10

210 18 3
                                    

Sudah seminggu sejak kepergian Kai, dan Claire dengan mata birunya masih memandangi lautan dari dermaga. Melepaskan laki-laki itu untuk kedua kalinya agak memberatkan untuknya, tapi untungnya ia tidak terlalu berat hati seperti pertama kali dulu.

Popuri adik Rick tetap menolak berbicara padanya. Gadis berambut pink itu masih salah paham dengan situasinya. Ia mengira Claire dan Kai resmi berpacaran. Berkali-kali Claire mencoba menjelaskan, tapi gadis itu tetap keras kepala dengan asumsinya.

"Ahhhh.. kamu di sini, Claire".

Claire menoleh ke asal suara dan mendapati pastor Carter memegang lututnya terengah-engah. "Ahh.. Aku benar-benar sudah tua ya.. Aku sudah mencarimu kemana-mana.." ujar pria yang usianya sekitar 30an itu mengenai staminanya yang tidak seperti dulu lagi.

"Dua minggu lagi ada acara tahunan di gereja, Festival musik. Untuk menyambut musim gugur".

Claire mengangguk mendengarkan.

"Jadi, Karen menyanyi, Ann dan Elli seruling, dan Mary organ. Kita kekurangan pemain.. kamu bisa main okarina, Claire?" tanya Carter.

Claire mempertimbangkan permintaan Carter, gadis itu hanya pernah menyentuh okarina sekali selama hidupnya bahkan sekarang ia sudah lupa bentuknya seperti apa. Tanpa menyinggung, Claire menolak permintaan Carter dan melemparkan ke Popuri.

"Dia tidak bisa main alat musik apa pun.." Carter menghela nafas.

Setelah mempertimbangkan wajah Carter yang kecewa, Claire yang tidak tega pun menyetujui permintaan Carter. Tanpa diketahui, bibir Carter menyungging puas taktiknya merayu berhasil.

Setibanya di kebun, Claire terus memandangi okarina yang diberikan pastor Carter padanya. Iseng-iseng ia mencoba meniupnya. Tapi suara yang dihasilkan bisa ditebak, merusak gendang telinga.

"Kamu ngapain? Saya pikir tadi dengar suara alien, mau nangkap sapi-sapimu".

Wajah Claire menoleh dan memerah malu melihat laki-laki bertopi 'UMA' itu. Gray yang dengan lugunya menunjukkan deretan giginya semakin membuat Claire berdebar. "S-saya belum punya sapi" gagapnya berusaha keras tidak melihat ke arah Gray.

Menyadari wajah Claire yang merona –menambah kemanisannya- , Gray juga ikut-ikutan. Dengan cepat ia menurunkan topinya untuk menyembunyikan wajahnya.

Canggung~

Sejak kepergian Kai, mereka berdua jarang berbicara meskipun sering bertemu. Karena malu tentunya. Tapi mata mereka tidak bisa berbohong. Kedua mata biru itu akan saling mencari dan terkunci apabila bertemu.

"Ohh.. pohon apelmu sudah mulai berbuah" ujar Gray kemudian sambil berjalan ke arah pohon itu yang diikuti oleh Dog.

Gadis pemilik rambut pirang itu mengikuti Gray menatap buah merah yang ada di atas sana.

"Jadi.. Mau saya ajari?".

Claire sedikit terkejut dengan tawaran tiba-tiba Gray. Namun dia tetap menyerahkan okarinanya pada laki-laki itu.

Sambil duduk di bawah pohon apel, Gray memamerkan kemampuannya bermain okarina yang sangat mengejutkan enak didengar. Ketika ia pertama kali datang ke Mineral Town, ia diminta untuk memainkan alat musik itu. Sedikit malu tentunya menjadi satu-satunya laki-laki di festival musik, ia akhirnya memberontak ketika usianya tidak remaja lagi.

Setelah menjelaskan di sana sini, Gray akhirnya menyerahkan alat musik itu ke tangan Claire. Gadis itu meniup okarinanya dengan canggung. Matanya kemudian melotot menyadari sesuatu.

Ciuman tidak langsung~

"Kenapa berhenti?" tanya Gray.

Claire yang kaku hanya menggeleng dengan cepat.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang