrinya aja kek begitu gimana gua mau jadi imam yang baik??"-kim hanbin