"Selamat Pagi Claire!! Sesuai janji aku akan mengajakmu berkeliling kota!" sapa Mayor Thomas dengan ceria setelah Claire membuka pintu rumahnya.
"Kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya Mayor Thomas lagi dengan khawatir.
Claire yang tidak bisa tidur karena kejadian semalam, terlihat seperti mayat hidup.
"Saya tidak apa-apa.... " Claire memegang kepalanya yang sedikit pening.
"Tidak perlu memaksakan keliling kota sekarang tidak apa-apa, Claire... Mau ku antar ke klinik?".
Claire menggeleng, "Tidak apa-apa. Tidak parah, kok.. lagi pula, saya tidak sabar untuk menemui penduduk desa" ia tersenyum meyakinkan.
Mayor Thomas pun menuruti kemauan Claire dan menyuruhnya untuk mengikuti di belakangnya.
Claire membuntuti Mayor ke arah kota. Hatinya cemas malu bertemu dengan pria tembaga kemarin. Wajah Claire mulai memerah lagi.
Di jalan ia bertemu dan menyapa orang-orang yang kebetulan berada di jalan. Seperti Rick yang baru pulang dari Supermarket, Harris yang sedang patroli, dan Ellen nenek-nenek berkursi roda baik hati yang kebetulan berjemur di luar rumahnya. Mayor juga menunjukkan rumah-rumah warga serta peternakan mulai dari tempat pandai besi Saibara's Blacksmith, peternakan unggas Poultry Farm, peternakan sapi dan domba Yodel farm, perpustakaan, supermarket, penginapan Doug's Inn, hingga gereja. Claire merasa penduduk kota sangat ramah terhadapnya, terlebih lagi ia merasa beruntung karena belum melihat pria tembaga tadi malam. Hatinya sedikit lega.
"Ada satu tempat lagi yang perlu kamu tahu, Claire. Kamu bisa menemui Gotz tukang kayu di kaki gunung. Kamu bisa bertanya daerah pegunungan padanya". Terang Mayor. "Aku rasa itu sudah semuanya".
"Terima kasih banyak Mayor". Claire membungkuk sopan.
"Tunggu" sergah Mayor menghentikan Claire yang hendak pulang. "Ikut aku sebentar Claire".
Mayor Thomas membawa Claire ke tempat pandai besi. Claire yang heran tetap diam dan mengikuti Mayor.
"Halo Saibara! Bagaimana dengan pesananku kemarin?". Tanya Mayor setibanya di dalam Blacksmith.
Kakek tua berjanggut panjang menghela nafas, "Belum selesai Thomas, aku menyuruh Gray untuk membuat palunya tetapi hasilnya benar-benar payah". Jelas Saibara. "Mungkin besok sore selesai, aku akan menyuruh Gray mengantarnya ke rumahmu".
"Begitu ya.. baiklah. Tapi jangan di antar ke rumahku, antar ke rumah Claire saja". Jawab Mayor menunjuk ke arah Claire.
"R-rumah saya? Kenapa.." Claire tampak bingung.
"Aku ingin memberimu alat berkebun sebagai permintaan maaf menertawakanmu kemarin, Claire. Semoga aku bisa menebusnya. hahaha". Mayor Thomas menepuk pundak Claire dengan ceria.
"Saya benar-benar tidak mempermasalahkannya, Mayor Thomas. Tapi terima kasih banyak". Claire membungkuk lagi merasa tidak enak.
Saibara menyahut,"Hahahahaha.. jadi kau ya gadis yang akan meneruskan kebun bobrok itu". Dengan senyum dia melanjutkan, "Teruslah bekerja keras nak, Claire kan namamu? Semoga kau bisa mengembalikan kebun itu seperti dulu!".
Claire tersenyum dan mengangguk semangat.
"Kami pamit dulu, Saibara." Mayor melanjutkan, "Jangan terlalu keras pada cucumu itu, bisa-bisa dia membencimu".
"Aku sudah hidup lebih lama darimu Thomas. Aku tahu apa yang kulakukan". Jawab Saibara.
Claire membungkuk pamit.
Sesaat dia keluar dari pandai besi, laki-laki bertopi menyerobot masuk. Claire menyadari rambut itu. Meskipun tertutup topi, warna rambut oranyenya terlihat jelas. Sebelum Claire sempat membalikkan badan untuk melihat dia, pintu pandai besi sudah tertutup tepat di depan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAIRE
Fanfiction#Mildly Mature 17+ # Fiksi Penggemar game harvest moon boy & girl / more friends of mineral town Gadis lugu itu akhirnya membeli perkebunan di sebuah kota terpencil, berharap mengubah hidupnya yang monoton di ibu kota. Dengan overall biru dan kemej...