05

640 135 2
                                    

Althea

Diam-diam aku mengikuti Edgar yang berjalan gontai ke halaman belakang rumahnya. Bahunya yang tegap terlihat merosot seperti menanggung beban. Edgar bukan tipikal orang yang suka menceritakan masalahnya pada orang lain jadi agak sulit memahami apa yang ia inginkan, begitu kata ibunya.

 Edgar bukan tipikal orang yang suka menceritakan masalahnya pada orang lain jadi agak sulit memahami apa yang ia inginkan, begitu kata ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu berdiri menghadap kolam renang. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celananya. Aku masih diam memerhatikannya dari kejauhan. Sesekali ia terlihat menghembuskan nafas yang berat. Ia belum menyadari aku mengikutinya.

Sekitar lima menit berlalu dan Edgar masih diam di tempatnya dengan posisi yang sama. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Pikirannya seperti menerawang jauh. Aku merasa aku tidak bisa hanya diam memerhatikan saja, aku harus melakukan sesuatu.

Aku ingin lebih mengenal Edgar.

Perlahan aku berjalan mendekatinya. Kutepuk pelan bahunya. Edgar terkejut, berbalik dengan cepat dan mendapatiku sedang memandangnya dengan tatapan khawatir. Laki-laki itu menarik nafas lega ketika mengenal sosokku.

"Kamu, Al. Kaget aku. Aku kira siapa." laki-laki itu memegangi dadanya dan menghela nafas lega, aku yakin saking fokusnya dia pada sesuatu yang sedang ia pikirkan sampai tidak menyadari ada seseorang yang menghampirinya.

"Kamu kira aku ini apa, Mas? Setan? Kuntilanak?" aku mendelik ke arahnya lalu berdiri di samping Edgar. Rumah Edgar benar-benar  besar. Aku tidak tahu lebih besar dariku atau tidak rumahnya, tapi pemandangan di halaman rumah Edgar benar-benar indah. Dan sangat tenang.

Aku mencuri pandang pada Edgar yang kembali melamun. Sulit sekali menebak apa yang sedang dipikirkan lelaki di sampingku ini. Berbeda sekali dengan Landry. Landry akan mengungkapkan serta menunjukkan apa yang sedang dia rasakan langsung, tanpa menunda. Dan jika kami berselisih pendapat, Landry adalah tipikal orang yang ingin menyelesaikannya permasalahan hari itu. Karena menurut dia masalah itu jika tidak diselesaikan segera, akan timbul masalah lain dan kemungkinan bertambah besar.

Tidak tahan dengan keheningan yang ada, aku berinisiatif membuka percakapan.

"Mas Edgar," panggilku pelan.

"Hmm?" Edgar menyahut.

"Mas baik-baik saja?" tanyaku hati-hati. Aku tahu itu pertanyaan bodoh. Mana mungkin Edgar baik-baik saja.

Edgar menghela nafas. Ia tersenyum padaku, tapi aku merasakan perbedaan antara senyum yang biasa dia perlihatkan padaku dan saat ini.

 Ia tersenyum padaku, tapi aku merasakan perbedaan antara senyum yang biasa dia perlihatkan padaku dan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di Antara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang