27

422 81 24
                                    

Edgar

Jika perkataan bisa menampar seseorang, Landry berhasil menampar sense gue balik seperti semula.

Setelah sekian lama gue berkutat dengan permasalahan yang sama dan tidak menemukan jalan keluar karena gue keukeuh dengan kebodohan gue, Landry menampar gue dengan sesuatu yang akhirnya menyadarkan diri gue bahwa langkah yang gue ambil itu salah.

Kenapa gue baru terpikirkan mengenai test DNA setelah Landry menyebutkan itu? Kenapa gue bodoh sekali selama ini?

Diam-diam gue mengikuti saran yang Landry bilang beberapa waktu lalu mengenai test DNA. Setelah percakapan kami, ada secercah harapan yang timbul dalam diri gue.

Terutama ketika Landry menyebutkan bahwa Althea sepertinya masih menaruh rasa pada gue.

Bukan berarti gue kegeeran Althea masih memiliki perasaan lebih, tapi dengan mendengar kabar seperti itu membangkitkan kembali harapan gue bisa kembali pada Althea.

Bagaimana pun juga gue sudah sangat mencintai gadis itu dan jika memang Tuhan berbaik hati pada kami berdua, gue ingin kembali pada dia.

Gue ingin memperbaiki semuanya. Gue ingin mencintai Althea dengan cara yang benar. Gue ingin membahagiakan gadis itu.

Anggap gue tidak tahu malu, tapi gue juga ingin berakhir bahagia dengan seseorang yang gue cintai itu. Apa pun caranya.

Gue merasa menjadi diri sendiri ketika gadis itu berada di samping gue. Gue merasa bisa mencintai diri sendiri ketika gue sedang bersama Althea. Gue merindukan segala sesuatu yang ada pada dirinya.

Jauh dari gadis itu menyadarkan gue bahwa perasaan ragu yang selama ini gue punya, terbukti salah. Gue terlalu lama menyukai seorang Anneke sampai lupa mencintai diri sendiri dan menjadi orang asing yang bahkan sekarang gue sadari, diri gue yang sekarang ini tidak membuat nyaman.

Hanya pembuat onar.

Gue tahu tindakan gue sebelumnya itu sangat tidak dewasa dan banyak menyakiti banyak orang. Maka dari itu, gue akan melakukan segala cara untuk memperbaiki semuanya. Semoga saja ini semua belum terlambat.

Tanpa sepengetahuan Anneke gue menghubungi dokter yang gue kenal baik untuk menjalani test DNA nanti di saat bayi yang ada di perutnya lahir. Bukan berarti gue tidak mencintai calon bayi yang akan lahir itu, kalau pun gue disuruh bertanggung jawab untuk membiayai, pasti gue akan bantu membiayai segala sesuatunya.

Gue akan menyayangi bayi itu seperti anak gue sendiri jika memang itu keinginannya. Tapi, kalau gue boleh jujur dengan diri sendiri, gue sama sekali tidak siap untuk memulai hidup dalam ikatan keluarga yang gue tidak inginkan.

Kalau menjadi seorang ayah, gue bisa dikatakan cukup siap untuk menduduki posisi itu. Karena bagaimana pun takdir gue kelak juga akan menjadi seorang ayah bagi anak gue kelak.

Tapi, jadi seorang suami dari keluarga yang tidak gue inginkan keberadaannya? Gue sama sekali tidak siap.

Gue siap berumah tangga jika Althea yang jadi istri gue. Gue akan tetap memilih Althea bagaimana pun juga. Karena dia satu-satunya orang yang bisa gue lihat dalam bayangan gue untuk mewujudkan rumah tangga impian gue. Althea atau tidak sama sekali. Titik.

Di Antara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang