06

615 117 11
                                    

Landry

Gue menyadari keberadaan Edgar dan Evelyn yang menghilang tiba-tiba. Kemana perginya kedua makhluk itu?

Gue bangkit berdiri dari tempat duduk gue, berniat mencari kemana mereka berdua. Gue mencoba menaiki tangga menuju kamar Edgar. Saat gue buka pintu kamarnya, tidak nampak sosok keduanya di kamar kembaran gue itu.

Kembali menuruni tangga, gue memutar pandangan gue mencari ke setiap sudut rumah. Tidak ditemukan keduanya. Mereka menghilang seperti penampakan.

Saat gue hendak kembali ke ruang makan, gue bertemu dengan salah satu asisten rumah tangga gue. Gue pun menghampiri dia, mencoba bertanya padanya siapa yang tahu dia tahu dimana keberadaan Edgar dan Evelyn.

"Mbak Ratih," panggil gue pada ART gue.

Mbak Ratih, ART di rumah gue, menghentikan langkahnya lalu menatap gue.

"Ah, ada yang bisa saya bantu, Den?" tanyanya dengan sopan sambil menundukan kepalanya. ART di rumah gue biasa manggil gue dengan Edgar dengan sebutan Den atau Aden, kependekan dari Raden. Padahal gue sama sekali gak ada turunan raden. Biar menghormati aja.

"Mbak Ratih lihat Edgar gak kemana?" tanya gue.

"Den Edgar tadi saya lihat di halaman belakang sama tunangannya, Den." jawab Mbak Ratih, masih dengan sopannya.

Gue menganggukan kepala lalu berjalan menuju halaman belakang tempat di mana Edgar dan Evelyn berada. Tapi langkah gue terhenti, gue lupa mengucapkan terima kasih pada ART gue. Nyokap selalu mengingatkan gue untuk berbuat sopan pada siapa pun.

Gue pun membalikan badan untuk mengucapkan terima kasih padanya, "Mbak Ratih, makasih banyak infonya!"

Mbak Ratih mengangguk menerima ucapan terima kasih gue, "Iya, Den. Sama-sama. Saya permisi dulu." dia pun undur diri kembali ke belakang. Gue pun segera bergegas ke halaman belakang seperti yang Mbak Ratih kasih tahu gue.

Seperti yang Mbak Ratih bilang, gue menemukan keduanya terlihat bersama berdiri di dekat kolam renang. Gue menghentikan langkah gue, tidak jadi mendekati mereka. Tanpa gue sadari gue diam-diam memerhatikan keduanya.

Terlihat ekspresi wajah Evelyn yang khawatir. Gue gak bisa lihat ekspresi Edgar dikarenakan dia membelakangi gue. Ada apa sebenarnya?

Lalu, tak lama kemudian Edgar tertaw sambil memegangi perutnya. Saking kerasnya dia tertawa laki-laki itu sampai tak bisa berdiri. Dia terjongkok sambil menahan perutnya dan terus tertawa. Aneh sekali pasangan itu, pikir gue.

Keduanya pun kembali tenang. Terlihat keduanya membicarakan sesuatu, entah apa yang dibicarakan. Gue masih diam di tempat gue memerhatikan mereka berdua. Dan gue menyadari satu hal.

Gue jarang sekali, bahkan belum pernah gue melihat Edgar seperti yang gue lihat saat ini. Dia bisa tertawa bahagia, bisa mengekspresikan dirinya di depan Evelyn. Edgar yang biasanya tidak pernah berekspresi sama sekali. Makanya gue bilang juga seperti patung keluarga Utomo. Entah apa yang membuat dia jadi dingin sekali.

Dan semenjak Evelyn masuk ke keluarga kami--lebih tepatnya ke kehidupan Edgar--Edgar lebih terlihat bahagia. Maksud gue dia lebih kelihatan santai gitu, gak se-strict yang biasanya kita kenal. Di satu sisi memang gue kurang dekat sama dia karena kami tinggal berjauhan. Jadi gue belum bisa mengenal Edgar secara keseluruhan. Selama tinggal terpisah juga dia tidak terdengar kabar apa pun.

Perasaan aneh kembali menggelitik diri gue. Gue sendiri heran, tiap lihat Edgar bersama dengan Evelyn ada rasa aneh yang muncul di diri gue. Tapi gue sendiri tidak bisa berbuat apa pun. Gue hanya diam, tidak tahu harus melakukan apa.

Di Antara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang