21

139 12 2
                                    

Claire mengerjab-ngerjabkan matanya.

Gadis itu segera bangkit dari tidurnya, matanya berkeliling mengitari sekitarnya.

Hanya kegelapan.

Hawa dingin menusuk kulitnya.

Segera ia meraba-raba sampingnya, meraihnya, lalu menyalakan lampu minyak di sebelahnya itu.

Claire langsung bisa melihat dinding gua di sekitarnya. Dari jam tangannya, dia tahu sekarang masih jam 3 pagi.

Gadis itu merasa konyol. Melarikan diri seperti remaja tolol. Menyembunyikan diri di gua tambang semalaman di musim dingin.

Claire membenarkan kembali selimutnya itu hingga menutupi tubuhnya dari leher ke bawah.

Claire memegangi terus liontin pemberian Gray, menghargainya tinggi, menjaganya erat-erat.

Gray tidak pernah bilang "Aku mencintaimu.." atau dalam versi Gray, "Saya mencintai kamu" kepadanya.

Apa Claire cukup tolol hingga perlu diberitahu tentang perasaan Gray padanya?

Atau Claire cukup sadar dengan kebingungan Gray menerjemahkan perasaannya?

Mengingat bagaimana Gray mengacak-acak rambut Mary, bercanda ria dengannya, mata biru langitnya yang memandang si rambut gelap dengan sama lembutnya membuatnya marah. Tidak ingin dia setuju dengan perkataan gadis-gadis desa yang menggunjingnya tempo hari, tapi mungkin perkataan mereka benar.

Mungkin Gray menyalah artikan perasaan sukanya pada Claire, dan perasaan cintanya pada Mary.

Pikiran Claire sangat absurd, kekanak-kanakan.

***

Claire meninggalkan gua tambang itu, mungkin sekitar jam 5 pagi. Ia tau karena berpapasan dengan dokter Trent yang hendak mengumpulkan tumbuhan herbal.

Pikiran Claire sudah tenang, tapi dia belum yakin bagaimana harus bersikap di depan Mary. Apa lagi Gray.

Kalau Mary bersikap biasa saja, dia juga akan bersikap biasa saja. Kalau Mary bersikap memusuhi, dia juga akan bersikan defensif. Begitu Claire memutuskan.

Kakinya berhenti ketika sampai di dekat rumahnya. Pintu yang terbuka membuat Claire berdebar-debar. Mungkinkah ada maling yang membobol masuk selama dia pergi? Tapi bukan maling yang keluar dari balik pintu itu, melainkan Gray. Lengkap dengan wajahnya yang dingin. Dia terlihat marah, pikir Claire. Tapi mungkin hanya kerutan wajahnya saja yang dari lahir seperti itu.

SI laki-laki menengok ke arah gadisnya itu. Terkejut. Itu pasti.

Kelihatan dia bersusah payah menahan kata-kata agar tidak keluar dari mulutnya. Dia urungkan niatnya menuturi gadisnya itu. Mata biru Gray memperhatikan lagi Claire. Tatapannya menjadi sayu ketika menyadari gadis itu ketakutan. Takut padanya, yang membuat Gray semakin gela.

"Saya tidak tahu masalah kalian apa. Mary juga tidak mengatakan apa-apa".

Hati Claire bergetar mendengar suaranya. Sangat dingin. Mengalahkan suhu di sekitarnya.

Gray membenarkan posisi topinya, berpamitan pergi ke tempat kakeknya. Sebelum itu, pemuda itu memperhatikan lagi Claire sejenak. "Saya sarankan, kalian segera menyelesaikan masalah kalian. Tidak baik bertengkar lama-lama". Ia usap rambut Claire, kekhawatiran laki-laki itu yang mengucur deras dapat dirasakan Claire.

Pemuda itu akhirnya menghilang dari jangkauan pandangan Claire.

***

Claire membenarkan syalnya. Uap udara keluar dari mulutnya. Dingin.

GRAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang