7

200 19 2
                                    

Semalaman gadis pemilik mata biru laut itu tidak bisa tidur. Gadis itu tidak tahu harus bagaimana bersikap di hadapan Gray keesokan harinya. Ia tidak menyangka bahwa seorang Gray yang selama berbulan-bulan menghindari dirinya, memiliki perasaan seperti itu kepada dirinya. Perasaan bernafsu yang sama seperti miliknya ke pria itu. Claire berpikir mungkinkah sekarang adalah musim kawin untuk manusia.

Ia tidak begitu yakin hubungan seperti apa yang mereka jalani sekarang, Claire tidak berani bertanya. Apakah mereka tetap hanya sebagai teman? Atau kah mereka mulai berkencan? Claire tidak memahami yang mana yang paling tepat mendeskripsikan dirinya.

Gadis itu mendapati seorang pria dengan bandana ungu berdiri di pintu masuk perkebunannya keesokan harinya. Pria itu menghampiri Claire dengan melambaikan tangannya, gadis itu langsung menghentikan pekerjaannya mencangkul lahan dan mempersilahkan pria itu masuk ke rumahnya.

Kai menggeleng dan menjawab, "Lanjutkan saja pekerjaanmu.. aku bisa menunggu, kemarin aku tidak menyapamu dengan benar". Laki-laki itu berjalan ke arah pohon apel dan duduk di bawahnya. Claire mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya.

"Aku tidak membayangkan kau ada di sini" teriak Kai agar terdengar oleh Claire. "Ditambah sekarang kau menjadi petani" laki-laki itu terkekeh dan menyalakan rokoknya.

"Saya tidak menyangka bertemu denganmu di sini... ditambah sekarang kamu menjadi playboy" teriak balik Claire meniru cara bicaranya Kai.

Kai terbatuk-batuk atas asap rokoknya sendiri mendengar tuduhan gadis itu, "Mereka hanya menyalah artikan keramah tamahanku".

"Hooo keramah tamahan..." Claire tertawa kecil, "Kamu benar-benar Kai... tidak berubah sama sekali".

Ketika matahari sudah sampai ke ubun-ubun, Claire menghampiri Kai yang sudah menunggu lama. Kai tertidur dengan punggung bersandar di pohon apel, tangannya ia silangkan, kakinya ia luruskan, dan kepalanya miring ke kiri. Claire melihat ia sudah menyesap rokoknya yang ke 3.

Laki-laki itu terbangun tepat setelah Claire mengambil duduk di sebelahnya. "Sudah selesai?" tanyanya. Claire menggeleng, mengatakan kalau dia hanya istirahat makan siang.

"Apa? Kau istirahat karena tidak sabar menemuiku?" goda laki-laki berbandana ungu itu. Tidak menggubris omongannya, Claire mengambil bungkusan makanan dari dalam tasnya. Bungkusan itu berisi onigiri sebanyak 3 yang ia bagikan dengan Kai.

"Maaf saya hanya petani miskin dan hanya ini yang saya punya" ujar Claire sambil melahap onigirinya, mencoba membungkam Kai yang kemungkinan akan mengejeknya. "Lagipula kamu tidak bekerja? Restoranmu bagaimana?" tanya Claire lagi. Tangan gadis itu melambai-lambai memanggil Dog si anak anjing dan memberinya onigiri ke tiga.

Kai tersenyum, "Aku bukan tipe yang terburu-buru.. lagipula aku baru tiba kemarin". Ia melahap onigiri pemberian Claire dan menikmati pemandangan kebun si pemilik rambut pirang yang duduk di sampingnya. Kebun yang masih berupa gundukan tanah. "Aku tidak ingat, kau suka anjing... maksudku kau lebih memilih peliharaan yang lebih kecil".

Gadis itu mengelus kepala Dog, "Dia bukan punya saya".

Kai melihat si rambut pirang dengan heran, tapi tidak mau repot-repot untuk betanya lagi. Ia kemudian menyalakan rokoknya yang keempat. Mereka saling diam, mata mereka terpaku terhadap pemandangan kebun di depan mereka. Matahari semakin terik tapi syukurlah pohon apel yang mereka singgahi cukup lebat untuk melindungi mereka.

"Bagaimana paman dan bibi?" Kai tiba-tiba membuka suara.

"Mereka baik-baik saja.. " Claire memainkan rambut pirangnya. "Bahagia dengan keluarga barunya".

"Oh.." jawab Kai yang langsung mematikan rokoknya. Tangannya yang kekar langsung menggaet tangan Claire yang digunakan untuk memainkan rambutnya. Laki-laki itu mendekatkan tubuhnya ke gadis yang dulu pernah menjadi miliknya. Bersamaan dengan tangannya menarik Claire untuk mendekat ke arahnya.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang