CH. 6 - Love Radio (1)

1.5K 162 6
                                    

"Kesakitan pikiran lebih buruk daripada kesakitan tubuh." - Publisius Syrus.

-----

"Bab 4 kamu sudah bagus ya, saya anggap bab empatnya sudah selesai. Tapi untuk bab limanya, tolong dirombak lagi. Antar kalimat masih belum koherens, belum lagi tiap paragrafnya belum bisa menyampaikan isi dari setiap bab di skripsi kamu. Saya tunggu dua hari lagi, ya Taehee." Cerocos dosen Lee, dosen pembimbing Taehee.

Taehee hanya mengangguk. Setidaknya hari ini ia mendengar satu kabar baik dan satu kabar buruk. Ia harus berpikir ekstra begitu sampai di rumah, soalnya sebelum menyerahkan bab empat dan limanya hari ini, ia sudah sempat mengganti isi bab limanya sebanyak dua kali. Ia sudah mengerjakannya sebaik mungkin meski ia sendiri gak terlalu yakin, dan benar saja. Hasilnya tetap tidak memuaskan.

Setelah berpamitan pada dosen Lee, Taehee berjalan lesu ke koridor jurusannya. Ia bisa langsung pulang, tapi ia terlalu malas buat buru-buru pulang. Seketika Taehee bernostalgia, biasanya dia bisa ngobrol atau bercanda dulu sama teman-temannya, tapi karena udah gak ada kelas dan semua temannya sibuk dengan skripsi juga, alhasil mereka jarang bertemu.

"Taehee!!" Panggil seseorang, yang ternyata adalah Yeri.

"Hey, Yer, di kampus juga?" Tanya Taehee setelah keduanya saling berpelukan. Yeri itu salah satu teman baiknya Taehee.

"Iya, abis bimbingan. Kamu?"

"Sama. Kamu udah selesai?" Taehee menanyakan progress skripsi Yeri.

"Belum, aku baru selesai bab 3. Kayanya gak bisa wisuda tahun ini." Ujar Yeri sedih.

"Lho, kenapa?" Tanya Taehee. Seketika ia jadi deg-degan, takut gak bisa wisuda juga.

"Bu Park lagi keluar negeri selama dua minggu kedepan, Pak Jeon galak banget. Aku salah terus tiap bimbingan. Tulisan aku disuruh benerin lagi benerin lagi. Susah lah pokoknya. Kesel banget, pingin nangis." Kata Yeri, lalu mulai menangis.

Taehee hanya bisa memeluk Yeri untuk menenangkannya.

"Pindah pembimbing bisa gak sih? Emosi jiwa lama-lama." Lanjut Yeri sambil menghapus air matanya.

"Gak bisa, Yer." Balas Taehee, meskipun pahit tapi ia jujur.

"Kamu gimana?"

"Hm? Tinggal bab 5 sih, tapi disuruh rombak lagi." Jawab Taehee lesu.

Setelah percakapan itu keduanya saling diam. Taehee mulai dirundung ketakutan, ia khawatir gak bisa lulus tahun ini. Meskipun kemungkinan itu tidak terlalu besar. Kesempatannya buat lulus justru lebih besar. Taehee hanya harus berusaha lebih keras sedikit lagi.

Sejak hari bimbingan itu, Taehee sulit dihubungi. Lebih tepatnya ia tidak ingin diganggu, termasuk oleh Doyoung. Meskipun sebenarnya Taehee hanya menahan diri untuk gak banyak bicara pada Doyoung, karena ia takut menjadi tamak dan akhirnya tertinggal deadline. Sementara Doyoung sendiri belum bisa menemui Taehee karena ia juga sibuk. Doyoung tetap berusaha menghubungi Taehee lewat telepon atau video call, tapi cewek itu emang gak bisa lama-lama diajak ngobrol. Doyoung sedih, tapi ia berusaha mengerti. Keadaan memang gak selalu baik.

Di suatu pagi, Doyoung memutuskan untuk olah raga di gym. Ia sempat ngajak Taehee, tapi cewek itu gak mau karena tiga hari kemarin kurang tidur katanya. Doyoung pun gak maksa.

Di tempat gym, Doyoung latihan sendiri. Sampe akhirnya dia ketemu rekan kerjanya. "Hai Doyoung-ssi sendiri aja?" Tanya rekannya yang ternyata perempuan.

"Iyaa, Yuri-ssi." Balas Doyoung sambil sedikit membungkuk di atas trademill yang ia pelankan lajunya.

Yuri akhirnya bergabung dengan Doyoung dengan menaiki trademill di sebelah cowok itu. Keduanya lalu berlari dalam diam, sampai akhirnya Yuri kembali bertanya.

Good Guy or Stupid Guy? | END ✔Where stories live. Discover now