CH. 22 - Sensitive

1.3K 120 32
                                    

⚠️warning! Topik obrolan cukup sensitif kaya judulnya 😂  enjoy reading!
-------

Feel so good, your fingertips pull me with a soft feeling
Do you know? How meaningful that is? - Touch

-------

Malam itu, Taehee dan Doyoung lagi nongkrong di cafe. Sebenarnya gak benar-benar nongkrong karena Taehee sibuk dengan laptopnya, sementara Doyoung di sebelahnya sibuk merhatiin kegiatan Taehee sambil mainin rambut cewek itu.

"Kak, jangan mainan rambut aku ih." Kata Taehee.

"Kenapa sih, dek?" Tanya Doyoung.

Taehee langsung mengalihkan fokusnya pada Doyoung yang menatapnya heran. Taehee ragu banget buat ngasih tahu Doyoung, tapi lebih baik Doyoung tahu aja daripada sengaja atau gak sengaja mainin rambut Taehee terus.

"Sini, aku bisikin." Kata Taehee, menyuruh Doyoung mendekat. "Aku tuh paling geli kalo rambut aku dipegang atau digenggam kaya gitu."

Doyoung awalnya diam, lalu tertawa, bikin Taehee kesel. Kayanya cowok itu gak paham. "Cuma geli doang? Geli mana sama dikelitikin?"

"Kak, aku serius. Kalo dikelitik doang aku bakal geli biasa aja. Tapi..."

"Tapi...???"

Taehee menatap Doyoung dengan wajah yang memanas. "Udah ah, pokoknya kalo mau pegang rambut aku harus izin dulu. Terus kalo mau pegang rambut aku cukup dielus aja, kaya gini, aku gak akan masalah." Omel Taehee. Mukanya cemberut sambil narik tangan Doyoung dan meragain maksudnya. "Nih, dielus kaya gini. Paham?!"

Doyoung terkekeh, lalu mengangguk. Ia pun masih mengelus kepala Taehee saat cewek itu masih cemberut menatapnya. Sebelum akhirnya dia kembali fokus pada layar laptopnya.

"Kak, aku gak jadi mau kerja di kantor kamu deh." Gumam Taehee. Jadi dia itu emang lagi sibuk nyari lowongan kerja di internet, sambil ditemenin Doyoung.

"Kenapa? Katanya mau awasin aku."

Taehee menghela nafas berat. "Iyaa sih, bukannya aku udah gak mau lagi. Tapi setelah aku pikir, kayanya lebih baik kita gak sekantor supaya urusan kantor gak nyampur sama urusan pribadi. Resikonya bakal lebih tinggi."

"Hmm... bener juga sih. Ya udah, terserah kamu. Mau sekantor gak masalah, mau nggak juga gak masalah."

Setelah pembicaraan itu, Taehee mengirimkan belasan surat lamaran yang bisa ia masuki. Kebetulan atau bukan, perusahaan tempat Doyoung bekerja pun tidak membuka lowongan, jadi Taehee berpikir mungkin emang takdirnya sudah seperti itu.

Setelah urusan dengan lamaran pekerjaan selesai, Taehee lalu mengalihkan perhatiannya pada Doyoung yang cuma duduk nemenin dia. Saat melihat Doyoung, Taehee baru terpikir tentang apa aja yang udah Doyoung lalui di kantornya? Gimana pekerjaannya? Doyoung kaya gimana kalau lagi di kantor? Yang Taehee tahu, Doyoung kerja sebagai junior akuntan dengan jenjang karir yang menjanjikan, tugasnya banyak dan penuh tekanan. Tapi selama ini cowok itu gak pernah bawa urusan kantor kalau mereka lagi berdua. Kalau Taehee nanya, Doyoung pasti jawab kalau dia bisa nemuin Taehee, berarti dia udah selesain tugasnya.

"Dek, sebenernya aku mau bilang sesuatu." Ucap Doyoung serius.

"Apa?"

"Aku ada dinas ke luar kota. 15 hari."

"Ah, beneran? Oke."

"Gak apa-apa?"

"Ya gak apa-apa lah. Kapan berangkatnya? Kemana?"

Good Guy or Stupid Guy? | END ✔Where stories live. Discover now