Edgar
Diam-diam gue melirik ke arah jam dinding yang terletak di dinding depan gue. Waktu sudah menunjukan pukul 18.20. Gila! Sudah hampir seharian gue terjebak di ruang rapat ini. Dan di akhir pekan juga! Sinting gue lama-lama kalau dalam satu jam ke depan masih diam di tempat yang sama.
Sedari tadi pihak lawan bicara gue masih belum bisa memutuskan ingin seperti apa. Sedangkan keputusan gue sudah bulat. Mereka yang melanggar janji, terus gue harus mengalah gitu? Enak saja. Padahal, perasaan gue, profit yang sudah disepakati juga menguntungkan mereka dibanding gue. Ya... bukan berarti perusahaan gue rugi juga sih. Nggak, sama-sama untung. Tapi ada faktor yang lebih menguntungkan buat mereka dibanding buat gue sendiri.
Ini kalau dalam satu jam gak bisa memutuskan, gue kasih gertakan saja lama-lama. Menghabiskan waktu berharga gue buat istirahat. Dan paling parahnya membuat gue membatalkan janji yang sudah gue buat dengan Althea. Gue yakin Althea bakalan kecewa besar sama gue.
Ponsel gue tiba-tiba bergetar. Gue melihat nama Landry terpampang di layar. Tumben dia ngirim pesan, ada apa? Apa dia sudah berhasil menemui Althea?
woy gw udah di bawah. sama eve juga
Gue membaca pesan singkat dari Landry yang memberitahukan bahwa dia dan Althea sudah di lobby bawah. Lho? Jadi, Althea datang kemari sama Landry?
Rasanya gue ingin sekali mengakhiri rapat yang tiada berujung ini sekarang juga. Melihat situasi gue yakin tidak menemukan titik terang untuk mengambil kesepakatan hari ini. Jangan tanya gue, gue sudah bulat dengan keputusan yang gue buat. Jadi gue tidak akan mengubah apa pun yang gue sudah pernah sampaikan pada mereka jauh hari.
"Mohon maaf sebelumnya," ujar gue sambil melihat situasi. Setelah gue merasa konduktif, gue melanjutkan, "Sepertinya kita akhiri dulu rapat sampai di sini. Saya melihat juga pihak PT. Tirta Jaya belum dapat memutuskan ingin seperti apa, lebih baik kita undur saja dulu."
Kami pun akhirnya sepakat untuk mengakhiri rapat kali ini tanpa memutuskan apa-apa. Benar-benar membuang waktu istirahat gue yang berharga. Gue tergesa-gesa ingin segera keluar dari neraka dunia ini dan menyusul Landry beserta Althea yang sudah menunggu gue. Kalau saja gue masa bodoh dengan tata krama, mungkin sudah gue tinggalkan mereka dari tadi. Tapi sebagai tuan rumah yang baik dan image gue sebagai pemimpin, gue harus memperlihatkan etika yang baik.
Akhirnya setelah basa basi bisu kami pun keluar dari ruangan rapat bersama-sama. Setelah berpamitan satu sama lain, gue mengantarkan tamu gue menuju lobby. Sekalian gue ingin menemui Althea secepat kilat. Gue mau meminta maaf sudah membatalkan janji gue pada dia secara sepihak. Berapa lama kira-kira Althea nungguin gue di sana?
Gue melihat Althea sedang duduk di salah satu sudut bersama dengan Landry saat gue mengantarkan tamu gue menuju pintu keluar. Pandangan kami berdua tidak sengaja bertemu. Althea terlihat memanyunkan bibirnya sambil menyilangkan kedua tangannya. Ekspresinya terlihat kesal sekali. Oops... sepertinya gue sudah membuat kesalahan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Kalian
Fanfiction(COMPLETED) Hidup bak putri raja, yang tinggal di istana nan megah dan bergelimang harta tidak membuat Althea menjadi pribadi yang tamak. Justru ia merasa sebaliknya. Gadis itu merasa hidupnya itu tidak sepenuhnya seperti apa yang telah dibayangkan...