Claire akhirnya tiba di sebuah kota kecil yang lumayan jauh dari ibu kota. Untuk sampai kota ini saja perlu menaiki kapal Ferry.
Dengan hati-hati Claire membawa kopernya yang berat menuruni kapal Ferry ke pelabuhan sambil menjaga rok yang dikenakannya tidak terhembus angin. Claire menoleh mencari-cari papan informasi untuk mengetahui lokasi tepat kebun yang sudah dibelinya.
Seorang pria bertubuh kekar yang saat itu tengah mengusung beberapa tong dan karung melihat Claire yang sedang kebingungan.
"Halo! Kau turis? Kau perlu bantuan?". Sapa pria itu yang telah memutuskan untuk menghampiri Claire setelah mengangkut semua barang dari pundaknya ke kapal ferry.
Claire yang terkejut namun dengan cepat mengontrol diri menjawab sapaan pria itu dengan sopan "Selamat siang, papan informasi ada di mana ya?".
"Kau tinggal berjalan lurus! Papan informasi ada di samping papan pengumuman di alun-alun kota!" Senyum pria itu sangat lebar dan suaranya juga keras. Claire mengamati tubuh pria itu sangat kekar, sedikit mengintimidasi kalua boleh jujur.
"Sebenarnya saya akan pindah ke sini, nama saya Claire salam kenal" Claire tersenyum sopan.
"JADI ITU KAU YA!!!!". Pria itu berteriak kencang hingga membuat Claire mematung kaget. "Aku Zack!! Senang bertemu denganmu juga! Ikut aku, aku ajak kau menemui mayor!". Lanjut Zack sambil menarik tangan Claire di tangan kanan dan mengangkut koper Claire di bahu kirinya. Claire yang tidak punya pilihan mengikuti Zack.
***
Mata Claire melongo melihat lahan dari kebun yang diiklankan tidak sesuai realita. Yang dilihat Claire adalah kebun bobrok yang ditumbuhi rumput liar dan batu-batuan besar, menandakan sudah diabaikan begitu lama. Laki-laki paruh baya bertubuh pendek dan gumpal memegang pundak Claire sepertinya untuk bersimpati.
Laki-laki gempal berjas merah itu kemudian menyembunyikan mulutnya di balik tangannya. "Kamu korban iklan selanjutnya ya.. Hahahahaha". Mayor Thomas tertawa, mengetahui ekspresi Claire yang lucu.
Zack yang sudah mengantar Claire menuju kebunnya setelah menemui Mayor, menundukkan kepalanya malu.
Claire menatap tajam Mayor Thomas. "Apa maksud ini semua? Mana yang katanya hidup tenang dan menyegarkan?" Jengkel Claire.
"MT Realtor menulis begitu?" tanya Mayor Thomas menggelegarkan tawanya. "kamu sudah diakali!".
Mata Claire melotot, pipinya memerah menahan malu mengetahui dengan mudahnya dia percaya kata-kata membuai perusahaan real estate itu.
"Kebun ini dulunya sangat indah, tapi tidak lagi sejak pemilik lamanya meninggal". Jelas Mayor Thomas mengenang pemilik lama kebun ini. "Seperti yang kamu lihat, tidak ada yang mau merawat kebun ini. Sekarang ini sulit menemui orang yang berminat untuk berkebun. Karena itu, MT Realtor berusaha membuat iklan semenarik mungkin. Sudah banyak orang datang kemari untuk melihat kebun ini. Tapi ketika melihat kondisi kebunnya, mereka kecewa dan pergi begitu saja".
Claire tidak kaget sama sekali dengan informasi tersebut.
Mayor Thomas menghela nafas lalu melanjutkan. "Sudah lama sejak terakhir kali orang kemari, ahh dan kamu percaya iklan murahan itu". Senyumnya yang lebar membuat Claire semakin jengkel dan malu.
"Saya keluar dari pekerjaan saya dan memakai semua uang tabungan saya demi kemari". Ujar Claire dengan sedih membuat Mayor Thomas merasa bersalah karena menertawainya.
"Begitu ya.. Bagaimana kalau kamu mencoba mengelola kebun ini! Kamu bisa tinggal di rumah bekas pemilik kebun ini. Rumah beliau di sebelah sana!". Ujar Mayor sambil menunjuk bangunan dari kayu yang terlihat nyaman. "Kamu juga bisa belajar mengenai berkebun di perpustakaan dan bertanya ke para penduduk, mereka semua baik".
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAIRE
Fanfiction#Mildly Mature 17+ # Fiksi Penggemar game harvest moon boy & girl / more friends of mineral town Gadis lugu itu akhirnya membeli perkebunan di sebuah kota terpencil, berharap mengubah hidupnya yang monoton di ibu kota. Dengan overall biru dan kemej...