Bonus malam minggu buat kalian yeaaahhh.
***
Bobby dan jisoo tiba di rumah hanbin terlebih dahulu, namun sayangnya rumah itu sangat sepi tidak ada orang satupun, ini hanbin kemana?? Jennie juga kemana??
"Coba telfon hanbin deh bob, aku telfon jennie"
Usul jisoo, dengan cepat bobby menelfon hanbin, hanbin sih jawab tapi jennie nya yang nggak aktif."Bin lo dimana??"
Tanya bobby tanpa salam terlebih dahulu."Salam dulu kali bab, kebiasaan deh"
"Lu dimana sekarang?? Ini gua di rumah lu weh"
"Gua lagi nyari kertas, lah jennie bukannya di rumah??"
"Nggak ada bin, ini sepi banget rumah lo anjir"
Hanbin diam seketika, begitu pula bobby dan jisoo yang mematung menunggu jawaban yang akan hanbin berikan."Oke, lo disana aja dulu gua pulang sekarang"
Hanbin menutup panggilannya sepihak dan membuat bobby dan jisoo semakin bingung, kalau hanbin nggak tau jennie dimana, lalu kemana jennie sebenarnya??"Terus gimana dong??"
Jisoo nampak begitu khawatir, bobby juga khawatir namun ia masih tetap tenang, berbeda dengan jisoo yang mondar-mandir nggak jelas."Kita tunggu hanbin yang, duduk dulu aja"
"Bob, ini jennie nggak tau dimana, dia juga lagi hamil, kalo terjadi apa-apa sama dia gimana??"
Jisoo tetap mencoba memanggil jennie meskipun tidak aktif, jisoo mengharapkan keajaiban dan jennie mengangkatnya dalam keadaan baik-baik saja.***
Jennie sudah sampai di tempat yang penelfon itu maksudkan, jennie juga sengaja mematikan ponselnya supaya tidak ada yang mengganggu aktivitasnya kali ini, dan dapat di pastikan pula hanbin akan marah besar padanya, namun kalau jennie memilih untuk bersembunyi dan tetap diam, yang ada masalah ini nggak selesai-selesai.
Tempat itu gelap dan sepi, bukannya jennie takut, ia hanya merasa aura disini begitu menyeramkan.
Mata tajamnya mengamati tempat itu dengan seksama, tak ada seorangpun disana dan bagaimana orang itu memintanya untuk datang kesini, gila memang.
"Bodoh banget sih gua mau ngikutin kemauan tuh orang, ending nya kan ketipu gua"
Jennie kemudian berbalik untuk segera keluar dari bangunan kumuh itu.Namun belum genap sepuluh langkah, terdengar suara langkah lain disana, jennie yakin sekali bahwa suara langkah kaki itu mendekat ke arahnya, tentu saja dia otomatis berbalik dan menemukan seorang pria yang pernah ia kenal sebelumnya.
"Ohh jadi lo yang suka neror rumah gua?? Kenapa hah?? Masih kesel gara-gara lo dulu gua tolak??"
Pria yang awalnya sedikit tersenyum karena melihat jennie perempuan yang di idamkannya datang menemuinya kini raut wajahnya berubah menjadi masam."Jen, nggak gitu..."
Ucap pria itu."Young, gua nggak tau masalah lo apa sampe lo jadi kayak gini, tapi jujur gua curiga....lo yang ngelakuin semua hal itu, termasuk yang jatuhin pot bunga dari lantai tiga, iya kan??"
Jelas....nampak terlihat dari wajah doyoung, pria itu bingung dengan apa yang jennie katakan."Pot bunga??? Dahyun..."
Ucap doyoung lirih. Meskipun lirih tentu jennie dapat mendengarnya dengan jelas."Ooo jadi kaki tangan nya dia?? Emang ya sama aja lo berdua, sama-sama psikopat, terlalu berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang mustahil kalian dapatkan!!, lo pingin tau kenapa lo gua tolak dulu?? Lo terlalu ambisius, lo mandang gua itu bukan seperti memandang orang biasa tapi lo memperlakukan gua kayak barang yang seakan-akan bisa lo mainin kapan aja, lo pasti inget kejadian itu....inget kan lo!!!!"
Jennie sudah mencoba mengontrol emosinya, padahal kemarin ia bertemu dengan doyoung biasa-biasa aja, namun ketika keduanya bertemu lagi dengan situasi serumit ini membuat jennie mengingat kenangan menyakitkan yang sudah susah payah ia kubur dalam-dalam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Menikah [END]
Fanfiction[Tahap Revisi] "tiap hari gini terus, lama lama gua masuk rumah sakit jiwa"-kim jennie "di suruh jadi imam yang baik?? istrinya aja kek begitu gimana gua mau jadi imam yang baik??"-kim hanbin