09

536 104 6
                                    

Althea

Akhirnya hari yang ditunggu pun datang. Pembukaan cabang baru restoranku di kota kelahiran papa.

Setelah menggeluti bisnis kuliner di Jakarta beberapa waktu lalu, aku memang berencana untuk membuka cabang lagi. Awalnya aku memang tidak menetapkan Surabaya sebagai kota kedua setelah Jakarta untuk membuka cabang baru, tapi setelah melakukan penelitian dan Surabaya termasuk salah satu kota terbesar di Indonesia--juga kota di mana keluarga besar dari papa juga sebagian besar tinggal--aku pun memantapkan diri untuk membuka peluang bisnisku selanjutnya di tempat ini.

Dan hari ini merupakan hari peresmian dari dibukanya cabang ke dua dari the Velvet. Persiapan sudah 100%, tapi aku masih memeriksa siapa tahu ada yang kurang. I want everything to be perfect!

"Bu Thea," panggil sekretarisku. Aku berjalan menghampirinya.

"Ya? Ada apa, Mbak Prima?" tanyaku.

Mbak Prima menjelaskan susunan acara hari ini. All perfect. Sesuai dengan apa yang aku rencanakan. Semoga nanti acara berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Jika sesuai rencana, acara akan diselenggarakan pukul 18.00 tepat nanti. Sengaja aku ingin membuat acara pada malam hari, aku sekalian ingin mengadakan acara makan malam.

Awalnya aku menolak untuk mengundang banyak orang, tapi tahu sendiri mama dan papa pasti akan menentang keinginanku. Mereka pasti menginginkan acara yang besar.

Ya... terserah dengan keinginan kedua orangtuaku. Yang terpenting bagiku acara hari ini lancar.

Masih menggunakan konsep yang hampir sama seperti di Jakarta, aku menginginkan restoranku ditata dengan konsep yang terkesan homey. Aku lebih suka ketika datang ke suatu tempat, terutama tempat makan, yang suasananya terasa seperti di rumah sendiri. Staff yang ramah dan makanan enak juga menjadi yang paling penting dalam service yang aku tawarkan pada customer. Aku ingin membuat pelangganku nyaman.

"Woy, Evelyn!"

Terdengar suara seseorang memanggil namaku. Suara yang sudah sangat ku kenal. Saat aku berbalik, tebakanku benar. Landry berdiri kikuk di depan pintu sambil menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.

"Eh? Hai, Landry! Kok diam saja di situ, sini masuk!" aku menghampiri lelaki jangkung itu mengajaknya untuk masuk. "Maaf ya, sedikit berantakan. Kami masih bersiap-siap. Kamu datang sendiri? Acaranya kan baru nanti."

Laki-laki itu masih terdiam di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu masih terdiam di tempatnya. Ia terlihat sedikit gusar. Apa yang membuatnya bertingkah seperti itu?

Penasaran, aku mencoba mencari tahu apa yang sedang disembunyikannya. Dari tadi Landry berusaha sekuat tenaga menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya sampai enggan bergerak dari tempat ia berdiri.

"Kamu dari tadi kenapa sih? Disuruh masuk malah diam kayak patung. Di belakang badanmu itu apa? Kejutan untukku?"

Tanyaku sekenanya. Ekspresi wajah Landry yang berubah makin gusar. Ada apa dengan anak ini? Semakin aku mengenalnya semakin aneh saja.

Di Antara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang