Baiklah empat hari di balli bukan lah waktu yang singkat setelah di fikir-fikir, bagaimana ceritanya jennie dan hanbin hampir tidak mengistirahatkan badannya disana, tiap hari ada saja rekan, kolega, karyawan perusahaan ayah hanbin dan jennie yang berdatangan memberi selamat.
Padahal jennie dan hanbin hanya meminta keluarga terdekat nya saja yang di undang, tapi ujungnya??? Ajang bisnis lagi, terlalu muak sebenarnya menyaksikan itu semua.
Akhirnya mereka kembali ke jakarta, dengan badan yang remuk mereka hanya bisa tergeletak lemas di ruang tamu rumah baru mereka berdua, lebih tepat nya rumah hanbin karena dia telah membeli rumah ini sejak SMA dulu.
Koper-koper pun masih berserakan dimana-mana, jennie lebih memilih untuk memejamkan matanya begitu pula hanbin.
Hingga pukul 1 siang mereka masih terlelap, mungkin karena mereka kurang tidur jadi sekali tidur akan lama sekali, hingga akhirnya hanbin lah yang pertama kali bangun, ia menatap jennie yang nampak kelelahan, hanbin mencoba memindahkan koper itu pelan-pelan takutnya jennie mendengar kebisingan itu, sialnya telinga jennie itu terlalu peka jadilah jennie bangun dari tidur lelapnya.
"Udah tidur aja biar aku yang mindahin kopernya"
Bukannya tidur lagi jennie malah berdiri lalu menghampiri hanbin, ia bahkan menguap beberapa kali dan memperhatikan hanbin yang nampa lelah itu.
"Ada berapa kamar sih??"
Tanya jennie, melihat rumah nya yang minimalis namun nampak luas dengan 3 lantai di dalamnya."Tiga, satu kamar utama sama dua kamar tamu"
Jelas hanbin singkat."Emmmm....kita nggak usah tidur bareng gpp kan??"
Persetan dengan apa yang jennie ucapkan sekarang, bagaimana bisa?? Mereka itu suami istri lalu mengapa harus pisah kamar, sungguh hanbin sekarang tak habis fikir."Jen, ntar kalo ayah bunda tau gimana?"
Hanbin menatap jennie jengkel"Ya urusan lu hehe, pokoknya gua tidur di kamar tamu satu dan lu tidur di kamar tamu dua oke, deal!!"
Jennie menarik koper besarnya ke lantai dua tanpa berbalik arah memperhatikan hanbin yang tengah murka."Bodo amat!!! Siapa juga yang mau tidur sama lo gajah!!"
Sama halnya dengan jennie, hanbin menarik kopernya kelantai dia, bedanya kalau jennie tersenyum bahagia sedangkan hanbin tersenyum kecut.Sebenarnya kamar tamu itu saling berhadap-hadapan Di lantai dua sedangkan kamar utama berada di lantai tiga.
Mereka memasuki kamar masing-masing, membuka koper, mandi dan akhirnya mereka bisa beristirahat sepuasnya.
"Bin mau dimasakin apa??"
Jennie berteriak dari lantai bawah, sedangkan hanbin berada di lantai dua, sungguh teriakannya begitu memekakkan telinga."Terserah nyonya mau masak apa, gua pasti makan kok"
Hanbin membalasnya dengan teriakan pula."Woyy turun lu!!!! Suara gua abis nih!!"
Dengan malas, hanbin melangkahkab kakinya menuruni tangga nampak jennie tengah berkutat dengan alat masak di dapur.
"Lumayan ada jennie, ngirit uang jajan hehe"
Gumam hanbin menuju ke dapur."Masak apaan??"
Tanya hanbin, kemudian duduk di meja makan memperhatikan pemandangan indah di depan nya sekarang."Sop doang, sama telor, belom sempet belanja kan, ini aja aku bawa dari rumah"
Jennie duduk menghadap hanbin"Wahh andai dahyun bisa masak jen, ajarin ya kapan kapan, gua ajak dahyun kesini deh"
Ucapan hanbin kali ini berhasil membuat jennie meradang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [END]
Fanfiction[Tahap Revisi] "tiap hari gini terus, lama lama gua masuk rumah sakit jiwa"-kim jennie "di suruh jadi imam yang baik?? istrinya aja kek begitu gimana gua mau jadi imam yang baik??"-kim hanbin