Orang-orang terlihat sibuk malam itu. Bergotong-royong memasang lampu-lampu, beberapa mengangkat meja panjang, dan beberapa lagi memasang hiasan-hiasan.
Benar-benar sibuk!
Popuri bahkan hampir kena ceramah karena merobek lampion kertas yang jumlahnya minim. Entah apa yang dipikirkan Zack dan Jeff ketika belanja di kota. Mereka bisa saja membeli lebih, karena budget yang diberikan mayor Thomas cukup besar.
Di sudut kanan Rose Square -yang menghadap ke pantai-, gadis-gadis Mineral Town melakukan gladi bersih. May kecil juga ikut. Bahkan Elli yang sudah menikah, yang tidak perlu ikut berdansa lagi, juga ikut.
Di pagar cor-coran menghadap pantai juga duduk beberapa laki-laki muda, termasuk si wajah baru. Cliff, Dokter Trent, Harris, dan Pete. Entah apa yang mereka obrolkan, yang jelas aura-aura canggung terpancar dari mereka.
Malam semakin larut.
.
Digantikan pagi yang meriah.
Bunga-bunga bertebaran, balon-balon dikeluarkan, musik dimainkan.
Mungkin sekitar pukul 9. Gadis-gadis Mineral Town sudah memakai baju tradisional mereka. Masing-masing menguarkan magnet kecantikan mereka yang unik. Elli duduk di sana dengan suaminya, walau baju tradisional lengkap ia kenakan.
Pujian-pujian terus mengucur dari penduduk yang lebih tua. Terutama ditujukan pada Karen yang memang tidak ada tandingannya itu. Entah apa yang membuat mood-nya meroket, Karen sejak tadi tersenyum sumringah seperti gadis sinting. Teman-teman yang lain hanya melihat dengan tampang heran tentu saja.
Setelah gladi bersih untuk yang terakhir kali, gadis-gadis itu memulai tarian tradisionalnya. Penduduk yang lain melihat dengan bangga di sisi-sisi square, entah mungkin mereka mengenang masa muda mereka ketika menari pada festival ini.
Sangat takjub Claire kepada si kecil May yang ikut menari bersama mereka. Gerakannya sangat lincah menyaingi Karen. Mungkin ia ingin membuat kagum Stu, seperti yang diceritakan Elli kemarin-kemarin bahwa May menyukai adiknya. Pikiran itu membuat Claire merona tidak tahan dengan keimutan bocah-bocah itu.
Tarian tradisional akhirnya selesai. Namun, bukan berarti acara berakhir. Festival dewi panen akan berlangsung sampai malam nanti -seharian-, dan pukul 12 siang adalah waktu rehat sejenak.
Claire yang kelelahan berjalan ke stan es buah dan mengambil satu gelas. Karen yang muncul entah dari mana, menarik lengan Claire tanpa permisi. Wajahnya terlihat tidak sabar dan mungkin sebentar lagi akan meledak.
"Aku melakukannya dengan Rick" bisiknya yang penuh semangat.
Tidak butuh waktu lama bagi Claire untuk memproses informasi itu. Wajahnya langsung memerah dan sedikit berteriak dengan mencicit, ikut bahagia dengan Karen. Perempuan cantik yang kasmaran itu ikut berteriak juga. Sehingga kalau dilihat dari jauh, dua perempuan itu seperti orang sinting yang kesetanan.
"Tunangannya si sialan(baca : Gray) tidak waras" ujar Pete dari kejauhan. Ia sesap es buah yang gelasnya ia pegang layaknya bangsawan.
Acara pun berlanjut dengan nyanyian mayor Thomas. Dan itu berhasil membuat Harris, putra satu-satunya memilih meninggalkan festival untuk berpatroli. Popuri, May dan Stu kejar-kejaran, ibu-ibu menggosip, bapak-bapak membicarakan pekerjaan mereka, dan yang lainnya menari.
Kemeriahan dan kebahagiaan itu terus berlanjut hingga matahari tergelincir. Langit menjingga dan suasana menggelap. Lampu-lampu yang semalam dipasang mulai dinyalakan, menambah keromantisan.
"AAAAA sebentar lagi dansa dengan pasangan!!!!" Ann menjerit histeris yang diikuti oleh Karen. Segera saja mereka menarik pasangan mereka masing-masing. Suami-istri pun juga tidak kalah dan segera mengambil tempat sebelum musik dimainkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAIRE
Fanfiction#Mildly Mature 17+ # Fiksi Penggemar game harvest moon boy & girl / more friends of mineral town Gadis lugu itu akhirnya membeli perkebunan di sebuah kota terpencil, berharap mengubah hidupnya yang monoton di ibu kota. Dengan overall biru dan kemej...