CH. 64 - We Meet Again

852 151 31
                                    

"When you're gone
The words I need to hear
Will always get me through the day
And make it okay, I miss you" - When You're Gone

-----

Rapat terasa berlangsung sangat lama. Belum lagi diskusi yang alot karena perbedaan digit angka yang tipis, namun gak ada seorang pun diantara mereka yang mengeluh atau pun menyerah dengan perdebatan itu. Nominalnya harus sesuai dengan data yang mereka punya, harus jelas datangnya darimana dan perginya kemana.

Doyoung sendiri terus berusaha mencari titik temu dari permasalahan ini. Mengesampingkan urusan pribadi yang kurang lebih sama daruratnya dengan tugas ini, atau bahkan mungkin lebih darurat. Titik-titik keringat bermunculan dari keningnya, rahangnya mengeras dan bibirnya terkatup rapat, Doyoung ingin segera kembali ke kamar hotel.

"Ku rasa ada laporan yang belum masuk dan belum terhitung." Yuri berujar, matanya gak terlepas dari tablet di tangannya.

"Atau mungkin salah hitung." Wendy menimpali.

"Saya sudah menghitungnya sampai tiga kali dengan benar, dan gak ada yang berubah." Sahut Taeyong.

"Kalau begitu berarti emang ada yang belum diinput." Yuri kembali berkomentar.

Doyoung tidak langsung menanggapi ucapan rekan-rekannya meskipun dia mendengar percakapan mereka. Jarinya terus bergerak diatas tablet, sementara matanya fokus memeriksa satu persatu laporan pengelolaan dana.

"Benar, sepertinya ada yang terlewat." Gumam Doyoung. "Saya menemukan satu, yang ini sepertinya belum dihitung tapi sudah ditandai." Lanjutnya, sebelum mengambil alih laptop dari hadapan Taeyong, lalu mulai menginput dan menghitung ulang data pengelolaan dana anak perusahaan Jaeil.

Ketiga rekannya lantas menunggu Doyoung selesai menghitung, sampai akhirnya, Doyoung mendesah lega lalu mengangguk. "Ternyata memang ada yang missed. Sekarang udah sesuai."

"Hhhh... syukurlah, bisa balik tepat waktu." Taeyong menghembuskan napas lega, sambil menepuk pundak Doyoung dan tersenyum lebar.

Keempatnya lantas melanjutkan diskusi mereka, hingga setengah jam kemudian pekerjaan mereka telah selesai.

"Gimana kalo kita—"

"Maaf, saya permisi duluan ya, semuanya. Terimakasih, kerja bagus hari ini." Doyoung menyela ucapan Wendy, dan membungkuk dengan cepat, sebelum akhirnya dia melesat kembali ke kamar hotelnya.

Kegusaran Doyoung belum berakhir setelah kegusarannya menghitung uang perusahaan. Lain dengan rekan-rekannya yang mungkin sedang menuju restoran untuk makan, Doyoung sendiri harus mencari benda penting yang ia lupa simpan, atau yang terburuk, benda itu hilang. Kalungnya Taehee.

Pintu kamar itu berdebum kencang saat Doyoung membukanya. Cowok itu menyimpan tas jinjingnya asal, lalu segera menggeledah kamarnya.

"Dimana benda itu??!" Gerutu Doyoung sambil membuka satu persatu laci yang ada di kamar itu.

Beralih dari laci, Doyoung kemudian mencarinya lagi ke lemari, saku baju dan saku celananya, tas, koper, kamar mandi, kolong meja, kolong tempat tidur, atas kasur, bahkan sampai ke bawah karpet. Namun nihil, kalung itu tetap saja...

"Gak ada." Doyoung memijat pelipisnya dan berusaha menetralkan napasnya.

Dia mendudukan dirinya di tepi ranjang, berusaha untuk tenang dan mengingat kembali kira-kira dimana dia terakhir kali meletakan benda itu. Namun bukannya menemukan jawaban, dia justru memikirkan cara untuk mendapatkan benda itu lagi. Kalau begini caranya, Doyoung juga merasa pesimis.

Good Guy or Stupid Guy? | END ✔Where stories live. Discover now