Edgar
"Pak, ada seseorang ingin bertemu dengan Bapak. Beliau bilang memang belum sempat membuat janji dan mendesak harus bertemu dengan Bapak. Saya boleh persilahkan masuk atau bagaimana ya, Pak? Ah! Namanya Ibu Anneke."
Kenangan beberapa tahun lalu ketika gue masih menetap di London mendadak berputar kembali memenuhi kepala gue. Kenangan gue saat mengenal sosok perempuan itu. Kenangan tentang Anneke, perempuan pertama yang dengan seenaknya masuk ke dalam hidup gue. Kenangan pada cinta pertama gue.
Ya, Anneke perempuan pertama yang dengan seenaknya masuk ke dalam hidup ini dan mengisi hati gue. Dia perempuan pertama yang menempati tempat spesial di hidup gue yang monoton ini. Dengan seenaknya masuk lalu membuat keonaran, merusak ritme hidup gue yang selama ini sudah diatur sedemikian rupa.
Dan juga pergi tanpa pamit seenaknya meninggalkan banyak kenangan yang dengan susah payah gue mencoba lupakan.
Pertama kali gue bertemu Anneke saat gue masih tinggal di London, beberapa tahun lalu. Dia kuliah di tempat yang sama dengan gue. Dan kami juga masuk ke jurusan yang sama dengan gue, ditambah kami mengambil kelas yang sama sehingga sering sekali bertemu satu sama lain.
Anneke duluan yang pertama kali mendekati gue. Gue masih ingat dengan jelas ingatan itu. Saat itu minggu pertama kelas dimulai pasca perkenalan kampus. Gue yang sedang asik mendengarkan professor menerangkan mata kuliah kala itu, dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba mengetuk pintu ruang kelas kami. Sosok itu adalah Anneke. Dan dia, tanpa takut, datang telat di hari pertama semester awal dimulai. Untung saja professor gue waktu itu memaklumi--meskipun mengingatkan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.
Hubungan kami semakin dekat ketika kami sering melakukan proyek bersama. Anneke juga merupakan anak yang mudah bergaul dan jika kita bercerita sesuatu padanya, pendengar serta pemberi saran yang baik.
Gue termasuk anak yang sulit berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Semenjak gue mengenal Anneke, kesulitan gue itu bisa diatasi dengan mudah. Tidak ada lagi Edgar yang canggung ketika berinteraksi dengan orang lain. Jikalau gue menghadapi kesulitan, Anneke dengan sigap membantu gue hingga gue dapat menyelesaikan perkara yang sedang gue alami.
Karena sangat seringnya berinteraksi, kami pun akhirnya menjadi akrab dan bisa dibilang Anneke menjadi orang pertama yang gue anggap sebagai sahabat. Gue selalu menceritakan apa pun pada Anneke, begitu pula sebaliknya. Tidak ada yang kami sembunyikan. Hidup gue lebih hidup dibandingkan sebelumnya.
Dari situlah muncul permasalahan yang tidak diinginkan.
Permasalahan yang bahkan hingga saat ini gue sendiri tidak bisa mengatasinya. Timbulnya perasaan yang lebih di diri gue ini untuk Anneke. Perasaan yang menurut gue pribadi itu sangat rumit. Melebihi ketika gue dihadapkan dengan proyek kelas atau pun masalah dalam pekerjaan gue.
Karena berada di dekat Anneke membuat gue nyaman. Dari nyaman itulah muncul perasaan yang dinamakan cinta. Dan gue baru kali itu merasakan jatuh cinta pada seseorang.
Awalnya gue menyangkal perasaan yang gue rasakan itu pada Anneke. Tetapi, semakin gue menyangkalnya, semakin perasaan itu menjadi.
Semakin hari yang gue rasakan dan gue sadari, perasaan untuk perempuan itu terus tumbuh tanpa gue bisa mengontrolnya. Dunia gue yang tadinya normal seakan-akan dijungkir balikan dengan hadirnya Anneke di kehidupan gue. Gue bersikap tidak seperti Edgar yang biasanya. Bahkan gue yang tadinya sulit membuka diri, semenjak mengenal Anneke gue bisa lebih mudah berinteraksi dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Kalian
Fanfiction(COMPLETED) Hidup bak putri raja, yang tinggal di istana nan megah dan bergelimang harta tidak membuat Althea menjadi pribadi yang tamak. Justru ia merasa sebaliknya. Gadis itu merasa hidupnya itu tidak sepenuhnya seperti apa yang telah dibayangkan...