24

457 73 13
                                    

Althea

Sejak saat itu Landry sering sekali datang ke restoranku. Sama seperti ketika hubunganku dengan saudaranya baik-baik saja, sekarang pun seperti tidak terjadi sesuatu di antara kami. Maksudku sikap Landry masih seperti biasanya. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Saat kutanya mengapa dia mengunjungiku 'hampir' setiap saat, dia hanya mengangkat bahunya tidak peduli dan menjawab sekenanya. Bahkan saking seringnya dia datang kemari, pegawaiku pun jadi mengenal dia dan beberapa dari mereka menjadi akrab satu sama lain.

Landry dan kemampuan bersosialisasinya yang sangat baik.

"Kamu benaran sudah selesaikan kerjaanmu, Dry?" tanyaku sambil menatap Landry dengan curiga. Sebenarnya bukan curiga, aku risih sedari tadi ditatap oleh Landry. Dia tidak biasanya begini padaku. Maksudku dia tidak pernah menatap seperti itu terus menerus kepadaku.

Landry mengangguk, matanya masih menatapku dengan fokus, "Sudah. Kerjaan gue sudah selesai semua bulan ini." jawabnya singkat.

Kami pun kembali bergeming. Aku bingung mau bertanya apa lagi pada dia. Landry masih terus menatapku dengan tenang. Aku mencoba tidak menggubris keberadaan Landry dan fokus dengan pekerjaanku yang belum selesai.

Akhir-akhir ini aku sering sekali memergoki Landry sedang memperhatikanku dalam diam. Tidak seperti Landry yang biasanya. Aku sudah mengenal diri laki-laki yang duduk di hadapanku ini bukan hanya seminggu dua minggu, jadi aku sudah mengerti bagaimana sifat dan sikap Landry terhadapku.

Saat dia mengetahui aku menjadi tunangan dari kembarannya, Landry sempat menjaga sikapnya dan menjaga jarak denganku. Meskipun itu tidak bertahan lama, karena kami kembali akrab dan Landry bilang statusku dengan tunangannya tidak akan mengubah hubungan kami yang dulu. Maksud dia, hubungan kami sebagai mantan kekasih. Dan dia berjanji tidak akan mengganggu hubungan kami. Ucapan itu dia lontarkan saat aku masih menjadi tunangan dari kembarannya dulu.

Tapi sikapnya akhir-akhir ini mengingatkan aku pada kejadian beberapa tahun lalu. Saat kami masih berstatus sebagai pasangan. Dan jujur saja, aku takut dengan firasatku itu. Seakan-akan dia mendekatiku kembali seperti dulu saat memintaku menjadi pacarnya.

Semoga Landry bersikap seperti ini hanya karena dia ingin menghiburku saja. Semoga dia tidak ada niatan untuk mendekatiku lagi.

Kucoba menepis pikiran aneh yang mulai menghinggapi kepalaku. Aku tidak boleh memiliki pikiran seperti ini. Mungkin saja Landry bersikap demikian karena merasa tidak enak denganku. Mungkin saja, bukan?

"Kamu menatapku sedari tadi." ujarku sambil mencoba tetap fokus dengan kerjaan yang sedang kuselesaikan tanpa balas menatap laki-laki yang duduk di depanku.

Landry mengubah posisi duduknya, "Oh? Iyakah?" tanyanya polos.

Aku menghela nafas pelan lalu mendongak menatap serius laki-laki itu, "Iya, kamu dari tadi memerhatikanku terus. Ada apa? Ada yang aneh di wajahku? Atau ingin kamu sampaikan?" tanyaku beruntun.

Landry mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepala, "Nggak, kok. Seru aja merhatiin lo." jawabnya asal.

Aku memutar bola mataku sebal. Tidak pernah sekalipun Landry menjawab pertanyaanku dengan serius. Dia selalu punya jawaban untuk setiap ucapan yang aku tanyakan kepadanya.

Aku tak mengindahkan lagi pandangan Landry dan mencoba kembali menyibukan diri dengan pekerjaanku. Tapi tetap saja diawasi seperti yang Landry lakukan padaku sekarang membuatku sulit untuk berkonsentrasi.

Apa yang diinginkan oleh laki-laki ini sebenarnya?

"Lo masih lama dengan kerjaan lo?" suara Landry mengacaukan konsentrasiku. Tapi aku mencoba tak mempedulikannya dan tetap fokus pada kertas-kertas di hadapanku.

Di Antara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang