23

136 14 4
                                    

Baru beberapa langkah Claire keluar dari pekarangannya, langkahnya harus dihentikan oleh manusia yang lebih tinggi darinya. Claire yang mendongak akhirnya menatap mata biru laki-laki itu.

Gray sama sekali tidak mengatakan apa pun.

Claire akhirnya mengangkat alisnya heran, menanggapi keheningan absurd laki-laki di depannya itu.

Jujur saja, Claire, gadis itu, merasa malas bertemu dengan Gray. Dia lelah dengan ketidak jelasan pria itu dalam menanggapi hubungan mereka. Dia lelah memikirkan rasa bersalahnya pada Mary yang 'merebut' Gray. Dia lelah dengan-

"Seharian ini kamu tidak sibuk?" Gray tiba-tiba bertanya.

Claire hanya diam menanggapi Gray. Herannya masih ada.

Dan laki-laki itu sangat sadar dengan perubahan sikap Claire padanya.

"Seharian ini.. saya ingin menghabiskan waktu denganmu" Katanya, tidak mengindahkan sikap Claire. Hatinya memohon agar gadis di hadapannya ini setuju.

"Memangnya Mary sedang sibuk?".

-Rasa cemburunya yang kekanak-kanakan.

Claire tidak menyalahkan Gray, tentu saja. Rasa itu tumbuh dalam dirinya sendiri, hasil dari keserakahan dan keegoisannya sendiri yang dia tanam.

Gray menatap gadisnya itu heran. "Kenapa dengan Mary?".

"Kenapa tidak menghabiskan waktu dengan Mary saja?".

Tuhan, Claire benar-benar mengutuk kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia tidak bisa mengendalikan isi hatinya. Mereka keluar begitu saja dalam bentuk suara. Ragu-ragu gadis itu mendongak, melihat wajah Gray lebih jelas.

Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Dia tidak terlihat marah, tapi seram sekali bagi Claire. "Saya ingin menghabiskan waktu denganmu" ujarnya memperjelas.

Claire mengalihkan pandangannya, tangannya meremas erat keranjang piknik yang dari tadi menggantung di kedua tangannya. "Mungkin lain kali, saya mau menjenguk Cliff sekarang" ujar Claire. Ia berikan laki-lakinya itu senyuman sekedarnya, dan beranjak pergi meninggalkannya.

"Kamu sedang marah kepada saya?".

Pertanyaan Gray berhasil memberhentikan langkah Claire lagi. Gadis itu masih memunggungi prianya, tidak berani menoleh. Gray juga hanya diam di tempatnya, menunggu wanitanya itu menjawab.

"Apa ini ada hubungannya dengan pertengkaranmu dan Mary?" Gray memiringkan kepalanya. "Apa kamu kesal saya dekat dengannya?".

Melihat punggung Claire yang tersentak, Gray jadi yakin. Ia sudah menembak tepat sasaran. "Kamu kesal saya dekat dengan Mary yang sedang bertengkar denganmu kan?". Gray memajukan langkahnya mendekatkan dirinya pada Claire. "Kamu merasa dikhianati? Karena saya tidak membelamu? Seperti itu kah? Tidakkah menurutmu, itu kekanak-kanakan sekali, Claire?".

Claire semakin tersentak dengan pertanyaan-pertanyaan retoris Gray. Laki-laki itu benar-benar salah paham. Entah memang Gray yang polos, tidak punya rasa peka, atau malah bodoh. Claire menggeleng menjadi-jadi. Menyanggah keras pertanyaan-pertanyaan Gray tadi.

Tapi, yang dikatakan Gray ada benarnya juga. Claire memang merasa dikhianati. Tapi itu tidak penting. Bukan itu masalahnya sekarang.

"Kamu salah paham!" seru Claire berbalik. Mata biru gadis itu membelalak kaget, melihat laki-lakinya itu sudah ada di hadapannya dengan wajah seriusnya itu.

"Lalu apa? Saya memilih tidak memihak siapa pun karena itu masalah kalian sendiri!".

"Bukan! Bukan itu yang mengganggu pikiran saya!" Claire berjalan mundur beberapa langkah.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang