14

175 16 0
                                    

Sudah seminggu berlalu.

Subuh-subuh seorang laki-laki berlari ke arah Summer Farm. Perkebunan milik gadis berambut pirang itu terlihat rapih seperti biasanya, dan di depan rumah kecil itu telah menunggu dua manusia.

Claire melambaikan tangannya ke arah dokter Trent yang baru tiba, sementara Gray menunjukkan ekspresi bangganya. Cincin masterpiece yang sudah setahun dia rancang akhirnya selesai.

"Gray, memang harus ya memanggilku subuh-subuh kemari?".

"Agar dia tidak curiga" Gray menyerahkan kotak kayu ke dokter, yang dengan cepat dibuka melihat isinya.

Sebuah cincin dengan Honey Topaz. Cincin itu memiliki bentuk yang cukup rumit, tapi seperti memiliki kepribadian, pikir Claire. Mata biru laut gadis itu ikut berkilau bersamaan dengan kilauan batu topaz itu.

"Gray! Saya tidak tahu kamu bisa membuat yang seperti ini!!".

Dokter Trent terkekeh dengan kekagetan Claire. Laki-laki itu kemudian mengeluarkan kalung salib yang menggantung di lehernya, membebaskan benda itu yang selama ini tertutup kemeja. "Kebanyakan orang sudah tahu, kok!".

Gray menutupi wajahnya dengan topi. Tanpa perlu disembunyikan pun orang yang melihatnya tahu wajahnya merona malu. Ia tidak terbiasa dengan pujian. "Hentikan.. Saya tidak sehebat itu..". Laki-laki itu dengan cepat meninggalkan pekarangan Claire, dengan alasan kakeknya akan mengomeli. Tapi dokter Trent dan Claire tahu, jam kerja Gray tidak sepagi ini. Dua orang dewasa itu mengantar kepergian Gray dengan pandangan mata heran.

"Kalau Gray bisa membuat yang seperti itu, kenapa Saibara tetap keras padanya?". Ujar si rambut pirang kemudian setelah sosok laki-lakinya menghilang dari pandangan.

"Saibara tidak tahu".

Sorot mata biru Claire jelas risau. Tapi dokter Trent yang bijak memutuskan untuk tetap diam. Keputusan buruk harus ikut campur urusan orang lain, ditambah sifat Saibara yang keras kepala. Alih-alih membahas Gray lebih jauh, dokter Trent memberitahu Claire rencananya nanti sore.

"Saya akan melakukan yang terbaik!".

***

Gadis berkacamata dikejutkan oleh keranjang besar berisi kelopak bunga mendekat ke arahnya. Mary baru saja keluar perpustakaan dan mendapati Claire dengan keranjang besarnya berjalan menuju arah klinik.

"Claire? butuh bantuan?".

"Oh, Mary! Kalau tidak keberatan.." senyumnya.

"Memangnya mau diapakan bunga-bunga itu?".

"Dokter Trent akan melamar elli!".

Dua gadis itu akhirnya berakhir di atap klinik. Pandangan mereka ke arah supermarket, tempat sesi melamar dieksekusi. Claire memeriksa waktu dari jam sakunya.

"Dokter Trent melamar Elli? Karena itu kalian terlihat sering bersama.. merencanakan ini?" tanya Mary yang masih bingung. Claire membalasnya dengan anggukan mantab.

"Tapi setahuku dokter Trent bukan tipe orang yang romantis".

"Dokter bilang, ia kedapatan melihat Elli membaca novelmu. Dokter jadi berasumsi kalau Elli suka yang seperti ini". "Saya juga sempat baca novelmu loh! Saya benar-benar suka! kamu berbakat, Mary!".

Pujian yang diberikan Claire membuat si kacamata merona merah.

"Oh? Belum dimulai ya". Suara berat laki-laki berhasil membuat dua gadis itu menengok kaget.

"Gray!" Mary terkesiap. Laki-laki itu meletakkan telunjuknya di bibir, ketika awas dengan kedatangan 2 manusia di bawah. Di depan kotak pos merah itu, dokter Trent akan melamar Elli.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang