CH. 62 - Our Home

914 151 13
                                    

"It takes hands to build a house. But only hearts can build a home."

------

Lorong itu sepi, namun rapi, bersih, memiliki beberapa ventilasi dan berpencahayaan baik. Tempat ini memberi kesan pertama yang baik, Taehee dan Doyoung merasa akan cocok tinggal disana. Meskipun mereka sebelumnya sempat berdiskusi alot, karena harga cicilannya yang cukup mahal, belum lagi unit yang mereka beli hanya semi-furnished.

Beberapa alasan mereka memilih tempat itu sebenarnya sangat sederhana dan lumrah. Pertama, karena tempat itu strategis. Kedua, lingkungannya gak terlalu ramai, tapi gak bisa disebut sepi juga. Ketiga, mereka memiliki banyak barang kesayangan yang ingin mereka bawa ke unit apartemen itu. Unit itu pun gak begitu besar, karena mereka berpikir bahwa suatu hari mungkin saja mereka akan menjualnya dan pindah ke rumah.

"Maaf jadi menunggu, tadi saya ada telepon dulu. Mari, silakan masuk." Ujar petugas developer, yang langsung mempersilakan Taehee dan Doyoung masuk ke unit mereka untuk melihat-lihat.

Nuansa putih, coklat dan biru langsung menyambut pengelihatan mereka. Kesan pertama saat mereka memasuki unit itu untuk pertama kalinya adalah nyaman. Tempat itu memang sesuai dengan ekspetasi mereka. Mereka juga melihat beberapa pot tanaman kecil, yang memberi kesan segar, diletakan di balkon.

"Silakan, seperti yang saya sampaikan di telepon, unit anda sudah selesai di-furnished dan siap untuk ditempati. Untuk air, listrik, wifi hotspot dan penghangat ruangan juga sudah bisa langsung digunakan."

Taehee dan Doyoung hanya mendengarkan sambil mengangguk-angguk kecil, sementara mata mereka mengamati tempat itu dengan seksama.

"Kami boleh mendekorasi tempat ini kapan pun, kan?" Tanya Taehee memastikan.

"Boleh. Meskipun ini bukan kondominium, tapi kami membebaskan pemilik unit apabila mereka ingin mendekorasi ulang ruangan di unit ini." Ujar petugas itu ramah.

Taehee mengangguk-angguk mengerti.

"Menurut informasi yang saya terima, bapak dan ibu akan mulai pindah ke unit bulan depan, benar?"

Taehee melirik Doyoung, yang juga sedang meliriknya. "Hmm... ya, kami akan mulai memindahkan beberapa barang kami mulai bulan depan." Jawab cewek itu.

"Ah, baiklah." Petugas itu tersnyum. "Kalau sudah tidak ada lagi yang ditanyakan, saya permisi dulu. Selamat sore."

"Ohh iya, selamat sore. Terimakasih." Doyoung membungkuk sopan pada lelaki paruh baya itu.

Setelah petugas developer itu pergi, keduanya lantas berkeliling untuk melihat-lihat lebih jauh.

"Gimana menurut kamu?" Tanya Doyoung pada Taehee yang sedang memeriksa dapur.

"Bagus. Aku suka kok. Kamu?"

"Aku juga suka."

Taehee terlalu asik melihat-lihat, sampai dia gak sadar kalau Doyoung udah gak keliatan lagi melalui jarak pandangnya. Cewek itu hanya celingukan kebingungan, dan mendengus kesal.

"Kak? Kak Doyoung??" Panggil Taehee, yang suaranya sedikit bergema di ruangan yang masih setengah kosong itu.

"Kak? Kak Doyoung ih! Aku pulang sendiri nih." Taehee melangkah mendekati kamar utama, memasukinya untuk mencari Doyoung, namun ia tidak menemukan laki-laki itu disana.

"Kak... sekali lagi aku panggil gak nyaut juga, aku beneran pergi lho ya." Ancam Taehee, suaranya kali ini lebih keras.

Selama beberapa detik, ruangan itu tetap hening. Taehee lantas menyampirkan kembali tasnya ke bahu, bermaksud meninggalkan Doyoung. Ekor matanya kemudian menangkap penampakan gorden di kamar kedua yang bergerak halus. Bulu romanya seketika merinding. Dia mendekati pintu kamar itu yang terbuka, bermaksud untuk menutupnya.

Good Guy or Stupid Guy? | END ✔Where stories live. Discover now