Kedua gadis itu telah tiba di Snack Shack. Sedetik ia memasuki restoran itu, mata biru lautnya menangkap mata biru langitnya. Pria bertopi bertuliskan 'UMA' itu menunduk untuk memberi salam diikuti pria berkuncir kuda yang duduk di sampingnya. Setelah mereka melipat payung dan meletakkan di tempatnya, Popuri mendekati kedua laki-laki yang duduk di meja depan dan menyapa mereka. Ia memamerkan senyum manisnya dan memanggil Claire agar duduk di sampingnya. Sedikit canggung dengan keberadaan Gray, gadis beramput pirang itu menuruti permintaannya.
Ia duduk di samping Popuri dan sedikit mengobrol. Gray menjelaskan bahwa mereka selalu mengunjungi Snack Shack ketika musim panas, terutama jagung panggangnya. Popuri pun menjelaskan betapa lezat masakan Kai, yang bukan merupakan informasi baru bagi Claire.
Tidak lama, pria yang sejak tadi dibicarakan keluar dari ruangan yang seperti ruang penyimpanan sambil membawa sekarung kecil jagung. Kai sedikit terkejut mengetahui Claire mengunjungi restorannya setelah berminggu-minggu rayuan untuk mengunjungi snack shack ditolaknya.
Laki-laki berbandana itu menyeringai senang. Ia menyambut Popuri seperti kekasihnya dan mencatat pesanan mereka. Hal tersebut menekankan impresi playboynya.
Mereka banyak bercakap-cakap dan bercerita. Lebih kepada Kai yang dengan semangat menceritakan tentang petualangannya selama di laut lepas. Sesekali ia berdebat dengan Gray dan sesekali ia menggoda Claire yang dengan cerdik membalikkan godaannya. Mereka banyak membicarakan banyak hal. Tapi Gray dan Cliff lebih tertarik dengan interaksi antara sahabatnya dengan mantan kekasihnya yang berusaha menyembunyikan fakta bahwa mereka saling mengenal.
Popuri menarik lengan Claire ketika mereka hendak sampai di depan Poultry Farm di perjalanan pulang. Bola matanya yang seperti berlian merah muda itu menatap Claire dengan serius. "Tolong buat Kai bahagia". Setelah mengatakan itu, ia berlari ke arah rumahnya dan tidak lama terdengar suara gebrakan pintu meninggalkan Claire yang matanya membulat.
Gadis itu mencoba menyembunyikan tangisnya tidak tahan menerima kebenaran bahwa pria yang dicintainya jatuh cinta pada orang lain. Ia sudah menyadari perasaan Kai dari pertama kali ia melihat Claire di festival pantai. Sesuatu dari cara pria itu memandang wanita itu berbeda dari caranya memandang dirinya. Ia mengajak Claire ke Snack Shack hanya untuk memastikan spekulasinya yang ternyata benar. Suara ketukan pintu dan teriakan kakaknya tidak dihiraukannya, ia hanya ingin sendiri saat ini, menggulung diri di dalam selimutnya.
***
Gadis itu menepuk-nepuk kemejanya yang belakangan berbau rokok. Ia berusaha menghilangkan baunya yang tidak hilang sekeras apapun ia mencoba. Pria penyebab bau itu dengan santai berjalan memasuki kebunnya, dan menyapanya dengan kasual. Claire menghela nafas pasrah mengetahui bau yang susah payah dihilangkannya kembali lagi.
Gadis itu mengaitkan kembali overallnya agar menutupi kemejanya lagi. "Ada perlu apa?".
Setelah meniup asap rokoknya laki-laki itu mendekati Claire dari belakang, "Dua minggu lagi musim panas berakhir...." tangan kekarnya meraih rambut keemasan yang kelembutan dan harumnya masih sama seperti yang diingatnya. "Bersamaan dengan berakhirnya musim panas, berakhir pula kunjungan si periang Kai di Mineral Town.. hingga musim panas datang lagi".
"Tidakkah sebaiknya kamu menghabiskan waktu dengan kekasihmu? Lagipula kalian akan berpisah cukup lama" Claire membebaskan rambutnya dari genggaman Kai. "Tidakkah sebaiknya kamu mengunjungi Popuri, saya rasa kamu membuat dia salah paham".
Kai menutup mulutnya untuk menahan tawa, "Saya sedang jomblo.. yang salah paham malah kamu". Kai menghembuskan asap rokoknya. "Festival kembang api besok malam.. bisakah kamu menyisihkan waktu untukku?".
Claire tidak membalas permintaaan Kai. Hatinya bingung dengan perlakuan Kai terhadapnya beberapa bulan ini.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju perkebunan dengan cepat. Samar-samar terdengar teriakan yang semakin jelas terdengar.
Sosok Rick mulai terlihat, ia mengacungkan pisau dapur dan berlari dengan ganas menuju ke arah laki-laki yang bergelar playboy itu. "KAI KAU BAJINGAN! KAU APAKAN ADIKKU!!!!".
Kai yang tidak tahu menahu apa yang telah dilakukannya melongo bingung, tapi kakinya tetap bergerak menjauhi maut.
***
Gadis berambut pirang itu menghembuskan nafasnya sambil memandangi pemandangan Mineral Town dari puncak. Seperti yang Dokter Trent bilang, tempat ini memang pas untuk merenung. Gadis itu sama sekali tidak memahami maksud Kai. Tentu ia sangat senang bertemu dengannya lagi setelah sekian lama, tapi rasa sakit yang telah ia lupakan mulai merangkak menuju permukaan.
Dengan segala kejujuran, ia sangat mencintai Kai.. teman yang selalu menemani dan menghiburnya ketika orangtuanya bercerai. Tapi hampir melupakan perasaan itu, kalau saja Kai juga melupakan perasaannya. Claire tidak bodoh hingga tidak menyadari perasaan Kai terhadapnya. Ia sangat mengenal Kai.
Seorang pria tua tiba-tiba duduk di samping Claire, ikut menikmati pemandangan Mineral Town dari puncak bukit. "Saibara!" Claire terkejut. "Tidak biasanya saya melihat anda di sini..".
Pria tua yang dari penampilannya penuh kebijaksanaan itu mengangguk. Wajahnya sedikit muram, meskipun dalam kehidupan sehari-hari ia selalu terlihat muram. "Aku khawatir terhadap Gray" ujarnya.
Claire sedikit tertegun mendengar nama pria itu disebutkan. "Ah.. Saya juga khawatir, dia berkelahi dengan seseorang".
"Aku menghajarnya".
Mata Claire melotot dan spontan menoleh ke arah Saibara.
"Beberapa bulan lalu.. sekitar akhir musim semi, anak itu tiba-tiba memohon padaku untuk menghajarnya". Saibara menyisir kumisnya yang panjang dan melanjutkan, "Aku pikir 'Anak ini sudah gila.. mungkinkah gara-gara aku terlalu keras mendidiknya hingga dia sableng'. Tentu saja aku tidak mau menghajarnya apa lagi tanpa alasan.. Tapi dia bilang dia sudah melakukan hal yang tidak pantas dan terus memiliki pikiran-pikiran aneh, dia ingin aku menyadarkannya. Anak itu memohon sampai bersujud hanya agar aku menghajarnya".
Claire menyadari waktunya pas dengan setelah kejadian di gua pertambangan waktu itu.
"Mulai hari itu anak itu terus memintaku untuk menghajarnya setiap kali pikiran anehnya itu muncul, yang hampir setiap hari sepertinya" ia mulai tertawa. "Belakangan aku menyadari bahwa dia sebenarnya jatuh cinta" Saibara tersenyum dan menatap Claire yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama. "Dia hanya terlalu keras kepala untuk menyadarinya".
Sosok Gray yang tidak pernah memikirkan wanita selama 24 tahun hidupnya, pria yang selama itu memusatkan fokusnya hanya kepada besi yang ditempanya, hanya dengan seorang Claire mampu membangkitkan kembali insting laki-lakinya. Di umurnya yang bukan remaja lagi, pria itu dengan kesusahan menutup erat keinginan-nafsunya dalam-dalam. Ia belum mengenal bentuk nafsu yang seperti itu dan dengan lugunya ia panik dengan rasa bersalah dan malunya.
Claire akhirnya memahami ucapan Gray ketika itu. Ia tidak dengan sengaja mengungkapkan cintanya dengan vulgar. Gray benar-benar mengungkapkan isi hatinya dengan jujur. Pria itu kebingunan.
Gadis itu segera bangkit berdiri, "Saibara terima kasih banyak". Ia segera berlari menuruni bukit dengan cepat mengambil jalan menuju arah Doug's Inn. Gadis itu ingin segera menemui laki-laki itu secepat mungkin. Ia ingin berada dipelukannya seperti yang sudah ia idam-idamkan. Dengan tulus ia berterima kasih kepada Saibara karena mengingatkannya dengan perasaannya kepada Gray yang dengan mudahnya mengusir Kai yang berusaha merangkak kembali untuk memenangkan hatinya.
Pintu Doug's Inn yang tebuka menampakkan Gray yang terkejut dengan penampilan Claire yang ngos-ngosan. "Saya baru saja mau ke kebunmu" laki-laki itu menurunkan topinya sedikit.
Claire dengan nafas yang masih tersengal tersenyum lebar, "Saya kemari untuk menjemputmu".
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAIRE
Fanfiction#Mildly Mature 17+ # Fiksi Penggemar game harvest moon boy & girl / more friends of mineral town Gadis lugu itu akhirnya membeli perkebunan di sebuah kota terpencil, berharap mengubah hidupnya yang monoton di ibu kota. Dengan overall biru dan kemej...