"A..adam."
Oli mendekati Adam tampaknya wajah pria itu tak bersahabat. Lelaki itu bangkit lalu berdiri di balkon membelakangi Oli.
"Siapa yang mengizinkan mu keluar?" tanya Adam dengan nada mengintimidisi nya. Oli menaikkan satu alisnya menatap punggung Adam.
"Jadi aku harus mendapatkan izin dari mu jika hanya ingin keluar?"
"Kau pikir...kau siapa?"Kini Adam menatap Oli, baiklah tatapan tajam itu lagi yang ditunjukkan kepadanya.
"Jangan membuat ku susah. Kau tak tau bisa saja ada yang menculik mu atau berbuat sesuatu kepada mu."
Oli tersenyum miring.
"Hei apakah kau sedang membicarakan diri mu?"
"Bawahan mu sendiri yang menculikku dan menyiksa ku seperti ini. Kini kau juga berlagak seperti perduli kepada ku."Adam memperhatikan Oli dari atas sampai bawah.
"Kenapa kau memakai baju seperti itu?"
"Terserah aku."
"Kenapa kau memakai baju seperti jalang? Apakah kau sedang menggoda pria lain seperti seorang murahan?"
Plakk
Oli menampar pipi Adam. Adam terdiam lalu melihat Oli, perempuan itu tampak tersenyum getir. Bukan, itu adalah tersenyum sedih bahkan mata nya kini telah berkaca-kaca.
"Ya aku memang seorang jalang. Bukankah tadi malam kita juga bercinta?" ucap Oli menahan air matanya.
"Apakah aku sangat menyusahkan mu? Kalau begitu tenang saja ini adalah malam terakhir aku disini, besok aku akan pergi. Anggap saja apa yang kita lakukan tadi malam bukan apa-apa."
Adam mengeram mata nya berkilat menampakkan jika dirinya sedang emosi sekarang. Ia ingin meluapkan emosi nya apalagi melihat perempuan di depannya ini berkaca-kaca seperti itu.
Adam menggeram lalu pergi keluar menutup pintu dengan sangat keras. Oli langsung terjatuh dan menangis keras seperti anak kecil. Hati nya sangat sakit saat Adam mengatai dirinya murahan dan jalang. Apakah Adam hanya menganggap dirinya perempuan seperti itu karena mau bercinta dengan nya tadi malam? Sungguh hatinya sangat sakit.
Adam keluar dari kamar sambil membanting pintu seakan pintu itu akan lepas dari engselnya. Kini dirinya dikuasai oleh emosi.
"Bodoh, apa yang kau lakukan. Cepat kembali dan minta maaf kepadanya."
"Tidak kah kau lihat ia menangis?"
Adam seolah tak mendengar suara dalam pikirannya lalu segera pergi ke sebuah ruangan di bawah tanah. Tempat itu seperti penjara bawah tanah saat Oli ditahan selama 3 hari kemarin. Terlihat ke dua penjaga yang menjaga Oli sejak pagi tadi tangannya terikat ke atas sehingga tangannya menggantung. Tak menunggu lama Adam langsung memukul wajah salah satu penjaga itu dengan tangannya.
"Akh ma...maaf Alpha, kami hanya menjalankan tugas." bela pria itu.
Adam kembali melayangkan pukulan demi pukulan hingga kedua pria di depannya ini benar-benar tak berdaya. Merasa cukup dan amarah nya sudah terkontrol ia duduk di kursi di depan kedua lelaki itu.
"A...alpha maafkan kami." ucap penjaga itu dengan suara menahan sakit.
"Sudah ku katakan untuk menjaga nya, tidak memperbolehkannya keluar dari kamar. Tapi kalian bahkan membawanya keluar dari istana. Brengsek." Adam bangkit lalu menendang kursi yang ia duduki sampai hancur ke dinding.
"Lu...luna yang memaksa kami untuk mengantarnya ke pasar. Kami tak bisa menolak Alpha." pria itu terbatuk sebelum melanjutkan ucapannya. "Apa lagi setelah Luna mengatakan sudah mendapatkan izin dari anda Alpha."
"Luna? Apa yang kau bicarakan? Luna apa maksud mu."
"Maaf Alpha. Tapi Luna menunjukkan tanda di lehernya dan mengatakan jika ia adalah Luna."
Adam terdiam tampak berfikir, lalu keluar dari bilik penjara itu.
"Selesaikan pelayan itu, jangan beri mereka makan atau minum selama seminggu." ucap Adam kepada penjaga disana dan berlalu.
Di sebelah bilik dua orang penjaga tadi, Evelyn, pelayan yang memanen mawar bersama Oli tadi pagi tampak lemah dengan kedua tangannya menggantung ke atas.
Adam kembali ke kamarnya dan melihat Oli yang sedang duduk di balkon kamar sambil memeluk kakinya.
Adam berjalan mendekat lalu berdiri tepat di depan Oli. Oli diam masih melipat kakinya sambil meletakkan kepalanya di atas lututnya sendiri."Meminta maaf lah maka aku akan memaafkan mu." ucap Adam dengan nada memerintah seperti biasa.
Oli hanya diam tak beranjak ataupun bergerak sedikitpun.
"Dengarkan aku saat aku berbicara."
Oli menghela napasnya lalu berdiri dan pergi dari sana. Tak menunggu lama Adam langsung menarik tangan Oli dan memenjarakannya di pagar balkon. Tampak Oli menghindari bertatapan langsung dengan Adam, wajah perempuan itu tampak sangat sembab menandakan bahwa perempuan itu benar-benar menangis. Dan siapa yang berani membuat perempuan di depannya ini menangis? Tentu saja karena pertengkaran mereka tadi. Iya itu karena dirinya sendiri.
"Kau salah, tidakkah kau ingin meminta maaf?"
Oli masih diam menatap ke arah lain,
"Bicaralah."
"Apakah kau sedang membuat lelucon?" Oli sedikit tertawa. "Dari awal aku lah korbannya dan saat ini pun aku harus meminta maaf? Kenapa kau lucu sekali Adam?"
"Jika kau tak meminta maaf maka wanita yang memanen mawar bersama mu tadi akan ku bunuh."
Oli memandang Adam tajam.
"Apa yang kau bicarakan?"
"Membunuh satu orang pelayan yang telah membantu mu pergi tanpa seizinku itu tak berarti apa-apa, aku masih punya banyak pelayan yang lain."
"Apa kau sedang mencoba mengancam ku?"
"Dan dua penjaga bersama mu tadi, mereka yang lebih berperan besar. Mereka harus di siksa dulu sebelum mati."
"Apa yang kau inginkan brengsek?" desis Oli.
"Hanya permintaan maaf mu, jika tidak akan semakin banyak orang yang ku bunuh hanya karena dirimu." bisik Adam.
Oli menutup matanya menahan amarah nya saat ini, ia sebenarnya tak percaya dengan ucapan Adam tapi Adam begitu serius mengatakannya seakan ia begitu berambisi untuk membunuh siapapun yang terlibat dengan Oli.
"Ma..maaf." cicit Oli.
"Ucapkan dengan tulus, putri."
Adam mulai melunak ia memeluk Oli meletakkan kepalanya di bahu Oli menghirup aroma mawar yang menguar secara alami dari tubuh gadis itu.
"Maafkan aku. Aku mengaku salah." bisik Oli.
Adam memeluk erat pinggang Oli dan mengecup lehernya tepat di tanda yang ia buat kemarin. Ia menyampirkan rambut Oli untuk melihat tanda itu lebih jelas dan itu benar-benar membuatnya sangat senang saat akhirnya ada seorang gadis yang mempunyai tanda kepemilikan darinya. Kini ia beralih menatap tepat di manik mata Oli dan menyatukan dahi mereka.
"Jangan memakai baju seperti ini selain bersama ku." bisik Adam. Sedangkan Oli hanya diam.
"Tak taukah kau jika mata pria-pria itu memandang intim ke arah tubuh mu?"
"Jangan berlagak cemburu Alpha Adam, kita bukan sepasang kekasih."
Adam menaikkan satu alisnya. "Alpha Adam?"
"Kedua penjaga itu memanggil mu seperti itu."
Adam tersenyum sambil menangkup wajah Oli lalu mengecup bibir Oli. Oli sedikit terkejut melihat Adam untuk pertama kalinya tersenyum seperti itu, benar-benar tampan pikir Oli tapi Adam sudah mengecup bibirnya menutupi keterkejutannya.
"Kau tak perlu memanggil ku Alpha."
"Terserahlah."
Adam lagi-lagi tersenyum menatap Oli sambil semakin mengeratkan pelukannya. Lalu mencium kepala Oli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELYSIAN : The Princess is Hidden [Werewolf]
WerewolfLima orang remaja sedang melakukan game survival di dalam hutan tak di sangka salah seorang dari mereka yang menjadi kapten terbalik melihat peta dan tersesat. Alih-alih kembali ke perkemahan dengan cara membalikan peta itu lagi, mereka malah semaki...