17

171 14 0
                                    

Sedikit demi sedikit, keranjang itu terisi penuh dengan anggur. Sebelum memanen anggurnya, Duke memberikan arahan dan menunjukkan cara memanen dengan benar. Penjelasannya kalau boleh jujur sukar dimengerti. Tapi mengejutkannya, Cliff dengan tanggap melakukan apa yang dijelaskan. Mengetahui Cliff yang tidak berpengalaman dalam tanam menanan -setidaknya tidak selevel Claire-, cukup mengesankan.

Claire bahkan tertegun sejenak melihat betapa cekatan pria itu. Padahal sebelum ini, Claire bilang, "Kalau ada yang tidak bisa.. saya bantu!" kepada Cliff yang sempat ragu dengan kemampuannya sendiri.

Tanpa sadar, senyum Claire merekah, membuat si pria yang dari tadi fokus pada kerjaannya menjadi kikuk.

"A-ada apa, Claire?".

Claire menggeleng sambil menjaga senyumnya, "Saya lega ternyata kamu pekerja keras".

Cliff langsung kaku mendengar pernyataan Claire, pipinya pun merona.

"S-saya tidak bermaksud meremehkanmu..maksud saya.. saya dengar dari Gray kamu pernah kerja di Blacksmith sebentar.. dan... Saibara... itu..".

Claire jadi gagap merasa bersalah mengungkit aib orang lain.

"Saibara ya.. beliau benar-benar orang yang keras..", Cliff terkekeh, sebuah kejadian langka yang baru pertama disaksikan Claire. "Aku terlalu lembek untuk standar Saibara.. aku sudah memperbaiki diri sejak itu.. tapi sampai sekarang aku masih takut berinteraksi dengan penduduk desa.. kecuali yang muda-mudi..".

"Wah.. ini kedua kali saya mendengarmu berbicara panjang" Claire menunjukkan giginya.

Pipi Cliff merona mendengarnya, "Kamu dan Gray... punya sesuatu yang membuatku nyaman". Pipi Cliff semakin memerah tomat menyadari kata-katanya sendiri. "L-lupakan saja apa yang baru aku katakan! Memalukan sekali".

Diam sejenak.

"Terima kasih, Claire".

Claire menatap pria dengan ekor kuda di kepalanya itu, heran.

"Memintaku ikut kerja di sini" Cliff tersenyum tulus.

"Jangan berterima kasih.. pekerjaan ini hanya sementara. Setidaknya.. bisa membuatmu tinggal di Mineral Town lebih lama".

"Tidak.. Benar-benar terima kasih. Aku akhirnya bisa membayar Doug, dan mengingatkanku pada rumah".

Cliff menipiskan senyumnya. Matanya menatap kosong buah anggur yang ada di genggamannya.

"Di rumah... aku membantu berkebun..". lanjut Cliff.

Claire menyadari perubahan drastis raut muka pria itu. Meski begitu, ia tetap penasaran dengan masa lalu Cliff. Sangat ingin ia bertanya, tapi belum sempat Claire membuka mulutnya, Duke bergabung bersama mereka sampai pekerjaan selesai.

***

Tidak disangka Duke dan Manna memberikan jus anggur dan beberapa buah untuk dibawa pulang.. adalah kalimat yang terbesit di pikiran Claire ketika ia sampai di pintu masuk kebunnya. Tangannya penuh diisi oleh pemberian pasangan suami istri itu.

Mereka baru selesai memanen sejak langit menjingga, tapi Claire dan Cliff harus pulang lebih larut karena mereka tertarik untuk melihat bagaimana anggur dibuat.

Ketika tangannya meraih gagang pintu rumah, terdengar suara pintu dibuka dari arah kandang ayam. Seketika Claire menengok kaget dengan hati was-was, takut ada pencuri ayam.

Tapi ternyata yang keluar dari kandang itu adalah Gray dan si anak anjing mengikuti di belakangnya.

Laki-laki itu memberikan senyuman lembut ke arah gadis itu. Berjalan mendekatinya, lalu mengetuk kepala gadisnya itu ringan. "Saya tahu kamu khawatir, tapi jangan lupakan ayam-ayammu.. lihat, kamu meninggalkan mereka di luar sampai langit gelap".

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang