25

144 14 2
                                    

Claire berjongkok memeluk lututnya. Memunggungi pintu kayu rumahnya yang sangat dingin, sementara Dog anjing itu seperti kesetanan mengeruk-ngeruk mencakar-cakar pintu itu ingin keluar. Claire memaklumi tingkah hewan itu. Secara, majikan aslinya ada di luar sana.

Claire merutuki kata-kata yang keluar dari mulutnya tanpa berpikir itu. Pertama ia sudah menghilangkan kalung pemberian Gray, kedua ia membentak-bentaknya mengeluarkan unek-uneknya.

Ia pandangi syal Gray yang menggantung di sana itu, yang dia gantung di samping syalnya sendiri yang baru dikembalikan Cliff kapan hari lalu. Tidak ada niat untuk mengembalikannya. Seperti syal itu pengganti Gray, benda mati yang selalu diam di sampingnya, tidak melingkar di leher orang lain selain mereka.

Tapi segera ia tepis pikiran itu. Besar kemungkinan syal itu melingkar di leher si kacamata. Mary yang 'laki-lakinya' direbut Claire. Penduduk desa sepertinya setuju dengan titel itu.

Tapi Claire masa bodoh dengan orang-orang yang menggunjing di belakangnya. Ia orang baru, pastilah belum ada yang mau memihaknya. Bukan itu yang membuatnya gundah gulana. Itu hanya sebagian kecil saja. Tapi sikap Gray, ya sikap Gray itu yang...

Dog mendengkih lirih, terlihat sedih. Anjing itu dengan lunglai berjalan ke arah perapian, tempatnya malas-malasan sepanjang hari. Claire tahu, Gray telah pergi.

Claire bangun keesokan harinya dengan punggung yang sakit, akibat tiduran di atas lantai yang keras. Sangat dingin, tapi Claire seperti tidak keberatan.

Gadis itu menyalakan kembali perapian yang mulai meredup. Aktivitasnya dimulai lagi.

Dan tidak terasa seminggu berlalu begitu saja. Mungkin lebih.

Cliff sudah bisa keluar dari klinik, dan Duke bilang masih memberinya libur 3 hari lagi.

Terinspirasi dari Cliff yang memancing, demi menambah pendapatan Claire ingin menggantikan Cliff.

"Kota X yang terkena badai tempo hari sudah beroperasi lagi, Claire" ujar Doug. "Nelayan-nelayan sudah kemari sejak kemarin".

Claire menghela nafas kecewa, tapi tetap menerima kota X yang sudah beroperasi itu.

"Hai Claire!" seru Ann mengalihkan perhatian Claire dari si ayah.

Wajah Claire menegang melihat siapa yang ada di samping Ann. Sejak kejadian di depan rumahnya itu Claire tidak bisa memandang Gray seperti biasa.

"Hai.." balas Claire lirih, sekedar sopan.

"Claire!" seru seorang pria yang baru keluar dari dapur. Cliff tersenyum kearah gadis pirang itu.

"Sudah baikan, Cliff?" tanya Claire yang merasa lega, ada distraksi.

Ann menyiku-nyikut lengan Gray yang sedari tadi menikmati sarapannya. Alis Ann naik turun seperti mengatakan, "Lihat tuh, lihat tuh. Kalau kamu tidak segera memperbaiki sifatmu, kau bisa ditikung!".

Merasa terganggu, pemilik rambut tembaga hanya menepis lengan Ann. "Kita.. tidak bisa mengatur perasaan orang lain. Kalau Claire lebih memilihnya ya terserah dia".

Gray berbicara dengan volume yang hanya ia dan Ann yang bisa mendengar. Dengan suara yang agak bergetar, penuh keragu-raguan, dan mungkin percikan amarah. Setidaknya itu yang dirasakan Ann ketika mendengarnya.

***

Yep.

Gray masih melongo. Tetesan-tetesan air berjatuhan melewati topinya, melewati rahang tegasnya, berjatuhan dari jaketnya. Omelan Saibara terdengar samar bagi Gray. Hanya bentakan "Dinginkan otakmu itu!", "Tidak berguna!", "Tidak becus!". Gray masih syok. Dengan dingin yang langsung merambati kulitnya, dengan sikap kakek tua itu yang benar-benar berniat membunuhnya kali ini.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang