Setelah ucapan dahyun kemarin, jennie tidak lagi muncul di rumah sakit, bahkan jennie melarang hanbin untuk pergi kerumah sakit, jadi dia tidak tau bagaimana kondisi terkini dahyun, jennie masa bodoh sekarang, mau dahyun sekarat, jungkir balik, apa gimana jennie tidak perduli lagi, lain kali kalau dia mimpi yang aneh-aneh tentang dahyun dia nggak akan pergi mencari dahyun seperti kemarin malam, selain itu....jennie juga mengurungkan niatnya bertanya pada hanbin, bagaimana bisa dahyun tau tentang pernikahannya dulu.
"Kenapa??"
Tanya hanbin yang baru keluar dari kamar mandi."Enggak"
Jawab jennie singkat lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya."Jen....pijitin dong, capek nih, hari ini jadwal aku full"
Hanbin tidur tengkurap di samping jennie, tau suaminya sudah berada di tempat tidur, jennie mulai memainkan rambut hanbin yang sudah menjadi hobi nya sejak beberapa tahun yang lalu."Pake aja koyo cabe, tuh di lemari ada"
Bukannya jennie malas, ia hanya ingin sedikit menggoda suaminya itu."nggak mau, maunya kamu pijitin"
Hanbin tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi."Mau nya yang enak-enak mulu ya kamu!!"
Jennie memukul bokong hanbin keras hingga membuat hanbin sedikit meringis kesakitan, namun setelahnya rasa nikmat pijatan istri tercinta begitu terasa hingga membuat nya tertidur pulas."Tuh kan, aku nya malah di tinggal tidur duluan"
Jennie menghentikan aktivitas nya setelah melihat hanbin sudah terlelap, jennie memandang sekilas wajah tampan suaminya itu, begitu polos menurutnya, jennie akhirnya ikut berbaring di samping suaminya sembari memandang wajah nya tanpa lelah, menurutnya pekerjaan paling nikmat di dunia adalah memandangi wajah tampan hanbin."Selamat malam daddy, bobok yang nyenyak, mimpiin mommy ya"
jennie mengusap perutnya lalu mengusap wajah hanbin pelan, karena merasa ada sesuatu yang menyentuh wajahnya, hanbin terbangun lalu merengkuh jennie kedalam pelukan hangatnya."Makasih mommy, makasih dedek, mimpiin daddy juga"
Ucap hanbin dengan mata tertutup, meskipun hanya kalimat sederhana seperti itu, hal tersebut sudah mampu membuat jennie begitu bahagia memiliki suami yang sangat mencintainya, apapun yang terjadi.***
Hari ini, tepatnya malam ini pria bertudung hitam itu berjalan maju dan mundur nampak begitu gelisah, ia menggenggam sebuah batu berbungkus kertas dan sebilah pisau yang nampak begitu tajam.
Sekali lagi dia berontak, dia tak ingin melakukan ini, namun lagi-lagi sosok lain dalam dirinya mampu mengubahnya menjadi sosok yang bringas, dan haus darah.
"Apa mau lo hah?!!! Udah cukup lo ngambil sebagian jiwa gua, dan lo dengan mudahnya membuat satu kesalahan demi kesalahan menggunakan raga yang tak bersalah ini"
Ucap pria itu saat melihat pantulan wajahnya di kaca lemari besar yang ia punya."Gua udah hancur gara-gara lo, dan sekarang gua harus menyakiti orang yang gua sayang, emang biadab....biadab!!!!!"
Pria itu menjatuhkan tinjunya pada kaca besar di hadapannya, seketika mengucur darah segar dari tangannya, saking emosinya pria itu sudah tak bisa merasakan sakit akibat goresan serpihan-serpihan kaca yang ia hancurkan tadi."Udah gua bilang....kalo lo nggak kuat mending keluar aja, gua masih bisa kok minta bantuan ke orang lain, nggak ada lo gua juga nggak rugi"
Ucap perempuan misterius yang sudah berdiri tepat di belakang pria bertudung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [END]
Fanfiction[Tahap Revisi] "tiap hari gini terus, lama lama gua masuk rumah sakit jiwa"-kim jennie "di suruh jadi imam yang baik?? istrinya aja kek begitu gimana gua mau jadi imam yang baik??"-kim hanbin