13

185 14 3
                                    

Beberapa hari berlalu, dan kelakuan Claire dengan dokter Trent semakin menjadi-jadi.

Mary sering mendapati mereka berduaan di Mother's Hill, pantai, dan perkebunannya. Ia tidak habis pikir betapa tega Claire bertingkah seenaknya ketika Gray tidak ada. Dan hari-hari yang paling ditunggu Mary akhirnya tiba juga.

Gray akhirnya kembali.

Gadis berkacamata itu kebetulan sedang lewat Rose Square dan melihat kapal mendekati Mineral Beach. Cepat-cepat Mary berlari ke arah pantai. Ia tahu yang akan turun dari kapal itu adalah laki-laki yang ditunggunya. Ia dengan susah payah menyembunyikan senyumnya yang mengembang, ketika mengetahui dialah satu-satunya orang yang pertama kali menyambutnya. Lihat, bahkan kekasihnya tidak terlihat di mana pun.

Benar saja, laki-laki dengan topi bertuliskan UMA itu turun dari kapal ferry. Barang yang dibawanya mengejutkan tidak banyak. Hanya satu tas kantung berwarna krem.

"Gray! Kau dari mana saja? Aku khawatir" teriak Mary sambil melambaikan tangannya.

Yang dipanggil menoleh kaget. Setelah tahu itu Mary, Gray membalas lambaian tangannya. "Mencari batuan langka.. Kenapa kamu ada di sini?" jawab Gray, setelah Mary sampai di hadapannya. Nafasnya tersengal karena berlari.

"Oh, iya.." Gray merogoh tasnya. Ia mengeluarkan buku tebal yang sepertinya novel lama. Mata Mary berbinar ketika Gray menyerahkan novel itu padanya. "Saya teringat denganmu ketika melihat itu, jadi untukmu" senyum Gray, tanpa sadar membuat gadis di depannya berdebar hebat.

"Terima kasih.." ujar Mary memeluk buku pemberian Gray. "C-Claire tidak menjemputmu?".

"Saya tidak memberi tahu kapan saya kembali" jawab Gray yang kakinya mulai berjalan menuju arah keluar pantai. "Antar saya ke Doug's Inn, kamu menganggur kan? Sudah lama kita tidak ngobrol". Ajakan Gray tentu saja tidak akan ditolak oleh Mary.

Kalau penasaran dengan hubungan antara Gray dan Mary, bisa dibilang mereka teman dekat. Sangat dekat. Sinonimnya teman masa kecil.

Sifat alami Mary yang pendiam dan tenang seperti air danau, membuat Gray yang masih 15 tahun merasa nyaman ada di dekatnya. Latihan keras yang diberikan Saibara membuat bocah itu stress. Sifat Mary yang mau mendengarkan keluh kesahnya benar-benar membantu Gray terhindar dari kegilaan.

Mary sadar dengan fakta itu. Tapi kenapa Gray memilih si rambut pirang? Gadis itu sungguh-sungguh baru saja pindah ke Mineral Town. Mary jelas-jelas mengenal Gray lebih lama.

Apa yang dilihat Gray dari Claire?

Ketika mereka tiba di Doug's Inn, Ann, gadis tomboy itu menyodorkan tangan dengan telapak menghadap ke atas. "Hooh, sudah kembali? Saibara bilang kau pergi berlibur. Mana oleh-oleh untukku?".

"Tidak ada".

Sontak saja jawaban padat Gray itu membuat Ann kesal. Tanpa mengindahkan omelannya, Gray menyuruh Mary mencari tempat duduk, sementara ia ke kamarnya untuk ganti baju.

"Hei, Mary.. aneh nggak sih?" ujar Ann tanpa peringatan duduk di depan Mary. Gadis berkacamata itu melihat si tomboy heran.

"Maksudku, dia kan jadian dengan Claire.. tapi kenapa dia tidak mengunjunginya dulu?".

Mary mengangkat bahunya, buku yang diberikan Gray lebih menarik untuknya. Tidak lama, Gray tiba dan mengambil duduk di meja Mary. Mengagetkan Ann.

"Ann, saya mau omelete rice. Kamu Mary?". Yang ditanya mematung kaget. Mary tidak mengerti apa maksud Gray tiba-tiba mengajaknya makan. Makan siang kalau melihat waktu.

Gadis berkacamata itu menggelengkan kepala, mengatakan kalau dia sudah makan. Setelah kepergian Ann ke dapur, Gray menatap Mary. "Saya butuh bantuanmu".

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang