18 - Baju

3.4K 257 3
                                    

Oli membuka buku werewolf tersebut membalikkan asal halaman buku itu. Disana terdapat gambar seorang lelaki bertaring menancapkan taringnya ke leher si wanita.

"Apakah ini vampir?" tanya Oli menunjukan gambar tersebut kepada Denaya.

"Bukan, itu adalah werewolf."

"Lalu kenapa ia seperti vampir?"

"Bukan seperti vampir. Tapi lelaki itu sedang menandai mate nya."

"Menandai? Untuk apa?"

"Kau tau serigala hanya mempunyai satu pasangan sampai ia mati. Dan saat ia bertemu dengan mate nya ia akan menandainya supaya mate nya tidak di ganggu oleh serigala jantan yang lain."

"Terdengar posesif."

Denaya kembali sibuk pada pekerjaannya sedangkan Oli kembali membalikan halaman buku tersebut.

"Apa maksudnya ini?" tanya Oli melihat sebuah gambar wanita tertidur di bawah sinar bulan purnama.

Denaya melirik melihat gambar tersebut. "Itu adalah heat. Saat bertemu biasanya serigala jantan akan menandai mate nya di leher, seperti ini." Denaya membalikan halaman buku dan menunjuk sebuah gambar.

"Setelah penandaan saat bulan purnama serigala betina yang sudah di tandai akan merasakan panas, kesakitan dan sangat ingin melakukan hubungan intim. Saat itu lah penyatuan di lakukan oleh serigala jantan yang telah menandainya."

Oli diam dan menyentuh tanda merah di lehernya, tanpa sengaja Denaya melihat tanda di leher Oli. Tiba-tiba Sarah kembali dengan wajah panik.

"Oli kau harus kembali, Alpha marah besar mengetahui kau menghilang." ucap Sarah panik. "Pakailah baju ini."

Oli menerima gaun putih bermotif bunga-bunga kecil sepanjang lutut. Ia pun kembali setelah menukar baju di sebuah ruangan yang di tunjuk Denaya untuk mengganti baju.

Oli sedikit berlari menuju kamarnya sampai ia di hentikan oleh seorang pria.

"Luna anda kemana saja? Alpha marah besar mengetahui anda menghilang kembali." ucap pria itu dengan wajah panik.

"Dimana Adam?"

"Di kamar, Luna."

Oli tak mengubris pria itu kembali berlari menuju kamar. Oli membuka pintu kamar dengan sangat pelan melihat Adam yang berdiri di balkon membelakangi dirinya. Terlihat keadaan kamar yang berantakan sepertinya Adam benar-benar mengamuk kali ini. Adam sendiri sebenarnya mengetahui kedatangan gadis yang menjadi sumber kemarahannya ini, wangi mawar menyeruak ke memenuhi rongga pernafasannya dan itu membuat hatinya menghangat.

Oli berjalan pelan menuju balkon dan berdiri di belakang Adam. "Adam." panggilnya sedikit takut.

"Adam." ia memanggil sekali lagi karena Adam tetap diam tak bergeming.

"Apakah aku harus mengikat diri mu agar kau bisa diam?" Adam mulai bersuara. Suara berat Adam membuat gadis itu sedikit takut.

"Ma...maaf." balasnya pelan.

Adam membalikkan tubuhnya menatap gadis bersurai abu-abu ini. Baju yang ia siapkan tak di pakai oleh Oli, bahkan perempuan itu malah berpakaian seperti seorang pelayan sekarang.

Sebenarnya Oli bisa saja melawan Adam seperti kemarin tapi Adam punya kartu jokernya, ia akan mengancam Oli dengan membunuh orang-orang yang tak bersalah. Walaupun sedikit tak percaya dengan ucapan Adam tapi ia juga tak ingin mengambil resiko. Lagi pula ia teringat kembali cerita Denaya tentang Adam, lelaki ini benar-benar kesepian, pasti ia sangat membutuhkan teman pikir Oli.

Oli mendekat dan mencoba memeluk Adam, seketika badan Adam menegang menerima pelukan dari Oli seolah tak percaya. "Maafkan aku." ucap Oli tulus.

Jujur saja Adam awalnya memang benar berniat mengikat Oli sehingga besok ia tak akan bisa kabur lagi dari kamar. Tapi melihat dan mendapatkan perlakuan manis seperti ini bagaimana bisa ia melakukannya?

Sesuai tebakan Oli, Adam tak akan bisa di lawan dengan kekuatan. Hanya memeluknya dan mengucapkan kata maaf Adam kini kembali melunak. Membalas pelukan Oli dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher gadis itu menghirup aroma mawar yang memabukkan bagi dirinya.

Akhirnya Adam membalas pelukan Oli. "Kemana saja kau?"

"Aku masih di istana, aku hanya ke perpustakaan."

Adam beralih menatap Oli seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.

"Dingin, bisakah kita ke dalam?" ucap Oli.

Oli duduk di kursi panjang berwarna hitam tersebut sedangkan Adam sedang menutup pintu balkon. Oli mengode Adam untuk duduk disebelahnya.

"Adam," panggil Oli sambil menyentuh rahang lelaki itu. Adam menutup matanya dan mengeram.

"Adam siapa kau sebenarnya?"Adam perlahan membuka matanya dan membawa Oli ke pelukannya.

Adam hanya diam tak menjawab pertanyaan Oli. Mereka berpelukan sampai-sampai Oli tertidur dipelukan Adam. Sedangkan Adam, bagaimana bisa ia tidur lelap seperti gadis dipelukannya ini, gadis ini sangat berbahaya sekaligus candu untuknya.

••••••

Sedikit demi sedikit Oli membuka matanya mencoba mengembalikan kesadarannya. Ia membuka mata dan pertama kali yang ia lihat adalah wajah Adam yang ada diatasnya. Ia baru sadar jika ia tertidur di paha Adam.

Oli bangun sambil mengucek matanya.

"Sudah berapa lama aku tidur?"

"Dua jam."

"Apa? Dua jam? Dan kau hanya diam selama itu membiarkan aku tidur dipaha mu?"

Adam hanya diam masih memandangi wajah bantal gadisnya.

Adam berdiri dan mengulurkan tangannya, "berdirilah, kau harus makan."

Kini Adam dan Oli duduk di meja makan dengan berbagai hidangan tersedia.

"Hm Adam apa kau yakin dengan semua makanan ini?"

Adam melirik ke arah gadis itu.

"Maksud ku...kita hanya berdua bukankah ini sangat banyak?"

Adam mengusap kepala Oli dan mengambilkan makanan ke piringnya.

Mereka saat ini makan tapi menurut Oli ini bukan makan siang tapi Adam sangat kelaparan. Piring disini sangatlah besar dan Adam mengisi piring tersebut dengan penuh berbeda dengan makanan di piring Oli yang tak sampai seperempat piring ini. Tak heran Adam makan begitu banyak mengingat tubuhnya yang sangat besar tapi tetap saja ini terlalu banyak.

"Kenapa kau memakai baju seperti itu?"

"Hm? Baju ini? Aku mendapatkannya dari pelayan disini. Aku tau kau akan memarahi ku lagi jika memakai baju seperti kemarin." ucap Oli dengan nada sedikit kesal.

"Baju itu tidak pantas untuk mu."

"Baju ini bagus walaupun terlihat sederhana, aku suka. Dibandingkan dengan baju merah mu yang jelek dan kuno itu."

Adam hanya diam tak mengubris pernyataan gadisnya tersebut.

"Kembalilah ke kamar jangan keluar lagi, aku akan kembali sebelum petang." ucap Adam sambil membersihkan bibirnya dengan sapu tangan.

"Tidak." jawab Oli. Adam menoleh mendapati wajah cuek gadisnya.

"Jangan mulai bertingkah."

"Mau kemana kau?"

"Bekerja."

"Dimana?"

Adam berpikir sebentar, "diruangan ku, memang dimana lagi."

Oli berdiri dan tersenyum. "Aku ikut ya ya ya?". Adam ikut berdiri dan menggelengkan kepalanya.

"Oh ayolah aku sangat bosan dikamar mu." Oli mulai merajuk sambil menggelayut dilengan Adam.

Jika begini bagaimana Adam menolak permintaan gadisnya? Bukankah gadisnya tampak terlihat sangat imut sambil memohon padanya seperti itu. Ah andaikan saja gadisnya juga melakukan hal itu saat diranjang.

ELYSIAN : The Princess is Hidden [Werewolf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang