Dia mengerjap-ngerjabkan matanya. Langit-langit kayu sudah menyambutnya dari tidurnya. Segera ia duduk, menguap, dan beranjak meninggalkan kasurnya.
"Cliff" panggilnya mengarah ke kasur sebelahnya. Tapi laki-laki yang dipanggil tidak menjawab.
"Oh, iya dia masih di klinik" gumamnya. Sudah tiga hari.
Ia segera merapikan kembali selimutnya, menyimpan buku yang semalaman dibacanya ke dalam laci, dan berjalan ke kamar mandi.
Tiga hari juga, Claire menghindarinya.
Ketika Gray membuka pintu kamar mandi, untuk keluar, ia sudah mendapati Ann berdiri di sana. Menunggunya. Lengkap dengan kedua tangan yang bertengger di pinggang.
Gray yang bingung hanya mengangkat alisnya heran, memilih menghiraukan gadis itu dan berjalan menuju laci di samping kasurnya mengambil pakaian ganti.
"Gray!" seru Ann yang berhasil membuat Gray menoleh.
"Apa Sih?".
"Kamu itu jadi laki-laki jangan ganjen!" seru Ann. Sontak saja membuat yang dihina mengerutkan keningnya antara marah dan bingung.
"Hahhhhh??" laki-laki itu pun mengurungkan niatnya menutupi tubuh bagian atasnya yang telanjang itu. Dia lemparkan lagi sweaternya ke atas kasur, berdiri mendekati Ann. Menyemburkan aura-aura intimidasinya. "Maksudmu apa?".
Ann yang tak gentar, dengan bongolnya mendorong Gray menjauh. "Kamu itu maunya sama siapa sih? Ada Mary kamu melirik Claire, Sudah dapat Claire malah ganjenin Mary".
Mendengar ocehan Ann, Gray malah melongo bego. Sedikit pun ia tidak paham ocehannya, sesusah payah apa pun Gray mencoba mencerna.
"Kau tau sendiri saya dan Mary sudah berteman lama, sahabat malah" Gray yang menyerah menghempaskan diri ke belakang, memilih duduk di atas kasur, mengenakan sweater yang tadi dicampakkannya. Baru terasa hawa dingin menusuk kulitnya.
"Kau tidak memperhatikan perasaan Claire?" tanya Ann mulai gemas.
"Memang kenapa dengan perasaan Claire?" tanya Gray, yang memang benar-benar penasaran.
"Kau berkencan dengannya.. lalu kau lebih memilih bersama Mary-".
"Kapan saya lebih memilih bersama Mary?" potong Gray, membuat Ann sebalnya menjadi-jadi.
"Hei ingat tidak? Setiap Claire mengajakmu kau malah memilih bersama Mary? Sikapmu ke Mary juga keterlaluan tahu untuk ukuran orang yang sudah punya wanita sendiri!".
"Hahh?? Ya kan yang mengajak saya duluan Mary. Lagi pula, saya dan Mary kan dari dulu juga begitu, kenapa baru membuatmu risih sekarang?".
"Ya karena kamu sudah punya Claire!".
"Mary ya Mary, Claire ya Claire!".
"Berarti kau sama sekali tidak memikirkan perasaan Claire!!"
Gray jadi terdiam. Keningnya mengernyit lagi yang entah ke berapa kalinya.
"Claire cemburu padamu, bodoh!" bentak Ann, berharap menyadarkan makhluk lemot di depannya ini.
Tapi Gray malah menatap Ann mengejek. "Cemburu? Kekanak-kanakan sekali!". Gray menarik jaketnya yang sedari tadi menunggu dikenakan, dan berjalan keluar kamar, menghiraukan omelan Ann.
"Kau saja yang tidak tahu!" seru Ann menghentikan langkah Gray. "Ketika manusia mencintai sesuatu, mereka akan serakah akan sesuatu itu. Mereka akan menginginkan sesuatu itu menjadi posesinya, menguasainya, menjadikannya miliknya".
"Ngomong apa sih?" Gray yang benar-benar terganggu membanting pintu dan berjalan turun dengan langkah kesal. Heran Gray dengan putri semata wayang Doug, pagi-pagi membuat ribut. Mengoceh tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAIRE
Fanfiction#Mildly Mature 17+ # Fiksi Penggemar game harvest moon boy & girl / more friends of mineral town Gadis lugu itu akhirnya membeli perkebunan di sebuah kota terpencil, berharap mengubah hidupnya yang monoton di ibu kota. Dengan overall biru dan kemej...