29

139 13 6
                                    

"Kakek menyuruh saya ke ibu kota sehari sebelum festival..."

.

.

"Itu katanya.." ujar Claire kepada Ann. Gadis yang rambutnya dikepang itu terlihat akan meledak kapan saja. Tapi di tengah emosinya yang meledak-ledak itu, secara mengejutkan ia masih bisa menahan diri dan meletakkan 500 gold di hadapan Claire.

"Apa sih yang dipirkan workaholic itu! Tidak tau apa acara ini setahun sekali!".

"Sudah Ann.. tidak sering juga kakek Saibara mempercayakan sesuatu padanya".

Ann menghembuskan nafas kesalnya, yang dikatakan Claire benar dan ia tidak punya kata-kata lagi untuk membalasnya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kebunmu kemarin?" Ann menyesap cokelat panasnya.

Wajah Claire merona senang ditanyai itu. "Berkat bantuan Gray, sebagian besar tanaman saya selamat! Meskipun ada beberapa yang rusak. Tapi kalau Gray tidak membantu entah apa yang akan terjadi..". Ann hanya mengangguk-angguk dan tersenyum melihat teman pirangnya ini yang tiba-tiba merasa bangga.

"HEII HEIIII kami kembali!!!" teriak Popuri yang menerobos ke kamar Ann tanpa mengetuknya. Diikuti Karen, Elli, dan Mary. Karen dan Mary mengangkat keranjang berisi bunga-bunga yang baru dipetik.

Karena Claire harus mengurus kebun, Ann membantu ayahnya, dan Elli menjaga klinik dengan suaminya, maka pekerjaan mengumpulkan bunga-bunga sebagai pelengkap baju tradisional diserahkan kepada yang menganggur.

Yang baru datang segera mengambil tempat duduk mengitari meja bundar tempat Claire dan Ann menjahit kain-kain merah muda dari tadi. Mary yang duduk di samping Claire tidak mengatakan apa pun, tapi tangannya memberi isyarat untuk diambilkan kain yang belum dijahit. Si pirang pun menuruti.

Delapan bola mata tentu saja membelalak, tidak berkedip, tidak percaya.

"Mereka sudah baikan?" bisik Popuri pada Ann, tang dijawab si rambut kepang dengan gendikan bahu.

Berjam-jam mereka berkutat dengan kain-kain itu. Beberapa sudah selesai, dan beberapa lagi tinggal diberi hiasan bunga.

"Ngomong-ngomong, kamu kan sudah menikah.. kenapa masih perlu baju tradisional?" tanya Popuri yang sebenarnya sangat penasaran. Elli yang sebagai sasaran pertanyaan hanya menjulurkan lidah dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Hehe.. aku hanya ingin memakainya" jawab Elli.

Karen tiba-tiba meregangkan otot-ototnya. "Aku lapar!!!!" serunya.

"Ah iya, ayo kita istirahat sebentar!" seru Ann yang disetujui teman-teman.

"Ayo ikut aku ke bawah!" Karen tanpa permisi menarik lengan Claire yang sangat fokus dengan pekerjaannya. Gadis pirang yang malang itu tidak bisa protes dan memutuskan untuk menurut.

Claire tahu wanita yang sedang menariknya ini sedang terbebani pikiran. Dan Karen yang langsung menghela nafas setelah pintu ditutup mengkonfirmasi tebakan Claire.

Wanita cantik itu berpegangan pada balkon yang mengarah pada lantai bawah dengan wajah terbebaninya. Claire menanyakan apa yang sedang mengganggu perempuan itu, tapi Karen hanya menghela nafas lagi. Si pirang pun tidak bertanya lagi dan ikut memandangi lantai bawah di sampingnya.

"Kau tau kan aku berkencan dengan Rick?" Karen tiba-tiba bertanya yang dijawab anggukan oleh Claire.

"Aku sama sekali belum 'begitu' dengannya" wajah Claire langsung memerah mengetahui ke arah mana pembicaraan Karen. "Aku benar-benar frustrasi dia begitu alim! Atau.. aku yang kurang menarik?".

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang