4

229 21 0
                                    

Claire dapat merasakan punggung hangat pria itu. Bau rambut tembaganya, aroma tubuhnya, otot-ototnya, ia ingin tangannya yang kekar tetap merangkulnya seperti itu lebih lama, ia ingin diselimuti aromanya.

Mata gadis itu terbuka lebar-lebar. Tubuhnya langsung terduduk. Mata birunya memperhatikan sekeliling. Dia sudah berada di rumahnya, di atas kasurnya. Tangannya memegang kepalanya yang pening.

Kenapa saya bermimpi seperti itu..

Claire menyadari satu kotak aspirin tablet dan note di atas meja samping kasurnya.

"Jangan memaksakan diri bekerja.

- Gray & Cliff "

Setelah membaca itu, Claire menepuk dahinya menyesali dirinya yang mabuk semalam.

Menunjukkan sifat buruk kepada orang yang baru dikenal adalah mimpi buruk semua orang. Claire tidak tahan dengan pemikiran buruk orang-orang tentangnya dan menjalani hidup kesepian seperti di kota.

Langit telah menjingga ketika Claire selesai merawat kebunnya. Ia melirik Dog yang sedari tadi menunggu pemiliknya di pintu masuk kebun. Dipanggilnya anjing itu dan diajaknya bermain, menunggu pemiliknya yang hingga larut tak kunjung datang.

***

Gadis pirang itu memberanikan diri memasuki Doug's Inn. Di dalamnya begitu ramai seperti kemarin, semakin larut pengunjung bar juga semakin larut dalam minuman mereka. Claire menoleh kanan kiri mencari laki-laki bertopi itu. Tapi nihil, anak-anak muda yang dilihatnya hanya Rick dan Karen.

"HALLO CLAIRE!! Mau mabuk lagi?" Ann dengan ceria menghampiri Claire dengan nampan yang masih berisi gelas kosong di atasnya. Claire dengan cepat menggeleng, pipinya merona malu. "Maaf saya kemarin tidak sopan....". Ann membalas itu dengan tepukan keras di punggung, mengingatkan Claire bahwa Mineral Town adalah tempat untuk menjadi dirimu sendiri. Claire tersenyum lega mendengar jawaban Ann kemudian menanyakan keberadaan Gray.

Claire mengetuk satu-satunya pintu kamar yang tertutup berharap yang ada di ruangan itu adalah Gray. Setelah pintu dibuka, terlihat sosok Gray yang shirtless dengan plester koyo menempel di masing-masing pundaknya. "oh.. Claire". Gray menutupi matanya dengan topi. "Ada apa?" tanya Gray datar.

Wajah Claire berubah menjadi merah dengan instan. "i-itu.. terima kasih banyak, maaf saya merepotkan kamu". Claire terlihat bersusah payah tidak melihat ke arah Gray. Mimpinya semalam tentang Gray yang erotis tiba-tiba muncul setelah melihat Gray yang seperti itu. Gray hanya membalas Claire dengan anggukan.

"Juga, Dog merindukanmu.." ujar Claire lagi. Gray mengangguk dan meminta maaf, "besok saya ke kebunmu".

Tanpa mereka sadari wajah mereka berdua memerah dan saling membuang muka. Seakan mereka mempunyai rahasia memalukan mereka sendiri. Situasi canggung pun mulai mencekik mereka hingga Claire dengan gelisah menanyakan keadaan Gray, lebih kepada koyo yang menempel di pundaknya.

"Kamu meremasnya kuat sekali." Jawab Gray tanpa menatap Claire. Mendengar itu wajah Claire memerah lagi, "Saya tidak sadar... M-maaf..".

"Saya pantas mendapatkannya.."

"Huh?" Claire menjadi bingung dengan jawaban Gray. "Maksud-" Sebelum Claire sempat bicara, pintu kamar itu sudah ditutup oleh Gray.

Dia benar-benar suka menutup pintu tepat di depan muka orang.

Di kamarnya, Gray memunggungi pintu dan berusaha menghapus ingatannya. Gray melihat tangan kanannya yang bergetar. Sensasi itu masih bisa dirasakan Gray dari tangannya.

"Cliff!" sapa Claire ketika ia melihat Cliff menaiki tangga hendak ke kamarnya.

Pria berambut cokelat itu menunduk dan berusaha mengalihkan pandangan dari mata biru Claire. Menyadari itu Claire merasa tidak enak dan meminta maaf atas kelakuannya kemarin.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang